HTI

Lintas Dunia (Al Waie)

Lintas Dunia [Juni 2010]

Israel Larang Chomsky Masuki Tepi Barat

Noam Chomsky, seorang ilmuwan Amerika yang sangat kritis terhadap kebijakan Israel di Palestina dicegah masuk ke Tepi Barat, Ahad (16/05), oleh beberapa pejabat imigrasi Israel. Chomsky (82), menceritakan pada Reuters dalam pembicaraan melalui telepon dari ibukota Jordania, Amman, bahwa ia telah melakukan perjalanan ke Jembatan Allenby yang melintas di atas Sungai Jordan, yang menghubungkan Jordania dan Israel, tempat para pejabat imigrasi Israel menolak untuk membolehkannya melintas. “Mereka tampaknya tidak suka kenyataan bahwa saya akan mengajar di sebuah universitas Palestina dan tidak di Israel,” kata Chomsky, yang seorang Yahudi.

Anggota Parlemen, Mustafa al-Barghouti, yang akan menampung Chomsky di Palestina, menjelaskan, guru besar linguistik dan ahli filsafat itu akan mengajar di Birzeit University dan Institute for Palestine Studies di Ramallah, di Tepi Barat. “Keputusan itu merupakan tindakan fasis, sama dengan penindasan terhadap kebebasan berekspresi,” kata Barghouti pada Reuters.

Antara Bom New York dan Bom Pakistan-Afghanistan

Sebagaimana diberitakan Kompas (3/5/2010), Menteri Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat, Janet Napolitano, Minggu (2/5) mengatakan, bom mobil yang gagal meledak di Times Square New York merupakan ancaman teroris potensial. Pihak berwenang mengatakan, bom gagal itu, yang terbuat dari propan (sejenis metan), bensin dan petasan, bisa menewaskan banyak orang. Warga Amerika Serikat (AS) keturunan Pakistan, Faisal Shahzad, mengaku terlibat dalam upaya serangan bom mobil yang gagal meledak di Times Square, New York, Sabtu (1/5/2010).

Adanya pengakuan dari tersangka itu disampaikan Jaksa Agung AS Eric Holder di Washington DC, Selasa. Eric Holder menuduh Taliban Pakistan berada di balik serangan untuk meledakan bom mobil yang gagal pada 1 Mei  di Times Square.

Terdapat banyak ketidakadilan dalam masalah ini. AS menganggap bom gagal yang terbuat dari propan (sejenis metan), bensin dan petasan, bisa menewaskan banyak orang sebagai ancaman. Amerika sangat mengecam hal ini, termasuk media massa Barat. Namun, bagaimana dengan bom-bom AS yang telah ‘sukses’ membunuh ratusan ribu orang tidak bersalah di Irak serta ribuan orang di Afghanistan-Pakistan? Bom-bom itu bukan hanya terbuat dari petasan, tetapi bom-bom dahsyat yang beratnya ribuan ton dan sangat berbahaya, memiliki daya hancur yang luar biasa. Bom-bom AS terbuat dari zat kimia Fospor yang berbahaya. Misalnya, saat menyerang dua pekampungan di Afganistan, Mei 2009, AS menggunakan bom Fosfor dan membunuh 140 orang, yang sebagian besar tidak ada hubungan dengan Taliban.

Saat ini Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan produksi bom “penjebol bunker” yang sangat besar. Penembus Senjata Masiv (MOP) itu akan siap pada Juli 2010. Senjata itu, yang berbobot 13.600 kilogram) dan mengandung 2.400 kilogram bahan peledak, akan dilepas oleh pengebom Stealth B-2 yang bisa menghindari-radar. Siapa nanti yang akan menjadi korban terbesarnya, jelas adalah umat Islam.

