HTI

Iqtishadiyah

Kebijakan Energi Dalam Islam (Bagian II – Selesai)

Alasan mendasar mengapa dunia Muslim belum mampu melakukan industrialisasi dan mengambil keuntungan dengan kekuatan mineral yang dimilikinya adalah karena para penguasa umat Islam tidak pernah memiliki ambisi atau niat untuk memperbaiki situasi dunia Muslim. Kurangnya usaha iasm itu menyebabkan dunia Muslim penuh kontradiksi: Arab Saudi seharusnya menjadi adidaya dunia hanya dilihat dari minyak. Namun, kurangnya ambisi dan campur tangan asing telah membuat Arab Saudi menjadi iasm satelit, dulu bagi Inggris dan saat ini untuk Amerika Serikat.

Islam mewajibkan pemimpin untuk mengurus urusan umatnya karena ia akan dimintai pertanggungjawaban atas hal itu. Banyak ayat al-Quran yang yang mewajibkan umat Islam untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia, membawa umat manusia dari kegelapan menuju cahaya. Di ayat lain Allah SWT mencirikan umat Islam sebagai umat terbaik karena memiliki karakteristik seperti itu.

Dakwah Islam dicapai melalui proyeksi kekuatan global sehingga mereka memiliki desain pada umat harus mempertimbangkan keberadaan kekuatan penggetar yang sedemikian kuat (dengan keberadaan minyak, penerj.) untuk mencapai keberhasilan dalam suatu serangan. Ayat-ayat ini di antara banyak yang lainnya membuktikan bahwa Khilafah perlu memanfaatkan sumberdaya energi dan memastikan ketertersediaan bagi semua warga negaranya.

Islam juga menunjukkan bahwa listrik adalah milik umum, yang dikelola oleh iasm dan pendapatan yang dihasilkannya akan diberikan untuk kepentingan semua warga iasm. Hal ini berasal dari hadis Nabi Muhammad “Muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api”.

‘Api’ memuat segala hal yang tersirat dalam istilah energi, apakah itu berasal dari pembakaran pohon, batu bara atau listrik. Semua ini dikategorikan di bawah kekayaan umum atau Negara. Individu atau perusahaan tidak diizinkan untuk memiliki sumber-sumber listrik yang digunakan sebagai bahan ias untuk mendorong pabrik-pabrik industri. Sumberdaya ini adalah iasma milik umum yang diawasi oleh iasm dan pendapatan yang dihasilkan darinya disalurkan kepada warga iasm setelah dikurangi biaya.

Kebijakan Energi Negara Khilafah

Minyak dan gas adalah dua komoditas yang paling penting di dunia. Laju industrialisasi bergantung pada tingkat ketersediaan energi. Bahkan pertanian modern bergantung pada gas alam sebagai bahan baku pembuat pupuk. Sumber-sumber itu sangat penting untuk kehidupan masyarakat, yang berarti bahwa keuntungannya harus dinikmati bersama oleh masyarakat dan tidak dapat diprivatisasi.

Kebijakan energi Khilafah perlu diadopsi dengan realitas sebagai berikut:

Karena energi adalah penting untuk industrialisasi, kebijakan energi Khilafah perlu dilihat dan dianalisis lebih dalam.

Karena energi dibutuhkan untuk berbagai tugas-tugas iasma, Khilafah perlu membangun infrastruktur energi modern yang saat ini hadir di dunia Muslim.

Minyak dan Gas Bumi harus dialokasikan untuk pemakaian yang penting seperti bahan mentah untuk industri manufaktur, iasm, pertanian dan petrokimia karena saat ini tidak ada iasmave untuk bahan-bahan itu.

Minyak dan Gas Bumi juga harus digunakan untuk transportasi dan penghasil energi karena teknologi saat ini terutama dijalankan dengan sumber energi itu, tetapi iasmave lain harus dicari. Hal ini akan membantu pemanfaatan yang berkelanjutan atas sumberdaya Khilafah, yang memungkinkan fleksibilitas dalam penjualan minyak menghasilkan pendapatan, dan sebagai bantuan untuk membantu membawa iasm-negara lain lebih dekat ke dalam pangkuan Islam.

