Beberapa saksi pengunjuk rasa menunjukkan perlengkapan senjata yang digunakan oleh keamanan rezim Mubarak ternyata buatan Amerika. Jihan Hafiz koresponden Press TV menunjukkan bukti kepada dunia di mana selongsong peluru kosong, tabung gas yang menjadi sampah di Tahrir Square dan di jalan-jalan Mesir disediakan oleh Amerika Serikat.
Ia menunjukkan selongsong peluru kosong “Made in USA” kepada pemirsa menceritakan kisah mereka sendiri, bukan hanya warga sipil yang mereka bunuh tetapi asal usul mereka dan warisan mematikan Amerika dari campur tangan yang tak dikehendaki di kawasan itu.
Dengan berbekal persenjataan dari Amerika rezim diktator Mubarak berupaya menghadapi para pengunjuk rasa dengan tangan besinya. Meskipun AS dan Eropa seolah bak berlepas tangan atas dukungannya terhadap Mubrak dan menyerukan reformasi Mesir, rupanya Barat masih berharap kepada Mubarak yang sudah dikenal menjadi budak AS.
Paling tidak hal itu dapat dilihat dari pernyataan Wakil Presiden Amerika yang mengatakan Mubarak tidak perlu mundur.
Hillary berusaha menyembunyikan fakta bahwa selama ini Amerikalah yang telah mendukung rezim diktator Mubarak untuk tetap berkuasa.
“Demokrasi, hak asasi manusia dan reformasi ekonomi merupakan kepentingan seluruh rakyat Mesir,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton kepada ABC News.
Faktanya, AS terus mendanai dan memberikan dolar bagi Mubarak termasuk militernya. AS memberikan sekitar $ 1,3 juta untuk bantuan militer ke Mesir setiap tahunnya, jadilah militer Mesir menjadi budak AS. Bahkan, untuk memberikan ketakutan kepada rakyatnya, jet tempur F16 dan helikopter yang terbang di tengah-tengah rakyat Mesir, juga buatan Amerika Serikat.
Sekutu dekat Mubarak pun, Israel mendesak Mesir untuk menggunakan kekerasan dalam rangka mempertahankan kekuasaannya.
“Mereka harus memberlakukan kekerasan dan kekuatan di jalan dan melakukannya .Tapi mereka cukup kuat menurut penilaian saya untuk mengatasi itu,” kata seorang menteri kabinet Israel seperti dilaporkan The Washington Post.
Namun, rakyat kini tidak takut lagi dengan berbagai ancaman kekerasan dari rezim diktator dalam menghadapi massa yang anti pemerintah. Sekalipun demikian AS akan terus melakukan berbagai kelicikannya agar sekiranya Mubarak tumbang maka penggantinya pun harus menjadi teman setia bagi AS.
Rakyat kini mulai bangkit, mulai dari Tunisia, lalu Mesir merembet hingga Yordania dan Yaman. Hampir semua negeri-negeri yang digoncang ‘revolusi’ tersebut dipimpin oleh penguasa diktator teman sejati negara imperialis Amerika Serikat.
Umat hari ini benar-benar sudah bosan dengan rezim diktator dan sikap hipokrit Amerika Serikat yang telah menancapkan para agen-agennya melalui penguasa diktator. Mereka kini menanti perubahan menuju dunia baru yang akan mengembalikan kesejahteraan dan kedamaian.
Perubahan nyata itu hanya bisa terwujud ketika Islam kembali ditegakkan melalui tegaknya Khilafah, sebuah institusi pemersatu umat yang akan menerapkan syariah sebagai rahmat bagi semesta alam. Insya Allah, semakin dekat! (syabab.com, 31/1/2011)