Sepanjang bulan Rajab 1431 Hijrah, Hizbut Tahrir menggelar serangkaian konferensi. Di antaranya di Australia, Indonesia, Palestina, Pakistan dan di Libanon. Ratusan hingga ribuan orang menghadiri acara tersebut. Puncak acara Rajab ini adalah Konferensi Media Internasional yang berlangsung di Beirut Libanon.
Hizbut Tahrir, menurut Juru Bicara HTI M Ismail Yusanto, ingin menjelaskan masalah-masalah dunia dan memberikan solusi yang sebaiknya dilakukan atau ditempuh untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut sehingga tumbuh kesadaran di tengah masyarakat internasional. Melalui konferensi ini Hizbut Tahrir ingin menunjukkan bahwa partai politik ideologis ini memang bekerja dan berjuang untuk umat.
Libanon
Konferensi Rajab di Libanon agak berbeda dengan di negara lainnya. Cakupannya lebih luas, internasional. Konferensi ini diselenggarakan oleh Kantor Pusat Media HT sehingga pesertanya khusus bagi kalangan media massa. Konferensi Internasional Media ini berlangsung Ahad 18 Juli 2010 dan dihadiri oleh sekitar 500 orang.
Melalui konferensi ini Hizbut Tahrir ingin mempererat hubungannya dengan berbagai media massa dari seluruh dunia sehingga media menjadi lebih tahu tentang apa yang dipikirkan dan diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir.
Konferensi ini mengupas permasalahan politik, ekonomi dan sosial disertai solusi dari sudut pandang Islam. Di antaranya tentang krisis Palestina, Irak dan Afganistan; disintegrasi di Sudan; tantangan Islam di dunia Barat; krisis keuangan global; dan isu senjata nuklir Iran.
Osman Bakhash, Direktur Kantor Pusat Media HT, menegaskan HT selalu menempuh cara-cara damai dalam membangun kembali sebuah Kekhalifahan Islam. Cara itu dilakukan dengan membangun opini Islam dan menentang setiap opini penjajah di Dunia Islam.
Sistem Islam, kata Bakhash, akan menaungi semua orang yang ada di dalamnya baik Muslim maupun non-Muslim, tanpa ada perbedaan perlakuan. Kehidupan seperti ini telah dibuktikan oleh Kekhilafahan Islam selama ratusan tahun lamanya hingga runtuhnya Kekhilafahan Islam tahun 1924 M. Sejak runtuhnya Khilafah, umat Islam terpecah belah dan mengalami berbagai permasalahan yang tak pernah terselesaikan oleh sistem yang ada (kapitalis).
Juru Bicara HT Libanon Ahmad al-Qashash menegaskan, Hizbut Tahrir telah menjadikan Islam dan mengembalikannya ke dalam kehidupan umat sebagai persoalan utama (qadhiyah al-mashîriyah). Hizbut Tahrir didirikan berasaskan akidah Islam, terikat dengan hukum syariah, mengemban konsep-konsep Islam, serta berusaha dengan segenap kemampuan yang dia miliki untuk melanjutkan kehidupan Islam.
Ia menjelaskan, Hizbut Tahrir tidak berbicara kecuali sesuai dengan Islam, dan selalu menjalankan aktivitas berdasarkan Islam. “Siapa saja yang telah mengetahui hal itu, kemudian ia tetap bersikeras memerangi pemikiran yang diemban Hizbut Tahrir, maka dengan sendirinya ia menyatakan perang terhadap pemikiran-pemikiran Islam, bukan perang terhadap pribadi-pribadi kami,” katanya kepada pers.
Australia
Di Australia, Konferensi Khilafah berlangsung Ahad (4/7) di Sydney. Konferensi ini dihadiri oleh sekitar 1.000 orang. Jumlah ini terbilang besar bagi kaum Muslim di sebuah negeri di Barat. Menurut panitia, jumlah peserta konferensi berlipat ganda dari konferensi yang sama tahun 2007. Orangtua, para pemuda, laki-laki dan perempuan, tidak ketinggalan juga anak-anak kecil ikut meramaikan konferensi besar bagi kaum Muslim tersebut.
