Salah satu alasan terpenting yang sering dikemukakan atas kemiskinan di Dunia Islam pada saat ini adalah karena tidak diterapkannya demokrasi. Teori saling ketergantungan antara demokrasi, pembangunan dan HAM dikemukakan pertama kali pada Deklarasi Wina tahun 1933 oleh UNESCO. Mancur Olsen (Universitas Maryland), seorang ahli ekonomi kapitalis yang terkenal, dalam bukunya yang berjudul, Kekuasaan dan Kemakmuran (Power and Prosperity) (2000), menunjukkan bahwa negara-negara demokrasi pada umumnya menunjukkan pembangunan dan kemajuan jika dibandingkan dengan sistem pemerintahan yang lain.
Campos (1994) juga telah menunjukkan suatu hubungan positif antara demokrasi dan pembangunan. Michael T. Rock (2009), dengan memakai data di Asia, menolak bahwa demokrasi memperlambat pertumbuhan dan menunjukkan bahwa demokrasi menyebabkan pertumbuhan dan investasi.
Namun, ada tulisan ilmiah yang mengkritik validitas dari kesimpulan seperti itu. Contohnya, Christian Bjørnskov (2010), yang mengungkapkan data mengenai perbedaan pendapatan yang diperoleh dari Database Ketidakmerataan Pendapatan Dunia pada 88 negara berkembang. Karena itu, dia menyimpulkan bahwa teori ini sengaja dijajakan dan diterapkan oleh para elit politik dan akademisi dari negara-negara itu. Sebagai tambahan, penemuan Sirowy dan Inkeles (1991) mendukung suatu hubungan negatif antara demokrasi dan pembangunan.
Sebagai contoh, Pakistan. Di bawah kepemimpinan diktator Jendral Pervez Musharaf, Pakistan berada di ambang kebangkrutan. Lalu di bawah pemerintahan demokratis Asif Ali Zardari Pakistan secara teknis menjadi sebuah negara yang telah bangkrut. Negara itu telah gagal selama 60 tahun terakhir di bawah sistem demokrasi-sekular. Contoh lain, Bangladesh. Selama 20 tahun terakhir, Bangladesh mempraktikkan demokrasi. Sebenarnya, Bangladesh mulai dengan tingkat kemiskinan 48% pada tahun 1990, namun sekarang sekitar 51% hidup di bawah kemiskinan! Padahal negara itu dianggap sebagai salah satu model demokrasi terbaik di Dunia Islam. Kebalikannya, Kuwait, Saudi Arabia, Emirat Arab, Qatar, Brunei dll diperintah oleh kerajaan. Negara mana yang lebih berkembang secara ekonomi? Tentu saja bukan Bangladesh!
Dengan melihat perkembangan pada tahun 2010, ekonomi di negara-negara Barat sendiri—seperti Amerika, Jerman, Perancis, Yunani, Italia, Spanyol, Portugal, Irlandia, dll—runtuh. Ini menunjukkan bahwa negara-negara demokrasi sekular itu gagal membuat rakyatnya stabil secara ekonomi selama beberapa masa. Karena Kapitalisme dan penerapan pasar bebas pulalah mayoritas penduduk dunia (3 miliar orang) hidup dengan kurang dari 2 dolar sehari; dua pertiga dunia berhutang sebesar $1,2 triliun, 1,3 miliar orang lainnya hidup dengan kurang dari 1 dolar sehari; 1,3 miliar orang tidak punya akses terhadap air bersih; 3 miliar orang tidak punya akses sanitasi; dan 2 miliar orang tidak punya akses listrik.
Di sisi lain, Islam selama lebih dari 1300 tahun menerapkan sistem ekonomi Islam tanpa mengalami resesi sepanjang sejarahnya. Karena itu, keterbelakangan ekonomi di Dunia Islam bukan karena mereka tidak mengadopsi sistem demokrasi sekular dan pasar bebas. Yang terjadi adalah kebalikannya, yakni karena sistem itu diterapkan di Dunia Islam.
Kekuatan Ekonomi Dunia Islam
1. Swasembada Pangan.
Salah satu faktor utama untuk mencapai swasembada bagi negara manapun adalah dengan mendapatkan produksi makanan yang cukup dari dalam negeri. Jika sebuah negara dapat memberi makanan bagi rakyatnya, tentu hal ini akan menambah daya tawar secara internasional sebagai sebuah negara yang independen. Berbagai sumber statistik menunjukkan bahwa Dunia Islam mendapat tempat yang baik ketika kembalinya Negara Khilafah Islam pada masa datang. Sesungguhnya Negara Khilafah Islam tidak membutuhkan bantuan dari negara manapun karena negara itu mampu menghasilkan cukup makanan biji-bijian seperti beras, gandum, kentang dan sereal untuk memberi makan penduduknya.
