Kegelapan Jahiliah
Secara historis, kedatangan Islam melalui Rasulullah Muhammad saw. telah berhasil mengangkat kaum perempuan dari kehinaan dan kesewenang-wenangan menuju derajat kemuliaan sejati. Islam menyadarkan pandangan kaum laki-laki bahwa tak ada perbedaan derajat manusia di hadapan Allah, kecuali karena ketakwaannya.
Sebaliknya, dalam peradaban Yunani dan Romawi kuno perempuan dipandang tak lebih sebagai komoditas, alat pemuas nafsu, budak laki-laki dan kasta yang hina. Demikian pula dengan peradaban Yahudi yang menganggap “celaka” memiliki anak perempuan. Juga image yang dilekatkan pada perempuan sebagai pewaris dosa turunan dari Ibu Hawa.
Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab Jahiliah pun memegang tradisi yang cukup kejam terhadap perempuan. Bayi-bayi perempuan tanpa dosa dikubur hidup-hidup hanya karena ayahnya merasa “malu”! Sebagian perempuan diperlakukan layaknya mesin judi, digauli oleh banyak laki-laki, lalu setelah hamil dia boleh memilih salah satu dari laki-laki yang menggaulinya sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya. Bahkan seorang istri sah diwariskan kepada anak laki-lakinya untuk dinikahi bila sang anak menghendaki.
Cahaya Islam
Islam datang membebaskan kejahiliahan bangsa Arab, juga peradaban lain di dunia. Islam mengajarkan kepada setiap anak manusia untuk memuliakan seorang perempuan bernama “Ibu”. Salah satu sabda Rasulullah saw. dari Abu Hurairah ra. menyatakan: Seorang laki-laki pernah datang menemui Rasulullah saw. dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli?” Beliau menjawab, “Ibumu!” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab lagi, “Ibumu!” Ia balik bertanya, “Siapa lagi?” Rasul kembali menjawab, “Ibumu!” Ia kembali bertanya, “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab, “Bapakmu!” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Allah SWT memerintahkan kepada para suami untuk mempergauli istrinya dengan cara yang baik.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Pergaulilah mereka (istri-istri kalian) dengan cara yang baik. Jika kalian tidak menyukainya, barangkali pada sesuatu yang kalian tidak sukai itu justru Allah akan menjadikan kebaikan yang sangat banyak (QS an-Nisa’ [4]: 19).
Dalam beberapa sabdanya Rasulullah saw. menegaskan, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina.”
Beliau juga bersabda, “Orang Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut kepada keluarganya.” (HR. Ahmad)
Islam memberikan kesempatan yang sama kepada kaum perempuan untuk berkontribusi dalam perjuangan Islam. Ibunda Khadijah, istri Rasulullah saw. sendiri sangat setia dan penuh pengorbanan saat mendampingi perjuangan beliau pada masa-masa penderitaan dan penghinaan oleh kaumnya. Aisyah, putri Abu Bakar yang juga istri Rasulullah saw., mengajarkan banyak hadis kepada para sahabat Nabi.
Ummu Habibah binti Abi Sufyan, Asma binti Umair, Laila binti Hatsmah, Asy-Syaffa’ binti Abdullah bin Syams dan Fatimah binti Qais bin Khalid adalah sederetan nama perempuan yang terdahulu memeluk Islam dan ikut berhijrah. Seorang wanita bernama Nasibah binti Kaab adalah mujahidah yang turut serta dalam Perang Uhud, Hudaibiyah, Khaibar, Hunain dan Yamamah. Kegigihannya berjuang tak menyurutkan langkahnya hingga tangannya terputus.
Khilafah Menjaga Kemuliaan Perempuan
Tak dapat tertandingi kemuliaan perempuan saat Islam diterapkan di bawah seorang pemimpin agung, Muhammad saw. Perempuan tidak dihinakan, tidak dieksploitasi dan tidak dijadikan sarana pemuas nafsu belaka! Sebaliknya, perempuan Muslimah adalah para ibu yang melahirkan generasi pejuang Islam. Mereka adalah juga para istri yang taat kepada suami dan setia mendampingi perjuangan suaminya. Perempuan Muslimah adalah para wanita yang cerdas dan tak berpangku tangan dalam mengokohkan perjuangan Islam.
Pola pembinaan Rasulullah saw. terhadap kaum perempuan ini terus dilanjutkan dan dijaga oleh para khalifah pengganti Rasulullah saw., baik masa Khulafaur Rasyidin maupun masa Kekhilafahan sesudahnya. Seiring dengan meluasnya kekuasaan Islam, para Khalifah senantiasa menjaga amanat Rasulullah saw. untuk memuliakan perempuan. Bahkan penjagaan kehormatan, kesucian dan keamanan kepada perempuan non-Muslim pun sama seperti pada perempuan Muslim.
