Pernyataan Jubir MHTI: Menyikapi Berulangnya Kasus Penyiksaan TKW

KANTOR JURUBICARA MUSLIMAH

HIZBUT TAHRIR INDONESIA

بسم الله الرحمن الرحيم

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Nomor: 14/PN/11/10                                                    Jakarta, 24 November 2010/18 Dzulhijjah 1431 H

PERNYATAAN
MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA

“MENYIKAPI BERULANGNYA KASUS PENYIKSAAN TKW”

Di tengah keprihatinan masyarakat  karena belum adanya keseriusan pemerintah untuk menangani korban bencana di berbagai wilayah, kita dikejutkan oleh  terulangnya kasus penyiksaan Tenaga kerja Wanita (TKW) yang dialami Sumiati dan Kikim Komalasari di wilayah Arab Saudi. Sumiati mendapatkan penyiksaan sadis dari majikannya dan Kikim tewas mengenaskan dengan jasad yang ditemukan di tempat sampah setelah mengalami kekerasan seksual. Keduanya tidak mendapatkan perlindungan atas kehormatan dan nyawanya padahal mereka adalah perempuan-perempuan yang menjadi tumbal kemiskinan negaranya, sekalipun sering mendapat julukan pahlawan devisa.

Atas peristiwa memilukan ini, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

  1. Pemerintah negeri ini sekali lagi  menunjukkan jati dirinya sebagai penguasa kapitalis. Memperlakukan rakyat sebagai sumber pendapatan negara semata , bertransaksi dengan rakyat sebagai regulator saja, bukan sebagai pelindung, pengayom dan penanggungjawab nasib setiap individu warga negara. Meskipun Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah memberi makan pada sekitar 30 juta jiwa karena menyumbang lebih dari 60 Trilyun rupiah devisa setiap tahunnya, namun pemerintah hanya bertindak seolah petugas pemadam kebakaran yang baru bereaksi ketika ada kejadian menimpa. Bahkan melalui pernyataan resmi, pemerintah menganggap berbagai masalah yang menimpa TKI bersifat   kasuistis karena hanya terjadi  3 485 kasus dari lebih 3 juta TKI tersebar atau sekitar 0,01 persen saja. Juga,  pemerintah nyata tidak bersungguh-sungguh  mencari solusi atas masalah yang terjadi karena mengantisipasi dengan program kredit alat komunikasi (Handphone) bagi setiap TKI agar kondisinya senantiasa terpantau.
  2. Mengecam sikap pemerintah Arab Saudi yang tidak semakin  baik dalam  menangani  masalah  serius ini, apalagi seringkali korbannya adalah perempuan. Semestinya penguasa Saudi sangat faham bahwa Islam memandang kehormatan dan perlindungan terhadap perempuan adalah tanggung jawab penguasa yang tidak bisa ditawar dalam kondisi apa pun, bahkan dalam keadaan perang sekalipun. Seharusnya penguasa di sana juga sangat takut pada laknat Allah karena membiarkan terjadinya pembunuhan tanpa hak. Bukankah mereka masih membaca ayat Al Qur’an yang menyatakan:  ” .. barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS. Al Maidah: 32)

Juga sabda rasul SAW

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

Musnahnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Muslim, An Nasa’i dan At Tirmidzi.

Kondisi di atas semakin menunjukkan kepada umat bahwa sikap pemerintah Saudi bukanlah cerminan Syariat Islam dan Saudi bukanlah negara Islam.

  1. Kenyataan memilukan ini tidak pernah terjadi sepanjang sejarah peradaban Islam dalam institusi Khilafah Islamiyah. Ketika itu, semua rakyat mendapat perlindungan dan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup dari negara khilafah. Kaum perempuan dan ibu senantiasa hidup di sekitar keluarganya, melaksanakan fungsi dan fitrahnya sebagai ibu generasi tanpa perlu menggadaikan kehormatannya di negeri orang demi keluar dari kemiskinan.Kenestapaan yang menimpa umat ini terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme yang nyata gagal mewujudkan kesejahteraan bagi setiap individu rakyat.
  2. Hendaknya segenap komponen umat terutama kalangan perempuan menyadari bahwa sudah saatnya menjadikan syariat Islam sebagai pijakan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, serta melibatkan diri secara aktif dalam perubahan yang akan mengantarkan pada kehidupan yang mampu memberikan jaminan ketenangan, perlindungan,kecukupan dan kesejahteraan bagi perempuan -yaitu Khilafah Islamiyah-.