Khilafah pada hari pertama kemunculannya akan dihadapkan dengan tiga tantangan utama yang perlu diatasi dan akan menentukan kebijakan energi Khilafah:

Khilafah dalam semua kemungkinan akan menjadi sebuah iasm industri dengan cepat yang akan secara iasma berpijak pada perang dan ini membuat pemanfaatan energi sangat penting

Suatu serangan militer oleh AS.

Karena laju industrialisasi tergantung pada energi yang tersedia saat ini dan infrastruktur listrik yang dirancang dengan buruk di banyak negeri-negeri Muslim saat ini maka perlu diatasi beban dasar (kebutuhan energi minimal) atas tuntutan industri berat.

Tantangan pertama hanya dapat diatasi oleh Khilafah dengan mengamankan sendiri pasokan minyak dan gas alam dan sumber energi lain. Jika Khilafah muncul di wilayah manapun selain Timur Tengah maka ia akan mulai menghadapi kesulitan untuk mengamankan pasokan luar hingga akhir iasm. Contoh: cadangan gas alam Bangladesh akan membuat Khilafah mampu bertahan 40 tahun ke depan jika didasarkan pada kebutuhan saat ini. Namun, jika perjanjian ekspor dengan India dilakukan, hal ini akan turun menjadi 12 tahun. Cadangan yang ada akan terkuras lebih cepat daripada status quo yang ada. Hugo Chavez dari Venezuela dan Vladimir Putin dari Rusia melakukan kebijakan nasionalisasi sumberdaya energi mereka sehingga dapat digunakan untuk pembangunan iasma dan bukannya tersedot ke iasm-negara Barat.

Sejak awal, penggunaan minyak harus dilestarikan untuk angkatan bersenjata, industri petrokimia, kargo, penerbangan transportasi dan pupuk. Mengingat 90% dari semua transportasi saat ini bergantung pada minyak, transportasi iasmave harus dikembangkan. Hal ini berarti digunakannya gas alam terkompresi (Compressed Natural Gas – CNG) untuk angkutan umum dan mobil pribadi. Pakistan diperkirakan memiliki 25.1 triliun kaki kubik (tcf) cadangan gas ini. Hal ini mengakibatkan Pakistan memiliki jumlah gas alam terkompresi (CNG) tertinggi untuk menjalankan kendaraan-kendaraan di dunia dengan meninggalkan Brazil dan Argentina di belakang dalam lomba pengguna terbesar gas alam untuk kendaraan. Ini berarti bahwa tabungan cadangan gas untuk transportasi dan bukan kekuasaan. Jadi, pembangkit listrik akan bergantung pada batubara, nuklir dan energi terbarukan. Khilafah perlu menggunakan energi nuklir untuk program industrialisasi yang besar karena memiliki kapasitas pembangkit listrik yang sangat besar yang dibutuhkan industri-industri baru dalam Khifafah.

Kebijakan semacam itu akan membuat tantangan-tantangan lain yang dihadapi Khilafah jauh lebih mudah dikelola.

Ada kemungkinan sangat nyata serangan oleh Amerika ketika minyak dan gas Teluk Persia yang terbesar di dunia untuk pertama kalinya diancam sebagai ias strategis Amerika. Harus diingat bahwa Amerika memiliki kemampuan untuk melaksanakan serangan berkelanjutan dengan menggunakan rudal. Tidak ada jawaban pendek atas iasm ini. Khilafah perlu mengurangi kemungkinan terjadinya serangan semacam ini. Hal ini dapat dicapai dengan menganeksasi dan melakukan perkembangan dengan sangat cepat sehingga Amerika kemudian akan berhadapan dengan wilayah yang lebih luas. Seperti telah ditunjukkan di Afganistan dan Irak, semakin panjang jalur pasokan, semakin lemah pasukan di garis depan. Juga harus diingat bahwa Amerika memanfaatkan sejumlah pangkalan militer yang telah diberikan kepada mereka oleh para penguasa umat Islam. Karena itu, memotong jalur pasokan tersebut akan sangat menghambat kemampuan Amerika.

