Hizbut Tahrir (HT) adalah partai politik internasional yang hingga sekarang HT memiliki jejaring di lebih dari 40 negara. Sifat keinternasionalan HT ini sesungguhnya cocok dengan universalitas Islam dan persaudaraan Islam yang tidak mengenal perbedaan ras, suku bangsa dan bahasa. Semua Muslim adalah bersaudara; memiliki Tuhan yang sama, yakni Allah SWT; Rasul yang sama, yakni Nabi Muhammad saw.; kitab yang sama, yakni al-Quran; kiblat yang sama, yakni Ka’bah Baitullah; dan mestinya juga memiliki sistem dan kepemimpinan yang sama, yakni syariah dan Khilafah.
Keinternasionalan HT juga cocok dengan upaya rasional untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi oleh umat Islam. Sebagian besar persoalan yang dihadapi oleh umat Islam seperti krisis di Irak, Afganistan, Palestina, juga krisis keuangan global dan lainnya sebenarnya berpangkal pada akar internasional sehingga harus dihadapi secara internasional pula; tidak cukup hanya dengan gerakan lokal, nasional atau bahkan regional.
++++
Sebagai partai internasional yang bekerja di lebih dari 40 negara, dalam upayanya menggalang kesadaran global, HT acap menyelenggarakan forum-forum internasional. Di antaranya, pada Ahad, 6 Sya’ban 1431 H/18 Juli 2010 M lalu, bertempat di Konferensi Hall Bristol, Hotel Convention Center Le Bristol, Verdun, Beirut, Libanon, Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir menyelenggarakan Konferensi Internasional Media dengan tema: “Hizb ut-Tahrir’s Perspective on The World’s Most Critical International and Regional Problems (Sikap Hizbut Tahrir Terhadap Isu-Isu Penting Internasional dan Regional)”. Konferensi tersebut diselenggarakan dalam rangka peringatan mengenang kehancuran Khilafah pada 28 Rajab 1342 H yang bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, 94 tahun lalu. Konferensi itu diikuti oleh para politisi dan jurnalis dari berbagai penjuru dunia.
Sebelumnya, tahun lalu, persisnya pada Sabtu, 7 Muharram 1430 H (3 Januari 2008 M) di Khartoum, Sudan, HT juga telah mengadakan sebuah konferensi ekonomi internasional dengan tema: “Towards a Tranquil Safe World under The Shade of The Economic System of Islam (Menuju Dunia Bebas Krisis di Bawah Sistem Ekonomi Islam)”. Di dalamnya berbicara sejumlah pakar ekonomi, intelektual dan politisi dari berbagai penjuru dunia; di antaranya dari Australia, Malaysia, Yaman, Bangladesh, Pakistan, Libanon, Palestina, Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia.
Di masing-masing negara juga sering diselenggarakan acara yang bertaraf internasional dengan mengundang pembicara anggota HT dari berbagai negara. Di antaranya yang paling fenomenal adalah Konferensi Khilafah Internasional di Jakarta pada tahun 2007 lalu.
Sebelumnya, pada tahun yang sama, di Sydney Australia juga diselenggarakan Konferensi Khilafah dengan pembicara selain dari HT Australia, juga dari HT Palestina dan HT Indonesia. Tahun ini, HT Australia juga menyelenggarakan International Khilafah Conference dengan tema, “The Struggle for Islam in The West”, dengan mengundang pembicara dari HT Inggris, selain dari HT Australia sendiri.
++++
Di Indonesia, sifat keinternasionalan HT ini sering dipersoalkan. HTI kemudian disebut sebagai gerakan transnasional. Ini tentu sangat aneh bin ajaib. Mengapa? Karena sebenarnya yang sekarang ada di Indonesia seperti agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha), ideologi (Kapitalisme, Sosialisme, Islam), sistem politik pemerintahan (demokrasi, republik, trias politika, dan sebagainya), semuanya berasal dari luar Indonesia; tidak ada satu pun yang asli dari Indonesia. Karena itu, mestinya semua itu tidak perlu dipersoalkan. Yang harus dipersoalkan mestinya adalah baik atau buruknya hal yang bersifat internasional itu. Keinternasionalan sesuatu bisa diterima sepanjang hal itu baik bagi negeri ini.
Dengan cara pandang seperti itu, maka Kapitalisme dan Sosialisme jelas harus dipersoalkan karena keduanya adalah ideologi batil yang telah terbukti menyengsarakan rakyat banyak. Begitu juga dengan pemikiran dan paham-paham turunannya seperti demokrasi, trias politika dan sebagainya. Mempersoalkan keinternasionalan HTI tanpa mempersoalkan hal-hal yang jelas-jelas telah turut andil memperpuruk Indonesia menunjukkan kedangkalan berpikir.
Dari sana tampak jelas bahwa mempersoal-kan keinternasionalan HTI lebih didorong oleh kepentingan politik. Artinya, sebenarnya bukan keinternasionalan HTI yang dipersoalkan, tetapi gagasan perjuangannya. Apa yang diperjuang-kan oleh HTI dan terus-menerus disebarkan di tengah masyarakat rupanya telah mengganggu segelintir pihak. Siapa itu? Tentu orang-orang yang tidak suka bila sistem Islam tegak atau orang-orang yang telah banyak diuntungkan oleh sistem sekular yang ada saat ini.
Untuk menarik simpati atau dukungan masyarakat, dibuatlah opini seolah-olah dengan keinternasionalannya itu, HTI membahayakan Indonsesia. Membahayakan apa? Tidak jelas. Semua itu hanyalah propaganda busuk, tuduhan tanpa dasar. Silakan tunjukan mana dari ide, pemikiran dan kegiatan HTI yang telah terbukti atau diduga akan mencelakakan Indonesia. Tidak ada satu pun. Semua yang dilakukan HTI justru untuk kebaikan Indonesia. Sebab, hanya dengan syariah, keadilan, kesejahteraan, kedamaian dan ketenteraman di negeri ini akan benar-benar terwujud. Hanya dengan Khilafah Indonesia akan menjadi bagian dari Dunia Islam kuat dan mulia, tidak seperti sekarang yang terus-menerus dalam tekanan negara asing.
Orang-orang yang berteriak-teriak tadi justru jelas-jelas mendukung atau menjadi bagian dari ide, pemikiran dan bahkan rezim yang telah terbukti memurukkan Indonesia. Apa yang didapat Indonesia setelah lebih dari 60 tahun dengan sekularisme? Ini dia: kemiskinan (lebih dari 100 juta rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan menurut World Bank), kerusakan moral (di antaranya tampak dari maraknya seks bebas), ketidakadilan ekonomi, hukum dan sosial, kemusyrikan, kezaliman dan sebagainya.
Oleh karena itu, kita tidak boleh mudah terprovokasi oleh istilah transnasional dan bahayanya gerakan transnasional, apalagi bila itu ditujukan untuk menghentikan gerakan dakwah yang akan menegakkan syariah dan Khilafah, yang sedang dilakukan justru demi kebaikan negeri ini. []