Beberapa media meliput kegiatan ini. News Online Australia menjadikan konferensi ini sebagai headline di halaman website-nya dengan tulisan, “Islamic group’s call to Muslim sparks protest ‘Shun Democracy’”. HeraldSun menulis judul, “Aussie Muslims told to ’shun democracy.” The Australian mengangkat judul, “Police on guard as anti Islamists stage protest.”
Para pembicara konferensi menyerukan kepada Muslim Australia untuk menghinakan demokrasi sekular dan gagasan Islam moderat Barat. Mereka juga menyerukan kaum Muslim di benua itu untuk bergabung dalam perjuangan penegakan Khilafah. “Kita harus menaati Islam dan hanya Islam,” kata Hanif di hadapan peserta konferensi di Lidcombe, Ausie.
Dia mengatakan, demokrasi sangat tidak sesuai dengan Islam karena al-Quran menegaskan Allah SWT-lah satu-satunya pembuat undang-undang. Keterlibatan politik kaum Muslim tidak boleh didasarkan pada konsep sekular dan salah seperti demokrasi dan kebebasan.
Juru Bicara HT Australia Wassim Dourehi mengajak kaum Muslim agar tidak mendukung “setiap partai politik kafir apa pun”, karena manusia tidak berhak untuk membuat undang-undang. Dourehi juga mendesak umat Islam untuk menghinakan konsep Islam moderat yang dipromosikan oleh pemerintah di Barat. “Ini adalah ramuan menyimpang dari pemerintah Barat.”
Palestina
Bumi Palestina gegap-gempita dengan seruan penegakan Khilafah. Kamis (15/7). Ribuan orang turun ke jalan dan berkeliling kota Ramalah di Tepi Barat. Mereka membawa bendera Islam al-Liwa dan ar-Raya sambil meneriakkan seruan penerapan syariah dan Khilafah.
Aksi ribuan orang ini menggentarkan pemerintah Palestina. Sebelumnya polisi menangkap ratusan orang baik di desa maupun di kota. Penangkapan itu dilakukan dalam upaya memblokir penyelenggaran Konferensi Khilafah di Ramalah yang telah diumumkan sebelumnya kepada khalayak ramai, termasuk melalui media massa, oleh Hizbut Tahrir.
Seruan penegakan Khilafah juga terjadi di Jalur Gaza. Mereka turun ke jalan. Namun, aksi mereka dihentikan dan dibubarkan oleh pemerintah Hamas. Seorang remaja putri tertembak peluru tajam oleh aparat keamanan Hamas. Beberapa orang ditangkap, namun kemudian dibebaskan.
Amerika
Seruan penegakan Khilafah juga menggema di Amerika Serikat. Hizbut Tahrir Amerika tak ketinggalan menyelenggarakan Konferensi Khilafah 2010 setelah tahun sebelum mereka berhasil menyelenggarakan acara yang sama. Berbagai pengumuman telah disampaikan, termasuk tempat acara telah di-booking.
Namun, acara yang rencananya berlangsung Ahad (11/7) itu akhirnya gagal setelah pihak Hotel Marriot, Oak Brook, Chicago, tiba-tiba membatalkan pemesanan tempat karena ada tekanan dari pemerintah dan orang-orang yang anti Islam.
Indonesia
Konferensi Rajab berlangsung di berbagai kota besar di Indonesia, mulai dari Yogyakarta, Makassar, hingga Jakarta. Konferensi ini mengangkat tema, “Hizbut Tahrir Menjawab, Solusi Islam untuk Krisis Indonesia dan Internasional.”
