HTI

Hadis Pilihan (Al Waie)

Hak Tetangga dan Tamu

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir hendaklah berkata yang baik atau diam. Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya. Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir hendaklah memuliakan tamunya (HR Ashhab at-Tis’ah dan lainnya).

Hadis ini bersumber dari penuturan empat orang Sahabat: Abu Hurairah, Aisyah, Anas bin Malik dan Abu Syuraih. Abu Syuraih adalah Khuwailid bin Amru al-Khuza’i al-Ka’bi, salah seorang Sahabat besar, wafat tahun 68 Hijrah.

Makna Hadis

Man kâna yu’minu biLlâh wa al-yawm al-âkhir maknanya: siapa yang beriman kepada Allah yang telah menciptakannya dan beriman bahwa ia akan diberi balasan atas semua perbuatannya, maka hendaklah melakukan poin-poin yang disebutkan di atas (lihat: Ibn Hajar, Fath al-Bârî). Pertama: falyaqul khayran aw liyashmut—dalam riwayat lain liyaskut—(hendaklah berkata yang baik atau diam). Berkata yang baik adalah yang diridhai oleh Allah SWT. Jika bukan yang khayr, maka hendaklah diam. Dalam hal ini, banyak cakap tentang kebaikan tentu bukan hanya boleh malah diperintahkan seperti: menyuruh manusia bersedekah atau lebih umum agar membelanjakan harta di jalan kebenaran dan kebaikan; menyuruh kemakrufan; atau mengadakan perdamaian di antara manusia (lihat QS an-Nisa’ [4]: 114); mencegah kemungkaran, saling menasihati dalam kebenaran, ketakwaan, kesabaran dan segala kebaikan lainnya.

Kedua: falyukrim jârahu (hendaklah memuliakan tetangganya). Dalam riwayat lain: falyuhsin ilâ jârihu (hendaklah berlaku baik kepada tetangganya) dan falâ yu’dzi jârahu (hendaklah tidak menyakiti tetangganya). Di dalam al-Quran, Allah memerintahkan berbuat baik kepada tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh (QS an-Nisa’ [4]: 36).

Ibn Hajar dalam Fath al-Bârî menyatakan:

Memuliakan, berbuat baik dan tidak menyakiti tetangga itu dijelaskan dalam banyak hadis. Ath-Thabarani mengeluarkan hadis dari Bahz bin Hakim, dari bapaknya dari kakeknya; al-Kharaithi dalam Makârim al-Akhlâq, dari hadis Amru bin Syuaib, dari bapaknya dari kakeknya; Abu asy-Syaikh dalam Kitâb at-Tawbîkh dari hadis Muadz bin Jabal: Mereka (para Sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apa hak tetangga atas tetangga?” Rasul menjawab, “Jika ia berutang kepadamu, hendaklah engkau utangi. Jika meminta bantuan, hendaklah engkau bantu. Jika sakit, hendaklah engkau jenguk. Jika membutuhkan, hendaklah engkau beri. Jika jadi miskin, hendaklah engkau bantu. Jika ia mendapat kebaikan, hendaklah engkau beri selamat. Jika ia tertimpa musibah, hendaklah engkau turut berbela sungkawa (bertakziyah). Jika ia meninggal, hendaklah engkau mengantarkan jenazahnya ke pemakaman. Jangan meninggi-kan bangunan di atas bangunannya hingga menghalangi angin darinya, kecuali dengan izinnya. Jangan mengganggunya dengan aroma masakanmu, kecuali engkau memberinya (berilah barang sedikit). Jika engkau membeli buah, maka hadiahi dia, dan jika engkau tidak melakukannya, maka masukkan sembunyi-sembunyi dan jangan engkau biarkan anakmu keluar membuat anaknya marah (karena menginginkannya).” Redaksinya saling berdekatan dan jalurnya kebanyakan merujuk kepada Amru bin Syuaib. Dalam hadis penuturan Bahzu bin Hakim dinyatakan, “Jika ia menjadi lemah, maka engkau tutupi dia.” Sanad-sanadnya lemah (wâhiyah), tetapi beragamnya jalurnya mengindikasikan hadis tersebut memiliki asal.”

Ketiga: falyukrim dhayfahu (hendaklah ia memuliakan tamunya). Memuliakan tamu itu di antaranya dengan menampakkan kegembiraan kepadanya; berkata-kata baik kepadanya; serta memberi makanan, menyediakan tempat istirahat dan apa yang dia perlukan tanpa merasa terbebani. Termasuk memuliakan tamu itu adalah dengan melayaninya langsung, bukan dengan menyuruh orang lain.

Tentang memuliakan tamu ini Rasul saw. juga bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ، فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهْوَ صَدَقَةٌ، وَلاَ يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِىَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ

Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir hendaklah ia memuliakan tamunya, jâizatahu adalah sehari semalam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah kepadanya dan tidak halal tetap berdiam di situ hingga tuan rumah mengeluarkannya (HR al-Bukhari dan Muslim).

Jâizatahu yaitu penghormatan dengan menjamu tamu lebih dari yang biasa dikonsumsi. Waktunya adalah sehari semalam. Sementara itu, waktu bertamu adalah tiga hari. Dua hari berikutnya memuliakan tamu dilakukan dengan menjamunya dengan apa yang ada tanpa harus bersusah-payah atau memaksakan diri. Artinya, menjamunya cukup dengan makanan seperti yang dimakan oleh tuan rumah. Adapun selepas tiga hari maka menjamu dan menyediakan keperluan tamu itu terserah pada kemauan tuan rumah.

Namun, seseorang tidak boleh bertamu lebih dari tiga hari, sebab hadis di atas menyebutkan lâ yahillu (tidak halal); kecuali atas permintaan, keinginan, izin atau persetujuan dari tuan rumah. Hal ini diambil dari mafhûm al-mukhâlafah dari frasa hattâ yukhrijahu. Selain itu juga tidak sampai menyusahkan atau membebani tuan rumah. Ini diambil dari mafhûm al-mukhâlafah sabda Rasul saw.: hattâ yu’tsimahu berikut:

الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقِيمَ عِنْدَ أَخِيهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمُهُ قَالَ: يُقِيمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَىْءَ لَهُ يَقْرِيهِ بِهِ

“Bertamu itu tiga hari dan pengutamaannya adalah sehari semalam. Tidak halal bagi seorang laki-laki Muslim berdiam di rumah saudaranya hingga membuatnya berdosa.” Mereka (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana membuatnya berdosa?” Rasul saw. menjawab, “Berdiam di rumahnya, sementara ia tidak punya sesuatu untuk menjamu tamu itu (HR Muslim).

WalLâh a’lam bi ash-shawâb. [Yahya Abdurahman]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*