Perasaan bosan wajar menghinggapi manusia yang rutin melakukan aktivitas yang sama dari waktu ke waktu, termasuk aktivitas dakwah yang harus dilakukan kontinu dan tidak ada kamus libur dalam pelaksanaannya. Seorang Muslim, yang diperintah untuk berdakwah, secara fitrah mempunyai rasa jemu. Rasa jemu ini timbul dari rutinitas dakwah yang tanpa memahami alasan mengapa ia berdakwah. Karena itu, penting bagi pengemban dakwah untuk kembali mengingat mengapa ia harus melakukan rutinitas dakwah. Dengan itu, ia terhindar dari jebakan rasa bosan yang jika tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan berhentinya aktivitas dakwah alias futur.
Rasa bosan itu timbul karena para pengemban dakwah hanya menjalankan amanah dakwah tanpa ada upaya membangun semangat dalam benaknya. Waktunya habis untuk rutinitas dakwah, tapi dia lupa meluangkan waktu untuk meningkatkan tsaqafah yang merupakan ‘makanan’ akal dan hati. Padahal amalan dakwahnya berbahan bakar dari semangat dalam kalbu itu. Jika semangat dakwah dalam kalbu tidak dibangun, maka akan muncul rasa jumud dalam dirinya dan dia merasa tidak ada gunanya berdakwah. Dalam satu titik dia akan total berhenti berdakwah dan tentu ini sangat berbahaya; berbahaya bagi dirinya karena dengan begitu melalaikan aktivitas wajib yang kemuliaannya setara dengan aktivitas para nabi; berbahaya bagi umat karena umat akan kehilangan sosok yang memberi mereka pencerahan sehingga mereka tidak akan kunjung paham kemuliaan penerapan syariah Allah SWT secara kaffah dalam institusi Khilafah.
Untuk mencegah futur dakwah, pengemban dakwah harus terus memperbarui iman; memberi makan kalbunya dengan tsaqafah Islam agar terbebas dari penyakit-penyakit hati seperti cinta dunia dan lain-lain. Memperbarui iman diperintahkan Allah SWT: Wahai orang-orang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan pada kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah Dia turunkan sebelumnya (TQS an-Nisa’ [4]: 36).
Memperbarui iman bisa dilakukan dengan cara sering membaca sirah generasi salaf yang sangat motivatif, berkhalwat dengan dirinya sendiri-merenungi dosanya dan mengingat kebesaran-Nya hingga menitikkan airmata, mengerjakan amalan-amalan yang bisa menimbulkan sikap tawaduk/rendah hati demi mengikis kesombongan, ziarah kubur demi mengingat kematian yang pasti datang sebagai nasihat yang diam agar dia lebih bersemangat untuk beramal, mengunjungi orang-orang salih demi menimba ilmu guna meningkatkan iman, dan mengingat hari-hari Allah-hari saat pertolongan Allah datang. Dengan rutin melaksanakan tips ini, insya Allah dakwah akan semakin semangat dan Khilafah segera akan tegak di depan mata. Amin! [Irawati TriKurnia; Guru Les Privat, Kendangsari, Surabaya-Jatim]