Di Yogyakarta, konferensi berlangsung di Balai Kunti Mandala Bhakti Wanitatama yang dihadiri lebih dari 1.000 peserta. Puluhan di antaranya adalah kalangan non-Muslim. Di Makassar, kegiatan yang sama berlangsung di Lapangan Karebosi. Peserta melebihi kapasitas kursi yang disediakan, yakni 5.000. Beberapa di antaranya harus rela berdiri atau duduk di lantai. Di Jakarta, sekitar 1.500 orang hadir dalam konferensi yang berlangsung Ahad (25/7).
Takbir membahana dalam konferensi tersebut. Para pembicara secara bergantian mengungkap fakta krisis politik dan ekonomi baik di Indonesia maupun dunia pada umumnya dan solusinya menurut Islam. Menurut para pembicara, solusinya tidak bisa dikompromikan dengan sistem yang rusak. Satu-satunya jalan hanyalah menerapkan Islam secara total dalam naungan negara, yakni Khilafah. apalagi penegakan Khilafah bukan sekadar kebutuhan, tetapi sekaligus merupakan wujud ketaatan kaum Muslim kepada Allah SWT.
Tantangan dan Hambatan
Beberapa hari sebelum Konferensi Internsional Media di Beirut digelar, muncul provokasi dari media setempat bahwa kegiatan HT itu ilegal. Dewan Keamanan Pusat Libanon sampai merekomendasikan kepada Dewan Menteri untuk meminta penjelasan dari Hizbut Tahrir.
Juru Bicara HT Libanon Ahmad al-Qashash menilai ada sejumlah wartawan yang sengaja direkrut oleh beberapa kedutaan besar di Libanon dengan tugas melakukan provokasi agar membenci HT. “Itu mereka lakukan setiap ada kesempatan,” kata al-Qashash.
Dia menjelaskan, semua organisasi dan partai yang beraktivitas secara terbuka di Libanon dan telah menyampaikan pemberitahuan kepada otoritas setempat tidak memerlukan izin apapun. Malah, HT Libanon telah mengirim utusan ke pemerintah provinsi untuk menyampaikan surat pemberitahuan tentang konferensi ini. Justru, pejabat di pemerintah provinsi mengatakan, “Anda tidak perlu memberitahu kami sebab konferensi itu tidak diadakan di tempat umum.” Lebih dari itu, panitia telah memegang izin dari pihak Keamanan Publik untuk memasang spanduk pemberitahuan tentang konferensi di jalan-jalan umum.
Al-Qashash juga menanggapi pernyataan Dewan Keamanan Pusat yang meminta Departemen Dalam Negeri membubarkan HT. Menurut dia, tidak ada alasan konstitusional untuk melarang HT Lebanon. Malah, berdasarkan konfirmasi dari Dewan Keamanan Pusat sendiri, lembaga itu tak memiliki catatan keamanan yang dilakukan HT.
Upaya penggagalan Konferensi Internasional Media juga datang dari anggota Parlemen Libanon dari kalangan Kristen, Michel Naim Aoun. Dia menyerang aktivitas HT di Libanon. Terhadap serangan itu, al-Qashash balik mengungkap bahwa Aoun adalah ujung tombak Libanon dalam perang yang dilancarkan oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya terhadap Islam dan para pengembannya.
Berbagai makar itu tidak berhasil menghentikan konferensi tersebut. Namun, kedutaan besar Libanon di Indonesia dan Pakistan tak mengeluarkan visa bagi peserta asal kedua negara itu.
Peristiwa ini mengingatkan kejadian Konferensi Khilafah Internasional 2007 lalu saat dua pembicara dari luar negeri dideportasi oleh pemerintah Indonesia. Keduanya adalah Abu Anas dari Australia dan Imran Wahid dari Inggris.
Fakta ini, menurut Ismail, menunjukkan bahwa jargon kebebasan berpendapat dan berkumpul itu tidak sungguh-sungguh terjadi, apalagi kalau itu menyangkut Hizbut Tahrir. Padahal apa yang dilakukan Hizbut Tahrir itu kan hanya menyampaikan gagasan, dalam hal ini melalui sebuah forum seperti konferensi, seminar, dsb. “Ternyata kebebasan itu hanya diberikan kepada mereka yang sekular dan anti Islam,” tandasnya.