Diktator Gaddafi Bantai Aktifis Penegak Khilafah

Novel dengan judul, Fi Bilâd ar-Rijâl (Di Negeri Para Pahlawan) oleh penulis Libya, Hisyam Mathar, menceritakan tentang kediktatoran rezim Gaddafi dan penindasan yang dia lakukan terhadap orang-orang Libya. Novel ini juga mencerita realita bagaimana rezim Muammar Gaddafi yang diciptakan oleh Inggris ini, setelah 9 tahun berkuasa, telah melakukan kejahatan yang begitu mengerikan. Hisyam Mathar mengatakan seperti yang dipublikasikan oleh kantor berita Ma’an, “Saya ingatkan bahwa pada akhir tahun 1978 M. rezim Muammar Qaddafi telah mengeksekusi mati empat belas aktivis Hizbut Tahrir, yang dikenal bahwa Hizbut Tahrir ini tidak mengizinkan penggunaan kekerasan atau fisik dalam melakukan aktivitas dakwahnya, dimana senjata satu-satunya adalah pemikiran, dan melawan argumentasi dengan argumentasi. Bahkan karakter dakwah Hizbut Tahrir yang seperti ini sudah dikenal oleh semua orang. Mereka yang di antaranya berprofesi sebagai guru itu dieksekusi di sekolah mereka, di depan anak-anak mereka, dan para siswanya. Insiden itu telah menciptakan ketakutan yang luar biasa dalam jiwa semua orang. Mereka dieksekusi di tengah-tengah sorakan dan tepuk tangan para intelijen dan rekan-rekannya; serta di tengah-tengah tetesan air mata dan kesedihan keluarganya, yang tidak mampu berbicara meski hanya sepatah kata.”

Kantor Media Hizbut Tahrir di Palestina telah menyebutkan beberapa rincian tentang insiden eksekusi mati terhadap mereka para pahlawan pada tanggal 11/6/1983 M. Di sini kami akan menyebutkan kembali nama-nama mereka sebagai bentuk penghargaan kami atas pengorbanan mereka yang sangat mulia: (1) Nashir Surais, (2) Ali Ahmad Iwadhullah, (3) Badik Hasan Badar (warga Palestina), (4) Namer Salim Isa, (5) Abdullah Hamudah, (6) Abdullah al-Maslati, (7) al-Kurdi, (8) Shaleh Nawal, (9) keponakan (Shaleh Nawal), dan (10) Muhammad Muhazhab Havan. Mereka dieksekusi mati di sekolah-sekolah dan universitas, di depan para guru, dosen, murid dan mahasiswa, serta di depan keluarga dan anak-anak mereka. Ada di antara mereka yang masih hidup setelah dieksekusi, lalu mereka kembali menggantungnya, kemudian membawanya turun, mengikatnya di mobil, dan menyeretnya. Insiden mengerikan itu dipertontonkan di depan para guru, dosen, murid dan mahasiswa. Adapun tiga syahid lainnya, mereka adalah: (1) Dr. Majid al-Qudsi al-Douwik (warga Palestina), (2) Muhamad Bayoumi, dan (3) al-Faquri. Mereka meraih syahid dengan penyiksaan para intelijen di Tripoli. Semoga Allah melaknat para penguasa zalim dan para kaki tangannya.

HT Sudan Ingatkan Bahaya Disintegrasi Sudan

Juru Bicara Hizbut Tahrir Wilayah Sudan Ibrahim Utsman, bertepatan dengan Peluncuran Booklet Seputar Masalah Selatan Sudan, mengingatkan tentang bahaya disintegrasi negeri Islam itu dan apa yang wajib dilakukan untuk menghalangi pemisahan Selatan Sudan.

Hizbut Tahrir wilayah Sudan sejak dekade 60-an abad lalu telah memonitor masalah ini melalui berbagai leaflet, booklet dan berbagai uslub dan sarana aktivitas politik. Menyikapi perkembangan terkini, Ibrahim Usman menjelaskan tentang beberapa ide berbahaya seperti masalah buruknya pengaturan yang terjadi atas penduduk Selatan Sudan dalam posisinya sebagai permasalahan antara dua bangsa yang berbeda; bahaya dan kebatilan otonomi, federalisme dan konfederalisme untuk Selatan Sudan; kebatilan dan bahaya hak menentukan nasib sendiri yaitu pemisahan.

Hizbut Tahrir wilayah Sudan juga menolak keras referendum pada tahun 2011 mendatang. Referendum itu merupakan kejahatan besar terhadap umat dan negeri ini. “Kami menyeru setiap orang mukhlis di antara putra-putra umat ini, baik yang berada di pemerintahan atau di pihak oposisi, baik mereka yang ada di militer maupun di Dinas Keamanan dan Kepolisian, ataupun mereka yang berasal dari kalangan politisi, intelektual atau pers; kami menuntut dari setiap mereka untuk menolak referendum tersebut dengan segala kekuatan yang dimiliki karena referendum itu merupakan rencana Amerika untuk memecah-belah Sudan dan merampok kekayaannya,” ujar Syaikh Ibrahim Usman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*