Wallahu a’lam bish shawaab.

Jurubicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

Iffah Ainur Rochmah

Hp: 08123037573  Email: iffah@hizbut-tahrir.or.id

Kantor Pusat Hizbut Tahrir Indonesia
Crown Palace, Jl. Prof. Soepomo Nomer 24, Jakarta Selatan 12790
Telp / Fax : (62-21) 8353253 Fax. (62-21) 8353254
Email : info@hizbut-tahrir.or.id
Website : http://www.hizbut-tahrir.or.id

4 comments

  1. ummu syafina

    Sungguh sangat mngenaskan nasib perempuan dalam sistem kapitalis saat ini. Sebagai sosok yang seharusnya dilindungi baik dalam kehidupan keluarga maupun khidupan bernegara, dia dipaksa untuk mempertahankan diri dan kehidupannya semampu dia. Rumah yang seharusnya jadi area dia nyaman bersama keluarga dan anak2nya harus dia tinggalkan demi mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mencari nafkah. Imbas dari penerapan sistem hidup yang kapitalistik. Pun ketika dia keluar rumah tak ada perlindungan yang memadai untuk dia tetap aman. Padahal ketika sistem Islam diterapkan seorang kholifah mu’tasim mengirimkan tentaranya dalam jumlah yang sangat banyak demi membela seorang muslimah yang tersingkap aurotnya karena gangguan dari seorang yahudi. Kondisi yang sangat berbeda 180drjt dg saat ini. Sudah saatnya masyarakat tahu tentang kehidupan yang sebenarnya mereka butuhkan untuk menjamin kesejahteraan hidup mereka di dunia dan di akhirat. Bukan kapitalis seperti saat ini. Tetapi Daulah Khilafah Islamiyah. Allohu Akbar

  2. ALLAHUAKBAR..hya khilafah yg akn melindungi kaum perempuan

  3. Rasanya masih kurang tegas pernyataannya. Bagaimana dengan hukum pengiriman TKW, seharusnya dijelaskan. Bolehkah wanita muslimah tinggal di negeri lain, di rumah orang asing yang tidak disertai mahram (Terlebih di arab, rumah biasanya sangat tertutup, sehingga apa yang terjadi di dalam tidak bisa diketahui dari luar.), dengan tujuan sekedar mencari nafkah (yang merupakan kewajiban pria bukan wanita). Bila hukumnya haram, maka pemerintah wajib menyetop pengiriman TKW.

  4. Prima Abu Muhammad

    Oknum dari bangsa Arab bertindak biadab kyk gitu bisa jadi disebabkan oleh dampak sistemik dari pemberontakan bangsa Arab dahulu terhadap Khilafah Utsmaniyah untuk mendirikan negara Arab versi keluarga Saud dengan konsekuensi mereka akhirnya mencari kemuliaan pada Inggris, bukan pada Islam lagi. Skarang, setelah dominasi Inggris meredup, Arab Sudi dalam kemerdekaannya (tanpa Khilafah) mengemis kemuliaan pada Amerika Serikat Sang Pengusung Ideologi Setan Kapitalisme. Akhirnya, secara sistemik Arab Sudi kembali pada kejahiliyahan. Hal ini sudah diingatkan oleh Umar bin Khaththab berabad-abad silam: “Kami (orng Arab) dulunya adalah kaum yg paling hina. Lalu Allah memuliakan kami dg Islam. Krna itu, jk kami mencari kemuliaan selain dari apa yang dengannya Allah telah muliakan kami maka Ia pasti menghinakan kami” (HR al-Hakim; ia mensahihkannya dan disepakati oleh ad-Dzahabi).
    Karena itu, oknum2 Arab tsb bertindak biadab bukan karena ke-Arab-annya apalagi karena agama mereka, tapi justru karena mereka telah berpaling dari Islam sejak mereka memberontak pada Khilafah Islam yg menjadi pemelihara Islam di tengah2 mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*