Ismail menduga, ada ketakutan yang berlebihan terhadap setiap usaha untuk proses kebangkitan Islam. “Jadi kita baru bicara saja, mereka sudah takut,” katanya.
Bahkan di negara kampiun demokrasi, Amerika Serikat, HT pun dihalang-halangi untuk menyelenggarakan sebuah konferensi. “Kami tidak menyerang siapa pun,” kata Ayman Hamed, seorang panitia konferensi yang tinggal di Chicago Ridge. “Kami berbicara tentang Islam.”
Situs Chichago Tribune memberitakan, para pengritik percaya, konferensi itu digelar untuk menghidupkan kembali sistem pemerintahan pasca wafatnya Nabi Muhammad saw., yakni sistem Khilafah. HTA dinilai berupaya mendorong Muslim Amerika agar menentang pemerintah AS.
Kelompok kepentingan berbasis di Washington, Responsible for Equality and Liberty (REAL), mengatakan, meskipun Hizbut Tahrir secara eksplisit mengutuk kekerasan, ideologi mereka menunjukkan sebaliknya.
Kehadiran HT di Amerika memang telah menggentarkan warga AS, terutama mereka yang phobia terhadap Islam. HT dianggap sebagai ancaman. Tulisan di situs Right Side News (15/7), berjudul, “”Why We Should Care About Hizb ut-Tahrir in the United States” (Mengapa Seharusnya Kita Peduli terhadap HT di Amerika),” menggambarkan kegentaran itu.
Maka dari itu, ketika rencana HT Amerika mengadakan konferensi Khilafah kedua tersebar, tekanan muncul. Pihak hotel jadi sasaran. Akhirnya, manajemen hotel tak bisa berkutik dan membatalkan acara HT Amerika secara sepihak.
Phobia ini juga terjadi di Australia. Sekelompok orang dari Partai Proteksionis Australia (APP) berteriak anti Islam di luar gedung konferensi. Nick Folkes dari APP, berpendapat, HT harus dilarang di Australia. Ia pun mengecam sistem syariah. “Hukum syariah adalah sistem kuno yang memperlakukan wanita sebagai warga kelas dua,” katanya.
Perjuangan HT tidak hanya dihalangi di dunia Barat. Malah di Palestina, penguasa setempat tidak suka dengan ide-ide HT. Ini ditunjukkan dengan penangkapan ribuan orang di Ramalah, Tepi Barat.
Untuk mencegah berlangsungnya konferensi, Dinas Keamanan menutup pintu-pintu sekolah dan menyita peralatan untuk perlengkapan konferensi. Mereka menangkap ratusan warga yang hadir di tempat itu serta ratusan warga lainnya di pintu masuk ke Ramallah sejak pagi. Jumlah warga yang ditangkap ada sekitar seribu warga. Ribuan warga lainnya dilarang memasuki kota Ramallah.
Namun, berbagai hambatan dan tantangan itu tak pernah menyurutkan HT untuk terus menyerukan umat Islam kembali ke syariah dalam naungan Khilafah. Hanya dengan itulah umat Islam akan kembali memperoleh ’izzah. Hanya dengan syariah dan Khilafah pula dunia mendapatkan berkah. [Humaidi]
Majulah terus pantang mundur…hambatan membuat semakin tegar dan kuat…
Nyawapun akan kami korbankan demi tegaknya kembali hukum-hukum Allah. Tetap BERSATU, BERGERAK, TEGAKKAN IDEOLOGI ISLAM. Semakin besar hambatan dan rintangan, maka semangat perjuangan akan semakin besar pula. ALLAHUAKBAR!!!
Tidak ada perjuangan tanpa rintangan, Allah selalu bersama orang-orang yang menolong agamaNya.