Dalam hal beras, menurut Institute Penelitian Beras Internasional (International Rice Research Institute), negara-negara Islam saat ini memproduksi sekitar 21,06% dari produksi beras global tahun 2008. Indonesia dan Bangladesh adalah produser beras ke-3 dan ke-4 terbesar di dunia. Apalagi menurut FAO Indonesia dan Bangladesh mengalami pertumbuhan produksi beras yang cepat pada tahun 2005 dan 2006, masing-masing lebih dari 8,6% dan 6,9%; sementara Pakistan diharapkan mampu memimpin pada ekspor beras pada tahun 2010. Sebuah laporan yang berjudul, “Monitor Pasar Beras” yang diterbitkan oleh FAO, sebuah badan PBB, memperkirakan bahwa ekspor beras dari Pakistan akan naik sebesar 3,8 juta ton pada tahun ini (2009), dibandingkan dengan hanya 2,8 juta ton pada tahun 2008.
Dalam hal gandum, negara Khilafah Islam yang diwakili oleh negeri-negeri Islam saat ini juga memproduksi gandum yang cukup besar. Menurut ‘Laporan Pasar Besar’ pada tahun 2010 negeri-negeri Islam telah memproduksi sekitar 102,3 juta metrik ton gandum yang mewakili sekitar 16,85% produksi gandum. Pakistan menempati posisi ke-7, Turki posisi ke-8, Kazakhstan posisi ke-10 dan Iran pada posisi ke-11 sebagai produser gandum terbesar di dunia. Apalagi Kazakhstan merupakan eksportir gandum terbesar dunia ke-5 dan Turki ke-8.
Dalam hal sereal, yang merupakan salah satu makanan Barat, Negara Khilafah Islam yang diwakili oleh negeri-negeri Islam memproduksi sekitar 30% keseluruhan produksi sereal dunia. UAE merupakan produsen sereal no. 1 di dunia, sementara Yordania dan Kuwait masing-masing menempati posisi ke-4 dan ke-5.
Apalagi Indonesia adalah produsen kacang hijau ke-2 terbesar dunia, sementara Turki menempati posisi ke-3. Menurut statistik FAO tahun 2009, produksi gabungan dari kacang hijau Indonesia, Turki, Mesir dan Maroko adalah sebesar 25,82% produksi dunia.
2. Sumberdaya Migas.
Sumber daya energi minyak, gas dan mineral lain menunjukkan bahwa, masa depan Negara Khilafah melebihi apa yang dimiliki negara-negara lain di dunia. Dunia Islam memegang monopoli cadangan minyak dunia, yakni sekitar 72% dari cadangan minyak dunia. Fakta menunjukkan bahwa minyak adalah sumber energi yang paling penting untuk mencapai bukan hanya pertumbuhan ekonomi namun juga untuk menjadi ekonomi terbesar dunia. Dunia Islam menghasilkan hampir 50% dari produksi minyak harian dunia. Saudi Arabia adalah produsen terbesar dengan 13,39%, sementara Rusia memproduksi 11,75%, Amerika memproduksi 9,16%, dan Iran memproduksi 5,16%.
Dunia telah membuktikan bahwa cadangan gas adalah sebesar 175,36 triliun cum. Dari jumlah itu Dunia Islam memiliki 107,75 triliun cum yakni 61,45%. Meskipun Rusia saat ini ada di posisi pertama dalam hal cadangan gas dengan 47,57 trilliun cum atau 27,13%, hal ini karena Dunia Islam masih terpecah berdasarkan nasionalisme di bawah kendali kolonialis karena tidak adanya Negara Khilafah Islam. Negara Adidaya Amerika Serikat saat ini hanya memiliki 5,978 triliun cum atau 3,4%, sedangkan Cina hanya sedikit di atas 1% dan Inggris hanya 0,2%.
Saat ini negeri-negeri Muslim, yakni Iran merupakan ke-2 terbesar (15,31%), Qatar adalah ke-3 terbesar (14,61%), Arab Saudi ke-4 terbesar (4,8%), dan Uni Emirat Arab ke-5 yakni 3,46% dengan cadangan yang telah terbukti. Dari 15 negara teratas dengan cadangan gas yang terbukti, 12 negara merupakan bagian alami dari Negara Khilafah Islam masa depan. Apalagi saat sekarang, sejumlah besar cadangan gas telah ditemukan di Afganistan. Sejalan dengan sumber-sumber daya alam lainnya, gas diperkirakan memiliki nilai pasar lebih tinggi daripada GDP dari 300 tahun negara Adidaya Inggris!
3. Cadangan Batubara.
Sumber energi alam lain yang penting di dunia adalah batubara. Pada hari ini batubara menyediakan 26,5% dari kebutuhan energi primer global dan menghasilkan 41,5% listrik dunia. Menurut World Coal Institute pada tingkat saat ini produksi cadangan batubara yang terbukti dapat dipakai untuk lebih dari 119 tahun penggunaan.
Meskipun tidak ada konfirmasi resmi mengenai cadangan batubara yang terbukti di masing-masing negara, dengan melakukan pengecekan silang dari berbagai sumber, jelas bahwa Dunia Islam memiliki jumlah cadangan batubara besar. Pada kenyataannya memang benar Dunia Islam tidak menjadi posisi pertama dalam hal cadangan batu bara yang terbukti. Namun faktanya, Dunia Islam tidak memiliki kekurangan batubara.
