Tanggal 21 April 2010 yang lalu, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan Muktamar Mubalighah Indonesia. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 6000 mubalighah, ustadzah, pemangku pesantren putri dan para tokoh Muslimah dari seluruh Indonesia. Mereka adalah permata-permata umat yang sangat peduli dengan persoalan perempuan dan secara intensif membina kaum perempuan dengan Islam. Dalam muktamar ini, para mubalighah lintas lembaga diseru pada satu langkah bersama untuk berjuang menyongsong Khilafah Islamiyah.
Mengapa Muslimah Hizbut Tahrir begitu konsisten mengajak perempuan menegakkan Khilafah? Berikut wawancara Redaksi dengan Jurubicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Febrianti Abassuni, M.Si.
Apa yang melatarbelakangi Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia mengangkat tema besar “Satukan Langkah Songsong Khilafah Islamiyah” pada Muktamar Mubalighah Indonesia?
Khilafah adalah janji Allah kepada kaum Mukmin sebagaimana firman Allah SWT dalam QS an-Nur ayat 55 dan hadis sahih yang diriwayatkan dalam Musnad Ahmad:
Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti metode Kenabian (HR Ahmad).
Khilafah pasti akan tegak karena sudah merupakan janji Allah. Pilihannya ada pada kita, apakah kita memilih hanya sebagai penonton atau menjadi orang yang bergembira karena telah ikut dalam barisan perjuangan. Karena itu, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia mengajak kaum Muslimah secara umum, termasuk para mubalighah, untuk menyatukan langkah perjuangan menyongsong Khilafah Islamiyah.
Mengapa para Muslimah harus berjuang menegakkan Khilafah?
Selain agar menjadi orang yang beruntung mendapatkan janji Allah, menegakkan Khilafah adalah kewajiban bagi seluruh kaum Muslim dan Muslimah.
Seluruh kaum Muslim diperintahkan untuk menaati para pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya (QS an-Nisa’ [4]: 59) dan para ulil amri wajib menerapkan hukum-hukum Allah (syariah Islam) dalam pemerintahannya (QS al-Maidah [5]: 48). Melepaskan ketaatan kepada ulil amri yang menerapkan hukum-hukum Allah (Khalifah) adalah haram. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan (kepada Imam/Khalifah), ia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat kelak tanpa memiliki hujjah. Siapa saja yang mati dan di pundaknya tidak terdapat baiat, ia mati seperti kematian jahiliah.” (HR Muslim).
Ketika kita hendak membaiat Khalifah, dan ternyata Khalifahnya belum ada, tentu kewajiban kita seluruh kaum Muslim, termasuk Muslimah, untuk mengupayakan keberadaan-nya. Jika kita tidak mengupayakan adanya Khilafah Islamiyah berarti kita meninggalkan kewajiban dari Allah, sama saja seperti kita meninggalkan kewajiban shalat.
Apa sebetulnya urgensi Khilafah bagi kaum perempuan, Muslimah khususnya?
Berbagai masalah dialami kaum Muslimah di dunia saat ini. Akar masalahnya ada pada dominasi sistem Kapitalisme di dunia. Kita tahu Kapitalisme identik dengan ketimpangan ekonomi. Segelintir orang menguasai sumberdaya ekonomi dan produksi. Merekalah yang dikenal sebagai para kapitalis. Sebaliknya, yang lain menjadi buruh dan pasar dari para kapitalis.
Saat ini kekuasaan kapitalis dunia sudah tidak lagi dibatasi oleh batas-batas negara. Ketika para kapitalis dunia merasa kepentingan mereka untuk menguasai Timur Tengah terancam, mereka mendorong pemerintah mereka untuk melakukan atau mendukung invasi militer. Inilah yang terjadi di Irak dan Afganistan. Para Muslimah di sana terbunuh, teraniaya dan kehilangan kehidupan normal karena kepentingan para kapitalis yang ingin menguasai minyak di sana. Muslimah di Palestina juga mengalami kehidupan buruk karena penjajahan Israel; karena kapitalis dunia menanam negara Israel di Timur Tengah untuk mencegah persatuan negeri-negeri Islam dan tegaknya kekuasaan Islam.
