Setiap 10 November bangsa ini biasa memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan. Mereka telah mengorbankan seluruh jiwa-raga untuk membebaskan Tanah Air ini dari cengkeraman para penjajah. Beberapa dari mereka tulus berkorban demi kejayaan Islam. Mereka melakukannya semata-mata karena Allah SWT. Memang menjadi kewajiban mereka, sebagai sosok Muslim, yang jika diserang musuh harus mempertahankan diri habis-habisan; selain karena para penjajah telah melakukan serangkaian pelecehan terhadap penerapan syariah Islam.
Sebuah niat yang sahih demi melakukan sebuah perjuangan adalah sangat penting. Apalagi untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan risiko tinggi—sebuah perjuangan fisik dengan nyawa sebagai taruhannya. Dalam peperangan, amat disayangkan jika motivasinya semata-mata hanya sekadar menghapus penjajahan atas tanah air, atas dasar semangat nasionalisme. Nasionalisme adalah ikatan semu yang mudah retak karena tidak berdasar pada pondasi yang kuat, yaitu ikat kemaslahatan. Ikatan yang sahih dan langgeng adalah ikatan akidah.
Karena itulah, kita harus segera menanamkan kekuatan akidah dalam diri kita dan memahami betul bahwa pahlawan yang sahih adalah yang memperjuangkan Islam. Kisah Rasulullah saw. sangat menginspirasi kita bagaimana menjadi sosok pejuang Islam itu. Kita pun harus menggali kisah kepahlawanan para Sahabat yang tak pernah kering memberi kita keteladanan. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa menjadi pahlawan Islam itu sulit dan bahwa pahlawan itu sekadar pembela tanah air. Pahlawan adalah pembela bumi Allah demi terjaminnya peneggakkan syariah-Nya dengan Khilafah sebagai penjaganya. [Tri Kurnia; Perum YKP-KMS Tenggilis Mejoyo, Surabaya]