Dari sejak kelahirannya, Khilafah perlu membangun infrastruktur energi yang terdesentralisasi. Maknanya, pembangkit listrik ias menjadi prioritas melalui berbagai pembangkit listrik berskala kecil, yang berlawanan dengan jaringan terpusat yang menjadikan iasm bergantung pada kekuatan produksi melalui pembangkit-pembangkit yang lebih besar tapi berjumlah sedikit.

Ada sejumlah keuntungan dari infrastruktur energi yang terdesentralisasi karena akan menjadikan Khilafah:

Khilafah akan menjadi iasm yang melakukan perluasan; memperluas jaringan akan lebih sulit, lebih mahal dan tidak efisien jika diperluas dari pembangkit listrik yang berjarak jauh dari permintaan.

Khilafah dengan segala kemungkinannya akan menghadapi serangan asing; pembangkit listrik ias melalui desentralisasi jaringan regional dan ias akan memfasilitasi kelanjutan pembangkit di satu wilayah jika wilayah lain kehilangan pembangkit.

Di sebagian besar wilayah Muslim, populasi terdistribusi dengan prosentase yang lebih besar penduduk di pedesaan daripada di daerah perkotaan, infrastruktur energi yang terdesentralisasi akan membantu mencegah pembentukan ‘mega-kota’ dan perluasan penduduk urban yang terlihat di seluruh dunia.

Jaringan ias akan menjadi elemen kunci bagi wilayah-wilayah yang ada yang tidak memiliki pembangkit.

Tanpa dibutuhkannya pembangkit yang harus dikirim dalam jarak jauh, akan digunakan pembangkit listrik yang lebih besar untuk menjamin pasokan yang aman bagi kompleks industri berat dan instalasi-instalasi iasma.

Stabilitas jaringan harus dijamin dengan penghasil energi berbasis-beban melalui Combine Cycle Gas Turbine (CCGT) dan batubara. Ketika Khilafah mengalami kemajuan energi nuklir, ia harus mengambil alih peran gas. Namun, perlu dicatat, meskipun energi nuklir adalah penghasil energi berbasis-beban yang paling stabil yang tersedia, biaya perawatannya sangat mahal. Melalui industrialisasi Khilafah akan mengalami penipisan energi dengan cepat. Untuk mengatasi hal ini Khilafah harus menempatkan kebijakan untuk meneliti sumber-sumber energi iasmave.

Melalui desentralisasi kekuasaan pembangkit energi ias dapat dicapai melalui penggunaan energi terbarukan. Penggunaan energi terbarukan bergantung pada kondisi iklim dan geografis daerah yang akan menggunakannya.

Angin adalah energi terbarukan yang paling matang, sementara biomassa adalah yang paling stabil. Situasi yang paling ideal dalam sebuah jaringan terdesentralisasi adalah bahwa setiap bangunan memiliki sumber energinya sendiri. Hal ini dapat terjadi bila Khilafah menerapkan standar bangunan, yakni semua bangunan baru harus memiliki prosentase tertentu dari kebutuhan energi yang dipenuhi melalui pembangkit-mikro, yakni melalui energi matahari dan unit-unit kombinasi panas dan tenaga. Pakistan dan Bangladesh memiliki potensi tenaga air yang sangat potensial, Indonesia dan Malaysia memiliki tenaga iasm yang sangat besar, sementara Timur Tengah memiliki potensi tenaga matahari yang luar biasa.

Kesimpulan

Dunia Muslim memiliki semua kebutuhan yang diperlukan untuk mmenuhi kebutuhan energi umat, Allah SWT telah melimpahkan tanah kaum Muslim dengan banyak mineral lebih dari yang diperlukan Khilafah untuk melakukan revolusi industri.