Kaum Muslimah di negeri-negeri lain yang berpenduduk mayoritas Muslim, misalnya Indonesia, mendapatkan nasib buruk karena penjajahan non-fisik. Sumberdaya alam mereka berlimpah, tetapi mayoritasnya dikuasai kapitalis dunia. Pemerintah negeri-negeri ini tak berdaya melindungi kepentingan rakyatnya di hadapan para kalitalis dunia. Ditambah adanya mental korup sebagian aparat pemerintahan, pendapatan pemerintah jadi tak mampu membuat layak hidup rakyatnya. Banyak yang tidak bisa sekolah, kurang gizi, tidak mampu berobat. Sebaliknya, para kapitalis dunia mendapatkan keuntungan yang berlimpah dari negeri-negeri ini. Di negeri-negeri inilah kita menyaksikan Muslimah terpaksa mengabaikan anaknya untuk bisa menyambung hidup. Sebagian mereka bertahan dalam penganiayaan, pelecehan seksual atau jeratan prostitusi karena berpikir hanya dengan begitu anaknya bisa makan dan terus sekolah.
Kita juga menyaksikan Muslimah lain di negeri ini terbius gaya hidup peradaban Barat. Mereka menjadikan kepuasan fisik sebagai nilai kebahagiaan. Karena itu, mereka sibuk bekerja dan mengabaikan anak dan keluarganya, untuk mendapat kehidupan yang katanya bergengsi. Tanpa sadar mereka menjadi sasaran empuk perluasan pasar produk kapitalis dunia.
Kita tahu kapitalis dunia menyetir kehidupan masyarakat ke kehidupan sekular yang tidak membolehkan aturan agama dijadikan landasan dalam pengaturan kehidupan. Karenanya, tidak aneh kemudian kalau di negeri Muslim ini tetap beredar produk yang sudah jelas keharamannya seperti industri miras, pornografi, pornoaksi dan prostitusi. Semakin lama dekadensi moral dan kerusakan keluarga dan generasi muda demi kepentingan kapitalis dunia ini semakin nyata di negeri-negeri mayoritas Muslim.
Pada saat yang sama, para Muslimah yang hidup di negara-negara berpenduduk Muslim minoritas, seperti di Eropa, sudah dipandang sebagai sebagai ancaman bagi peradaban Barat. Mereka dilarang berhijab dan mulai dilarang untuk menunjukkan identitas keislamannya.
Demikianlah, bermacam-macam kesulitan kehidupan Muslimah dunia saat ini berakar pada dominasi kekuasaan Kapitalisme sekular di dunia. Di sinilah urgensi Muslimah memperjuangkan Khilafah. Hanya Khilafah Islamiyah yang bisa mencabut dominasi kekuasaan Kapitalisme di dunia dan mengatur kehidupan berdasarkan syariah sehingga masalah-masalah kehidupan Muslimah bisa diselesaikan.
Lalu bagaimana Khilafah bisa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Muslimah di dunia saat ini?
Pertama: karena Khilafah dipimpin oleh orang terbaik. Khalifah (kepala negara Khilafah) adalah orang terbaik dari semua orang yang memenuhi syarat untuk menjadi khalifah, yaitu Muslim, laki-laki, balig, berakal, merdeka dan memiliki kapabilitas menjadi seorang kepala negara. Rakyat sadar bahwa Khalifah adalah pemegang kekuasaan tunggal untuk menerapkan syariah, karenanya tentu tidak akan memilih orang yang tidak memenuhi syarat untuk menduduki posisi khalifah.
Kedua: karena Khalifah menerapkan solusi kehidupan dari Sang Pencipta manusia sehingga pasti mampu menyelesaikan masalah kehidupan manusia, termasuk kaum Muslimah. Dengan keterikatan pada al-Quran dan al-Hadis, Khalifah akan mengelola ekonomi, politik dalam dan luar negeri, pendidikan dan interaksi sosial serta peradilan negara berdasarkan syariah. Dengan itu negara menjadi mandiri, memiliki kestabilan politik dan kemampuan mensejahterakan tiap individu warga negara dalam suasana ketundukan kepada Allah, maju perekonomiannya dan mampu membiayai pertahanan keamanan yang membuat negara disegani dalam konstelasi politik dunia.
Berbeda dengan negara kapitalis yang pendapatan utamanya adalah pajak, pendapatan Khilafah yang terbesar adalah dari pengelolaan sumberdaya alam yang merupakan milik umum seperti barang-barang tambang, minyak, gas bumi, dan yang lain. Kalau kita anggap kekayaan alam 100, di negara kapitalis hasil kekayaan alam tadi mungkin hanya didapatkan 10 sampai 20 oleh negara melalui pajak, yang 80 dikuasai oleh para kapitalis. Inilah yang membuat negara kapitalis tidak mampu mensejahterakan seluruh rakyat, sementara para kapitalis semakin kaya dan berkuasa. Sebaliknya, Khilafah diberi amanah mengelola 100 persen kekayaan alam tadi. Dengan itu Khilafah bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap kepala keluarga; memberikan modal kerja dan subsidi bagi rakyat; menyediakan layanan pendidikan, kesehatan dan keamanan gratis bagi tiap warga negara; membangun infra struktur, membeli persenjataan dan lain-lain. Sementara itu, individu tetap bisa mengelola aset ekonomi yang bukan milik umum seperti sawah, kebun, bangunan, komoditi perdagangan dan industri, dan lain-lain. Mereka juga bisa bekerja pada negara mengusahakan kepemilikan umum. Negara Khilafah seperti inilah yang bisa menyelesaikan masalah Muslimah di seluruh dunia.
Masalah kaum Muslimah karena kemiskinan dan kebodohan bisa dihindari. Kaum Muslimah bisa berkonsentrasi pada tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dan kewajibannya yang lain. Anak-anak bisa tumbuh dalam perhatian dan kasih-sayang sesuai yang mereka butuhkan sehingga kehancuran generasi bisa dihindari.
Negara Khilafah juga tidak akan membiarkan perkembangan ekonomi yang bertentangan dengan syariah. Industri miras/narkoba dan seks, pornografi dan pornoaksi pasti dilarang, polisi cukup jumlahnya dan bisa gaji secara layak sehingga bisa menegakkan hukum, membuat ibu-ibu merasa aman dari bahaya produk-produk haram tersebut bagi anak-anak mereka.
Khilafah yang memiliki kekuatan militer yang cukup dan tentara bersemangat mati syahid tentu juga bisa menyelamatkan Palestina, Irak dan Afganistan dari penjajahan fisik. Dengan begitu derita kaum Muslimah di sana bisa dihentikan. Kaum Muslimah di jantung negara-negara kapitalis bisa tetap berdakwah di sana jika masih memungkinkan; kalau tidak, mereka bisa segera berhijrah ke Khilafah.
Bagaimana dengan perempuan non-Muslim, apakah ada kebutuhan yang signifikan juga bagi mereka akan hadirnya institusi Khilafah ini?
Tentu, non-Muslim juga butuh khilafah. Yang butuh kesejahteraan dan ketenteraman hidup itu kan semua manusia. Negara kapitalis tidak bisa merealisasikan hal tersebut. Hanya Khilafah yang akan mampu mewujudkannya.
Nilai hidup bebas dalam Kapitalisme itu sebenarnya bertentangan dengan nilai agama mana pun dan bertentangan dengan fakta kehidupan manusia. Manusia tidak mungkin hidup tanpa aturan. Sebaik-baik aturan adalah aturan dari Pencipta manusia.
Dalam negara Khilafah, non-Muslim hanya diminta tunduk pada syariah dalam kehidupan umum/publik. Mereka tidak akan dipaksa masuk Islam dan tetap boleh menjalankan keyakinan agama mereka. Namun, mereka sama-sama mendapatkan kesejahteraan sebagai warga negara, sebagaimana warga negara Muslim. Jadi tidak ada alasan bagi non Muslim untuk menolak Khilafah. Itulah yang tercatat dalam sejarah ketika umat Nasrani Koptik di Mesir lebih memilih tunduk pada Khilafah daripada tunduk kepada penguasa Romawi yang memeluk ajaran Nasrani.
Pendek kata, Muslimah, perempuan seluruhnya, dan dunia butuh Khilafah. Karenanya, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyeru kaum Muslimah dan kaum perempuan untuk segera ikut memperjuangkan tegaknya Khilafah Islamiyyah bersama Hizbut Tahrir. Insya Allah kemenangan sudah semakin dekat. []