HTI

Cover (Al Waie)

Bahaya partai Terbuka [Pengantar]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, jika dibandingkan dengan Partai Masyumi tahun 1950-an dulu yang amat kental warna ideologis Islamnya, parpol-parpol Islam—peserta Pemilu—saat ini makin tak jelas ideologinya. Pasalnya, sulit bagi siapapun saat ini untuk membedakan parpol Islam dengan parpon sekular, bukan hanya dari sisi ’kulit’-nya, tetapi juga dari sisi ’isi’-nya. PKS yang awalnya dianggap merepresentasikan parpol Islam—meski sebetulnya tak pernah mengusung isu-isu Islam seperti syariah Islam atau Negara Islam—terakhir malah makin ’inklusif’, bahkan memproklamirkan diri sebagai partai terbuka. Sebetulnya, ini tidak mengejutkan, karena sejak lama partai ini memiliki anggota, bahkan di antaranya menjadi wakil rakyat dari PKS, dari kalangan non-Muslim, paling tidak dari wilayah Papua. Dalam sepak terjangnya pun tak ada beda partai ini dengan partai lain. Sudah banyak fakta bagaimana partai ini berkoalisi dengan sejumlah partai sekular—bahkan partai Kristen/PDS—dalam sejumlah Pemilukada. Yang paling kasatmata tentu saja adalah dukungan total PKS terhadap rezim Partai Demokrat/SBY. Artinya, apa yang diproklamirkan PKS dalam Munasnya baru-baru ini hanyalah bentuk penegasan dari sebelumnya terkesan ’malu-malu.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa penyebabnya? Bagaimana pula peluang partai-parti Islam ke depan dalam meraih tampuk kekuasaan? Mungkinkah partai-partai Islam bisa menang dan berkuasa setelah menempuh langkah ’gambling’, yakni membuang ideologi Islam dan identitas keislamannya? Andaipun menang dan berkuasa, mungkinkah mereka diharapkan bisa menegakkan syariah Islam secara formal dalam negara—hal mana sejatinya menjadi cita-cita tertinggi setiap partai Islam? Jika tak mungkin, untuk apa partai Islam berkuasa? Apa manfaatnya partai Islam yang seperti itu? Lagi pula masih layakkah parta semacam ini menyandang sebutan partai Islam?

Di seputar itulah tema utama al-waie edisi kali ini, selain sejumlah perkara penting lainnya.

Tak lupa, di ambang bulan suci Ramadahan ini, kami mengucapkan, “Selamat menunaikan ibadah shaum. Semoga Ramadhan kali ini benar-benar menjadi wasilah bagi kita untuk meraih derajat ketakwaan kepada Allah SWT, sekaligus menjadi jalan keberkahan bagi kita dengan datangnya nasrullah demi tegaknya syariah dalam seluruh aspek kehidupan dalam institusi Khilafah. Amin.”

Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

2 comments

  1. Ya, begitulah ketika sejak awal sudah salah langkah, tidak mau merujuk kepada thariqah Rasulullah, akhirnya semakin jauh dan semakin jauh. Semoga Allah membimbing kita semua. Amin…

  2. Ridwan Akbar

    Menurut saya sih para pembesar PKS kebanyakan adalaha org2 munafik!!! karena mereka telah mengambil sebagian daripada org2 kafir menjadi bagiannya !!! Tapi yang saya harafkan semoga PKS walaupun seperti itu tapi masih pada partai yang berasakan ideologi Islam !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*