Indonesia merupakan salah satu produsen batubara top 10 di dunia. Dari tahun 2003 sampai hari ini Indonesia adalah pengekspor batubara ke-2 terbesar dunia setelah Australia. Indonesia mengekspor sekitar 21% perdagangan batubara global. Kazakhstan memiliki cadangan batubara ke-8 terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia, Turki, Pakistan dan Bangladesh adalah di antara 20 negara dengan cadangan batubara terbukti menurut statistik dari BP Statistik Review Energi Dunia pada bulan Juni 2009. Pakistan memiliki lapangan batubara Thar di Provinsi Sind. Ini adalah lapangan batubara terbesar di dunia.
4. Cadangan Uranium.
Di dunia sekarang ini, sumber energi yang paling penting adalah uranium. Uranium digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik serta memproduksi senjata nuklir sebagai penggetar setiap ancaman asing. Bahkan energi nuklir akan menjadi salah satu pasokan energi yang tumbuh pada tahun-tahun yang akan dating (Alistair J Stephens, 2005). Pembangkit listrik nuklir adalah bentuk yang paling efisien dari pembangkit listrik. Sekitar 15% dari pembangkit listrik di dunia berasal dari 440 pembangkit tenaga nuklir yang memproduksi listrik 365.560 MWe. Sebanyak 25 pembangkit nuklir lain sedang dibangun dan akan menghasilkan tambahan tenaga listrik sebesar 20.776 MWe.
Pembangkit itu menyediakan 10.000 kali lebih energi perkilogram bahan bakar yang dihasilkan dari bahan bakar fosil tradisional. Ini merupakan penggunaan yang super efesien sumberdaya alam. Oleh karena itu, jika kita melihat sumber bahan bakar energi utama, kita melihat masa depan Negara Khilafah Islam akan memegang posisi kedua atau pertama. Tidak ada negara, konfederasi, dll yang bahkan mendekati tingkat energi sumber daya yang dimiliki Dunia Islam. Memang, itu adalah aset strategis yang telah membentuk keseimbangan kekuasaan, geopolitik dan ketertiban global dan internasional selama berabad-abad dan akan terus memainkan peran penting juga dalam berabad-abad mendatang.
5. Bijih Besi.
Bijih besi, yang merupakan komponen penting lain dari produksi industri skala besar, juga tersedia di beberapa bagian Dunia Islam. Survei menunjukkan bahwa Iran adalah produsen bijih besi ke-9 terbesar di dunia dengan perkiraan produksi 35 juta metrik ton. Kazakhstan dan Mauritania adalah produsen bijih besi ke-13 dan ke-14 di dunia di tahun 2008. Terlepas dari sumberdaya alam itu, Dunia Islam memiliki cadangan emas yang besar. Indonesia merupakan produsen emas ke-7 terbesar, Uzbekistan ke-9 terbesar, dan Tanzania ke-16 terbesar dunia. Kazakhstan, Kyrgyzstan, Arab Saudi dan Pakistan juga memiliki jumlah produksi emas yang cukup besar.
6. Angkatan Kerja dan Pasar Domestik.
Dua faktor penting lain bagi ekonomi untuk tumbuh adalah sumberdaya manusia dan pasar domestik yang cukup besar. Melihat kondisi ini, Dunia Islam memiliki angkatan kerja terbesar pada kategori usia 15-50 tahun. Untuk mendorong ekspansi ekonomi, mendapatkan produksi berbiaya rendah dan mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar, salah satu faktor paling penting adalah adanya tenaga kerja produksi yang melimpah di Dunia Islam. Pada hari ini, masyarakat Eropa cemas karena sebagian besar negara anggota Uni Eropa akan melihat penurunan populasi mereka akibat laju pertumbuhan populasi yang negatif. Mereka juga akan memiliki masalah penuaan penduduk seperti di Jepang. Ide kompetensi biaya produksi telah menyoroti pentingnya outsourcing buruh yang murah oleh negara dengan ekonomi terbesar dunia. Ini jelas menyoroti peran tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi.
Selain itu, masuknya imigrasi di Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Eropa juga menyoroti bagaimana putus-asanya negara-negara tersebut untuk menjaga agar tenaga kerja cukup besar bagi kebutuhan produksi industri.
Saat kembalinya Khilafah, negara akan memiliki 17,23% angkatan kerja global dunia, sementara Cina dan India masing-masing hanya 2,57% dan 1,667%. Pada tahap ini Indonesia, Bangladesh dan Pakistan yang merupakan tempat yang mungkin bagi kembalinya Negara Khilafah Islam akan memiliki tenaga kerja masing-masing dalam urutan ke-4, ke-8 dan ke-11 pada statistik tenaga kerja global.
Selain itu, Negara Khilafah Islam akan terdiri dari 23% populasi global yang menjadi konsumen global, yang merupakan faktor utama untuk mendorong pertumbuhan bisnis dalam mencapai industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi secara internal.