Kerinduan akan Khilafah
Kini, saat perempuan di berbagai belahan dunia banyak dieksploitasi tubuhnya, para remaja putri terjebak freesex, aborsi bayi-bayi tak berdosa semakin meruyak, tempat-tempat pelacuran dilegalkan, pornografi membanjiri media, kekerasan dan pelecehan seksual semakin marak, sungguh perempuan dinistakan kembali. Atas nama kemodernan, perempuan diperdaya. Atas nama trend budaya, perempuan ditelanjangi.
Di belahan negeri Muslim lain, wanita dan anak-anak dibantai dalam peperangan mempertahankan negeri mereka sendiri. Larangan berjilbab marak di negara-negara Eropa karena islampobia. Fenomena ini adalah kejahatan dan ketidakadilan yang memilukan.
Kapitalisme dan liberalisme telah mendatangkan bencana besar bagi perempuan dan dunia. Siapakah yang dapat menyelamatkan kembali perempuan agar kembali meraih kemuliaannya? Ya, harapan itu hanya dapat diwujudkan oleh sebuah institusi yang berdasarkan syariah Islam. Institusi yang diwariskan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya, Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.
Kerinduan akan hadirnya Khilafah Islamiyah ini diungkapkan begitu indah oleh seorang Muslimah Australia, Maryam Brack, dalam acara Muktamar Mubalighah Indonesia yang baru lalu:
My dear sisters in Islam, this matter of the return of Islam that the world awaits is the like the rising of a new dawn, where the darkness that once covered the earth is transformed into light, like the sun that Allah SWT has to illuminate the day. It is this shining light of Islam, that guidance sent by Allah SWT, that whoever follows neither going astray nor is afflicted with distress, that the world awaits. Just like the sun that brings about a change to the darkened world so too will the Khilafah bring this change to the world removing the darkness of ignorance, jahilliyah (Saudariku Muslimah, urgensi kembalinya Islam saat dunia tengah menunggunya adalah bagaikan turunnya tetes embun, kegelapan yang menyelimuti bumi akan digantikan dengan cahaya. Seperti matahari, yang Allah SWT jadikan menyinari hari. Ini adalah kecemerlangan Islam yang diturunkan Allah SWT. Siapapun yang mengikutinya tak akan sesat maupun ditimpa penderitaan dan bahaya. Bagaikan matahari yang mengubah kegelapan dunia, begitu pula Khilafah akan membawa perubahan bagi dunia, menghilangkan gelapnya kebodohan, jahiliah).”
Keprihatinan terhadap kondisi umat yang terjebak dalam konspirasi global melalui penerapan sistem hidup kapitalis sekular di semua lini kehidupan ini juga dirasakan oleh mantan biarawati yang kini menjadi pakar kristologi, Hj. Irena Handono. Beliau mengajak kita semua bersatu menyelesaikan persoalan umat. Dalam testimoninya beliau menyatakan, “Sudah saatnya kita tidak bekerja sendiri-sendiri. Saatnya kita bekerjasama, duduk bersama untuk membuat pemetaan tentang masalah kehidupan, kemudian bersama-sama melakukan penyadaran di tengah umat tentang kondisi umat sebenarnya. Ajaklah umat untuk berpikir bagaimana memperbaiki kondisi, yakni dengan adanya pengaturan kehidupan dengan syariah di bawah Khilafah Islamiyah.”
Kerinduan dan harapan akan kemunculan kembali Khilafah pun dirasakan oleh para tokoh dan pemangku pesantren putri di Indonesia. Berikut penuturan Nyai Fathimatuz Zahra dari Lembaga Pendidikan Islam Bahrul Huda, Pamekasan, “Saya pribadi sangat mengharapkan Khilafah munculnya di Indonesia terlebih dulu, tapi jika kemunculan awalnya khilafah di luar Indonesia, saya tetap akan sangat mendukung. Jadi, di manapun benih khilafah itu muncul atas izin Allah SWT, saya akan tetap sangat mendukung dari sanubari yang paling dalam.”
Khilafah memang sedang ditunggu-tunggu. Berikut ungkapan Nyai Juwairiyah Hasyim Pemangku PP Nurul Hikmah, Puger-Jember, “Pokoknya dengan syariah Islam saya mendukung seratus persen. Khilafah juga! Tentang siapa khalifahnya bagi saya tidak menjadi masalah asalkan dia memenuhi syarat-syarat sebagai khalifah. Sudah sejak zaman dulu saya menunggu-nunggu kemunculan Khilafah dan baiat kepada Khalifah.”
Perempuan dunia memang tengah merindukan kehadiran Khilafah. Sebab, hanya Khilafah yang dapat menuntun perempuan kembali pada kemuliaannya. Khilafah akan menjaga dan melindungi perempuan dari segala bentuk eksploitasi dan diskriminasi. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []