Masa depan Mesir berakar pada Islam, yakni agama dan cara hidup penduduknya
Ketika situasi di Mesir menjadi ekstrem setelah selama puluhan tahun dibawah penindasan beberapa rezim secara berturut-turut, kita berada dalam posisi di mana kita bisa mendiskusikan skenario potensial setelah penguasa muslim itu digulingkan. Hingga sekarang aturan yang brutal yang dilakukan rezim korup itu berhasil mempertahankan kekuasaan mereka melalui layanan para agen rahasia yang memastikan lumpuhnya setiap langkah bagi sebelum mendapatkan momentum apapun. Kejadian-kejadian di Tunisia telah menggema di seluruh dunia Arab dan kini mulai mendidih di Mesir, negara terbesar di dunia Arab.
Sementara massa di Mesir telah mendorong untuk perubahan rezim dan hanya masalah waktu sebelum rezim Mubarak tumbang, dengan menggaris bawahi keadaan setelah rezim Mubarak dibuang ke tempat sampah sejarah dan jika tidak maka ada kemungkinan nyata bahwa seruan perubahan ini dibajak oleh kekuatan-kekuatan asing. Menlu Inggris William Haag berada di Suriah pada miggu ini. Inggris merupakan sebuah negara yang kemungkinan besar akan ikut campur dalam perubahan ini. Mohamed ElBaradei telah kembali ke Mesir dengan beberapa ambisi yang dipertanyakan. Kepala Staf Mesir Lt.Gen. Sami Annan berada di Washington pada tanggal 24 Januari 2011 dengan mengepalai suatu delegasi militer berpangkat tinggi. Utusan pejabat tinggi Amerika untuk Timur Tengah, Jeffrey Feltman, adalah pejabat asing pertama yang tiba di Tunisia setelah Presiden Zine El Abidine Ben Ali digulingkan.
Mengingat hal-hal tersebut, 3 bidang kebijakan digarisbawahi untuk Mesir:
Stabilitas Ekonomi – Mesir telah mengalami salah urus besar-besaran selama beberapa dekade terakhir. Menurut Bank Dunia, 40% dari penduduk Mesir, yakni sekitar 30,8 juta orang, hidup dalam kemiskinan. Ekonomi Mesir telah hancur sebagian besar oleh kebijakan rezim yang secara berturut-turut merusak diri sendiri. Mesir juga mengalami malapetaka di bawah reformasi ekonomi IMF dan Bank Dunia, Mesir dipaksa untuk memotong subsidi pangan dan merestrukturisasi ekonomi kepada jasa dan pariwisata. Perekonomian Mesir dan strukturnya adalah masalah yang terbesar karena tidak diarahkan kepada kekuatan sumber daya alam Mesir dari pertanian dan manufaktur.
Pada tahun 1960, Mesir bisa melakukan swasembada gandum, biji-bijian dll untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Pada tahun 1990 di bawah tekanan IMF dan Bank Dunia, Mesir dipaksa untuk merestrukturisasi ekonomi melalui peningkatan ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pertanian. Sejak tahun 2000, Mesir telah mengalami berbagai bentuk kerusuhan pangan pada negara yang pernah melakukan swasembada pangan menjadi negara yang tergantung pada impor pangan. Makanan impor juga menyebabkan rakyat Mesir akan terkena kenaikan harga pangan karena pasar keuangan telah berspekulasi pada bidang komoditas. Saat ini Mesir memproduksi 8 juta ton gandum per tahun, yang sangat jauh dari kebutuhan sebesar 14 juta ton untuk memberi makan 80 juta penduduknya. Kekurangan ini dipenuhi dengan gandum yang diimpor dari Amerika Serikat, dengan dibiayai oleh uang yang berasal dari bantuan.
Dibawah Khilafah, Terusan Suez di mana 5% minyak dunia melaluinya dan dianggap sebagai titik sumbatan. Mesir bisa mengenakakan biaya kargo untuk melaluinya dan melakukan penyulingan minyak mentah yang melewati pelabuhan-pelabuhannya yang akan menghasilkan miliaran dolar bagi negara. Mesir pada hari ini memiliki 9 kilang minyak yang memproduksi 710.000 barel minyak mentah per hari, yang bisa meningkat secara signifikan.
Dalam pertanian, lahan pertanian gurun yang ditawarkan secara teratur pada tingkat dan harga yang berbeda dibatasi hanya kepada sekelompok elit yang dipilih secara sangat hati-hati, yang kemudian mengambil keuntungan dari menjual secara eceran lahan pertanian gurun yang kuas. Hal ini mengubah lahan pertanian gurun menjadi tempat-tempat wisata. Khilafah akan meningkatkan produksi pertanian dalam negeri dan mengakhiri negara untuk menjadi pasar bagi pertanian AS. Itulah kebijakan pemerintah saat ini yang telah membuat Mesir bergantung pada impor.
Pemerintah yang bertanggung jawab – Pada tahun 1880-an, Mesir tidak mampu membayar hutang dan akibatnya, Kerajaan Inggris, yang merupakan negara pemberi pinjaman terbesar, menggunakan alasan ini untuk menduduki Mesir selama setengah abad berikutnya. Inggris mengangkat penguasa kaki tangannya yang setia kepadanya hingga Amerika muncul sebagai kekuatan dunia setelah PD itu mendapatkan pengaruh atas Mesir dan mendapatkan loyalitas penguasa Mesir secara berturut-turut. Rezim Mesir menormalisasi hubungan dengan Israel dan menekan segala tanda-tanda kebangkitan Islam. Selama kekuasaan para penguasa Mesir yang lama itu selalu ditopang oleh kekuatan-kekuatan eksternal dan karenanya mereka tidak pernah menjadi wakil rakyat dan akibatnya itu tidak pernah bertanggung jawab kepada rakyatnya sendiri. Kekuatan-kekuatan asing telah mendanai dan mempersenjatai rezim itu dan menjaga kesetiaan mereka.
Dibawah Khilafah, penguasa dipilih oleh rakyat dan mewakili rakyat. Setiap pengaruh asing menyebabkan dia diganti. Tanggung jawab praktis dilakukan melalui Majlis Ummah, sebuah dewan yang para anggotanya yang terpilih dapat bisa merupakan kaum Muslim, dan non-Muslim, laki-laki maupun perempuan. Para anggota itu mewakili kepentingan konstituen mereka dalam Khilafah. Majlis tidak memiliki kekuasaan legislatif tetapi memiliki banyak kekuatan yang bertindak untuk mengimbangi kekuasaan eksekutif Khalifah. Majlis memiliki hak untuk membuat daftar calon untuk jabatan Khalifah.
Visi – Kaum Muslim memiliki sejarah yang terkenal di Afrika, inilah yang menyebabkan 52% penduduk Afrika saat ini terdiri adalah Muslim. Islam datang ke Afrika Utara setelah Al Sham berada di bawah Islam. Dikenalnya Islam di benua itu diawali melalui penaklukan Mesir. Mesir ketika itu dihuni oleh berbagai macam orang, seperti Kristen Koptik, Yahudi dan Romawi. Demikian pula Afrika Utara adalah wilayah dimana orang Berber hidup di bawah dominasi Romawi. Bangsa Roma memandang Afrika sebagai koloni mereka dan melalui para penguasa kaki tangannya itu mereka mempertahankan cengkeramannya di benua itu. Serangkaian operasi militer untuk menaklukkan Afrika Utara dimulai pada tahun 663, dan kaum Muslim segera mengendalikan kota terbesar di Libya. Tripoli jatuh pada tahun 666 dan tahun 670 kaum Muslim menaklukkan Tunisia. Wilayah Maghrib yang sekarang terdiri dari Libya, Tunisia, Aljazair, dan Maroko, dan secara kolektif dikenal sebagai Bizantium provinsi Afrika akhirnya menyerah dan mengirimkan gelombang kejut di wilayah Romawi. Jatuhnya Mesir, yang merupakan keranjang roti bagi Kekaisaran Romawi, adalah kerugian Romawi yang tidak pernah pulih.
Kaum Muslim membangun kota Qairouan (kira-kira delapan puluh kilometer di selatan kota Tunis modern). Kota ini menjadi ibu kota Islam Afrika. Awalnya merupakan lokasi pangkalan militer, seperti banyak pangkalan-pangkalan militer kemudian menjadi kota-kota dan pusat-pusat ilmu pengetahuan. Mesjid Al Qayeawm (Jamil Uqba) dibangun oleh umat Islam dan menjadi pusat ilmu pengetahuan dari seluruh wilayah Islam. Adalah kaum Muslim Baru Afrika Utara yang membawa Islam ke Eropa. Orang Berber yang masuh Islam, Tariq Bin Ziyad, kemudian memimpin pasukannya melintasi selat Gibraltar yang mulai terkenal dalam sejarah Islam di Eropa.
Sementara saat ini para penguasa di Afrika Utara secara berturut-turut menjual rakyatnya untuk kepentingan Barat, Islam menjadikan wilayah itu di masa lalu sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan pintu masuk ke Eropa. Itu adalah visi Khilafah yang akan membawa Mesir sebagaimana yang terjadi di masa lalu. Khilafah tidak akan menjadi budak yang tunduk patuh kepada kekuasaan Imperial tetapi memiliki ambisi global seperti yang terjadi di masa lalu dengan memberikan visi dunia bagi penduduk di wilayah itu.
Kesimpulan
Saat ini, tekanan-tekanan telah dibangun ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia Muslim dan sekarang rezim-rezim itu menawarkan remah-remah untuk memenuhi tuntutan rakyat dan berusaha membeli mereka, dengan berharap mereka cukup puas untuk sesuatu yang sifatnya kosmetik yang akan muncul seolah-olah seperti kemenangan, tetapi sebenarnya hanya akan mempertahankan status quo rezim yang bobrok. Mungkin rezim itu akan menawarkan reformasi, beberapa kantung uang atau makanan, janji pemilihan atau bahkan wajah baru untuk menggantikan seorang tiran tua, tapi yang akan terus menindas mereka dan mencegah solusi nyata atas situasi bencana yang muncul. Perubahan yang nyata tidak datang melalui perubahan wajah. Tidak juga datang melalui reformasi yang lamban. Melainkan melalui perubahan yang tiba-tiba, menyapu bersih, tanpa kompromi dan bersifat komprehensif. Perubahan yang sebenarnya adalah untuk menghapus sistem-sistem kafir di negeri-negeri Muslim secara menyeluruh. Perubahan yang sebenarnya adalah untuk mengembalikan suatu sistim dimana penduduk di wilayah itu telah hidup di bawah Khilafah selama lebih dari seribu tahun. perubahan Perubahan yang sesungguhnya adalah agar Umat membebaskan dirinya dari belenggu penindas dan kembali lagi untuk hidup di bawah naungan negara Khilafah Islam.
Sumber: Khilafah.com (30/1/2011)
umat telah merasakan buah pahit nasionalisme, demokrasi komunisme, dan kediktatoran. Sekarang merindukan manisnya Islam. Protes saat ini harus menjadi benih untuk mencabut orang tidak adil membuat sistem dan membuka jalan bagi pembentukan aturan Allah, “Khilafah Islamiyah
persoalan mesir tak hanya menghendaki pergantian rezim namun yang paling penting sesungguhnya adalah pergantian sistem yang kufur (sistem selain Islam) kepada sistem yang berdasarkan wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah ). ingat lah bahwa islam adalah sebuah ideologi…. allohuakbar
Kemelut yang terjadi di Mesir adalah akumulasi dari ketidakberdayaan aturan yang dianut selama ini.Aturan yang dimaksud tdk bisa memuaskan akal apalagi menentramkan hati.Agar tdk gagal kedua kalinya sistem aturan di Mesir harus kembali pada aturan yang bersumber dari Yang Maha Mengetahui dialah aturan Islam dalam bingkai syariah dan khilafah.Allahu Akbar !!!