Dari beberapa perspektif, Khilafah berada di posisi yang jauh lebih baik pada perkembangannya kemudian dari banyak iasm-negara industri. Jerman, Jepang, dan Cina semuanya memiliki kekurangan sumberdaya yang diperlukan. Itulah tantangan yang dimiliki Jerman dan Jepang untuk menjajah iasm-negara yang kaya sumberdaya. Amerika Serikat dan Inggris tidak memiliki penduduk cukup yang diperlukan untuk industri pembangunan dan ini diatasi dengan memperbudak orang dan menjajah bangsa-bangsa. Khilafah tidak perlu menghadapi masalah ini karena jumlah umat lebih dari 1 miliar dan negeri-negeri Islam memiliki sumber-sumberdaya mineral yang lebih dari cukup untuk melakukan revolusi industri.

Pengembangan infrastruktur energi yang diperlukan dalam kenyataannya akan menciptakan berjuta-juta lapangan pekerjaan yang akan mengangkat berjuta-juta orang keluar dari kemiskinan di dunia Muslim. Pada gilirannya pengembangan energi akan memberikan efek luar biasa dengan merangsang ekonomi yang lebih luas melalui pengembangan industri berat, kompleks-kompleks manufaktur, industri-industri militer, industri-industri penyulingan dan pabrik-pabrik.

Banyak orang berpendapat bahwa karena energi, terutama minyak, merupakan sumberdaya kunci bagi Barat maka mereka akan melakukan intervensi militer jika Khilafah mengambil-alih sumberdaya itu. Sejumlah dokumen pada masa lalu menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan Inggris merencanakan aksi militer ketika terjadinya lonjakan harga minyak tahun 1973. Teori semacam itu juga digunakan sebagai pembenaran oleh banyak penguasa umat Islam untuk melanjutkan ekspor minyak ke Barat, sementara penduduk iasm mereka sendiri menderita kekurangan.

Dalam kenyataan, satu-satunya iasm yang sangat bergantung pada impor minyak dan akan mempertimbangkan tindakan militer semacam itu untuk kepentingan strategisnya adalah Amerika Serikat. Namun, saat ini saja Amerika sangat kewalahan berperang di Irak dan Afganistan. Padahal mereka perlu melaksanakan serangan berkelanjutan yang melibatkan jutaan pasukan untuk bertempur melawan kaum Muslim untuk ias mengambil alih cadangan minyak dunia. Venezuela telah menunjukkan bahwa nasionalisasi sumberdaya energi tidak selalu berarti terjadinya invasi AS.

Satu-satunya strategi yang meyakinkan dan akan iasm pasti adalah mengusir Amerika Serikat. Pada saat yang sama, mengubah Khilafah menjadi kekuatan dunia dengan reunifikasi Dunia Muslim. Islam mewajibkan hanya ada satu iasm untuk seluruh umat. Ini berarti penyatuan kembali dengan dunia Muslim adalah wajib. Dengan sebagian besar Dunia Islam hidup di bawah tekanan iasma dan kemiskinan yang parah maka unifikasi bukanlah tugas yang sulit untuk dicapai, namun memang ia akan menghadapi tantangan. Selain adanya agen Barat yang ingin tetap memegang posisi mereka, sebagian besar tantangan adalah kemampuan untuk memperluas dan menggabungkan iasm-negara dan menghubungkan mereka bersama-sama melalui pemerintahan, peradilan, administrasi dan ekonomi. Uni Soviet mencapai prestasi seperti itu pada masa lalu dengan membangun Partai Komunis. Adapun Khilafah didirikan dengan motivasi sangat kuat yang akan dengan mudah membuat iasm-negara yang berbeda menjadi bagian dari persatuan dan Islam itu sendiri. [Riza Aulia, Sumber: www.Khilafah.com]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*