Kritik Penipuan Pemilu Afghanistan, Aktivis Hizbut Tahrir Ditangkap
Lima pendukung Hizbut Tahrir di Afganistan ditangkap pada saat meluncurkan kampanye di seluruh negeri untuk mengekspos penipuan Pemilu dan demokrasi Afghanistan (31/08/2010).
Di sisi lain, para calon dengan beragam pemikiran dan pendapat diizinkan untuk menempatkan gambar mereka, motto dan mendistribusikan brosur, termasuk berisi pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Penganut Komunisme dan sekuler pun dibiarkan.
Hizbut Tahrir Afghanistan dengan tegas menyatakan Karzai tidak mungkin menghentikan aktivitas Hizbut Tahrir dengan tindakan pengecut seperti itu. Partai politik Islam terbesar di dunia ini menyatakan, mendirikan Khilafah merupakan kewajiban setiap Muslim dan tidak ada kekuatan dunia yang dapat menghentikannya. “Keinginan untuk membungkam ide-ide HT menunjukkan rasa takut Karzai dan tuannya, sebagaimana ide-ide kami terus menguat tidak hanya di kalangan kaum Muslim Afganistan, tetapi di seluruh dunia. Sebab, kami tidak mengenal kompromi untuk mengkritik rezim yang korup di dunia Muslim dan seruan tak kenal lelah untuk menggantikan mereka dengan Khilafah Islam yang akan membawa keamanan, stabilitas, otoritas kepada rakyat serta akuntabilitas dan keadilan semua berdasar syariah,” tegas aktivis Hizbut Tahrir dalam pernyataan persnya.
FAO: Terlalu Banyak Orang Kelaparan
Badan pangan PBB, FAO, mengatakan tingkat kelaparan dunia masih terlalu tinggi meski sudah turun dibanding tahun lalu. Organisasi Pangan dan Pertanian dunia, FAO, memperkirakan jumlah manusia yang kekurangan gizi pada tahun 2010 berjumlah 925 juta jiwa, turun dari 1,02 miliar tahun lalu. Namun, FAO memperkirakan perjuangan untuk mengurangi kelaparan di dunia akan semakin berat bila harga pangan terus naik.
Dalam laporan terpisah, organisasi bantuan Action Aid memperkirakan negara-negara berkembang mengalami kerugian sebesar US$ 450 miliar (Rp 4000 triliun) karena kelaparan. Menurut laporan Action Aid, 90% kerugian itu disebabkan oleh produktivitas yang turun akibat kekurangan gizi, sementara 10% lainnya disebabkan oleh kenaikan biaya layanan kesehatan.
FAO memperingatkan bahwa target untuk mengurangi tingkat kelaparan dunia terancam gagal karena berbagai kenaikan ini. Menurut FAO, jumlah warga kurang gizi masih lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelum krisis ekonomi 2008-2009.
Yang perlu diingat juga bahwa kemiskinan dan kekurangan gizi global ini mencerminkan kegagalan sistem Kapitalisme global yang dipimpin Amerika Serikat.
Mengherankan, Irak Diwajibkan Bayar Kompensasi kepada Amerika
Para pejabat mengatakan pada hari Sabtu (11/9) bahwa Irak telah menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat untuk menyelesaikan tuntutan dari warga Amerika yang mengatakan bahwa mereka diperlakukan buruk oleh rezim Saddam Hussein selama Perang Teluk pada 1990/1991.
Tujuan dari pembayaran sebesar 400 juta dolar ini, menurut laporan surat kabar The Christian Science Monitor, adalah untuk mengamankan dana luar negeri Irak dan membantu pencabutan sanksi PBB yang dikenakan selama pemerintahan Saddam, yang digulingkan oleh invasi pimpinan Amerika pada tahun 2003.
Irak dituduh telah menangkap puluhan orang Amerika pada tahun 1990, dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia untuk mencegah serangan udara Sekutu. Beberapa menyatakan bahwa mereka disiksa oleh rezim Saddam. David Ranz, Jurubicara Kedutaan AS di Irak mengatakan, bahwa perjanjian telah ditandatangani pada tanggal 2 September lalu. Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Kebijakan ini jelas menunjukkan kelemahan pemerintah boneka Irak dalam menghadapi Amerika. Seharusnya Iraklah yang meminta kompensasi kepada Amerika atas terbunuhnya ratusan ribu rakyat Irak akibat pendudukan penjajah Amerika Serikat; belum lagi banyaknya anak-anak yatim yang terlantar dan pelayanan kesehatan yang buruk. Pasukan buas AS juga telah menghancurkan berbagai sarana fisik seperti rumah sakit dan sekolah di Irak.
Amnesti: Kejahatan Terhadap Muslim Meningkat di AS
Amnesti Internasional (AI) memperingatkan bahwa kejahatan terhadap Muslim meningkat di Amerika Serikat (AS) setelah seorang pastor radikal mengancam membakar Al-Quran. Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) internasional AS itu pada Jumat (10/9) waktu setempat menyatakan, mereka sangat khawatir atas meningkatnya laporan mengenai kejahatan yang dilakukan terhadap Muslim dan sentimen-sentimen lain anti-Muslim.
Laporan itu menyebutkan penikaman belum lama ini terhadap seorang supir taksi Muslim di New York, serangan pembakaran pada sebuah masjid Tennessee yang sedang dibangun dan perusakan sebuah pusat Islam California, serta ancaman pembakaran al-Quran yang semakin banyak dipublikasi. “Kejahatan-kejahatan ini… menambah iklim kekhawatiran, diskriminasi dan kekerasan terhadap Muslim. Tindakan itu tidak memiliki tempat di sebuah masyarakat yang menghargai kebebasan, keadilan dan persamaan hak,” kata Amnesti Internasional.
Organisasi itu mendesak Pemerintah AS “mengambil langkah-langkah keras terhadap serangan yang ditujukan pada masyarakat yang beragama Islam”. “Dalam iklim kecemasan dan ancaman luar yang dirasakan, penting bagi pihak berwenang untuk meningkatkan langkah-langkah untuk menjamin bahwa orang dari segala komunitas, baik warga negara maupun bukan, memperoleh perlindungan yang sama,” katanya.
Puluhan Ribu Kaum Muslim di Kashmir Tuntut Diakhirinya Pendudukan India
Puluhan ribu kaum Muslim berpartisipasi dalam demonstrasi di kota Srinagar, Kashmir. Mereka menuntut diakhirinya pendudukan India. Mereka juga menyerukan kebebasan dan pemerintahan otonomi untuk daerah itu.
Pasukan pendudukan India menembakkan peluru dan gas air mata untuk membubarkan para demontran sehingga setidaknya tujuh demontran menderita luka-luka. Demonstrasi pada hari Sabtu (11/9) itu merupakan yang terbaru dalam gelombang protes yang terjadi di kawasan ini selama hampir tiga bulan, dan sekitar tujuh puluh demonstran terbunuh, yang sebagian besar akibat ditembak oleh pasukan India yang menggunakan peluru tajam dalam membubarkan para demontran, bahkan jam malam telah diberlakukan oleh pasukan India sejak tiga bulan.
Mervez Umar Farooq, salah satu pemimpin demonstrasi ini mengatakan, “Aksi ini adalah bentuk referendum yang menunjukkan bahwa rakyat Kashmir menginginkan kemerdekaan dari India.”
[Farid Wadjdi; dari berbagai sumber].