Langkahnya kecil-kecil, perlahan dan sangat hati-hati. Bahkan ketika akan menaiki minibus Kopaja, ia tertegun sejenak, melihat pijakan kaki pintu yang tingginya 30 cm di atas jalan. Sebenarnya, ketinggian seperti itu bagi anak kecil pun tidak ada masalah. Namun, bagi seorang ibu yang baru melahirkan, itu merupakan masalah besar. Karena itu, dengan sigap, suaminya langsung menggendongnya masuk ke dalam Kopaja.
Ibu muda yang baru melahirkan itu bernama Nida Muryani, guru PAUD Cabe Rawit home schooling, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ia melahirkan dengan cara cesar, dibelah secara horisontal perut bagian bawah sepanjang diameter bayi, 21 hari sebelum Konferensi Rajab 1432 H di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, digelar. Namun, ia tetap memaksakan diri untuk menghadiri perhelatan kolosal tersebut. “Kehadiran saya di KR (Konferensi Rajab, red.), ya bentuk dukungan saya pada tegaknya syariah dan Khilafah,” ujarnya kepada al-wa’ie.
Dengan antusias ia mengikuti acara dari awal hingga akhir. “Subhanallah, acara KR ini luaar biasa, dari awal hingga akhir membuat saya tak berniat sedikitpun untuk beranjak tempat duduk…semakin menambah semangat saya untuk terus memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah yang tidak boleh ditunda lagi,” ungkapnya lagi.
Ia pun tidak merasakan ada kendala dalam mengikuti KR tersebut. “Alhamdulillah, tidak terasa sakit sedikitpun. Bayi saya juga tidak rewel. Ya, ini bentuk nashrullah. Saya haqul yaqin, jika kita menolong agama Allah, Allah akan menolong kita,” ujarnya.
Itulah salah satu gambaran bersatupadunya antara keimanan, harapan, kerinduan dan perjuangan untuk menyambut janji Allah SWT dengan tegaknya kembali syariah dalam bingkai Khilafah.
Gambaran serupa juga dapat dilihat dari peserta lainnya. Hidayat Syarif Muktar, misalnya. Kesulitannya dalam berjalan tidak menghalangi warga Perumnas II, Tangerang, Banten, ini untuk hadir menjadi peserta KR Jakarta. Lelaki yang berusia 47 tahun itu kakinya cacat sejak lahir. Namun, apa yang membuat dia bersikukuh untuk datang? “Saya setuju dengan syariah dan Khilafah karena Khilafah bukan tipudaya,” ujarnya.
Selama 13 abad, lanjutnya, sudah terbukti penerapannya itu sesuai dengan fitrah manusia yang ingin mendapatkan keadilan dan kesejahteraan. “Buktinya, bisa dilihat dari kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah belum juga sampai tiga tahun, rakyatnya sudah sejahtera semua, sehingga semuanya tidak ada yang mau menerima zakat,” paparnya.
Peserta konferensi lainnya, seorang pengusaha muda yang sukses, Erik Hariyadi Sitepu, dengan senang hati meninggalkan dulu urusan bisnisnya di Riau, agar dapat berbagi pengalaman tentang kelompok yang memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah di Konferensi Rajab, Jakarta.
Tiga tahun lalu ia belum mengenal Hizbut Tahrir (HT). Namun, ia melihat ada sekelompok pemuda HT yang demonstrasi di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, Riau. Karena Erik seorang pebisnis yang saat itu masih berpikir bahwa segala sesuatunya diukur dengan uang, maka dalam benaknya pun muncul dua pertanyaan, “Siapa yang membayar mereka dan berapa besar bayaran yang mereka dapat?”
“Akhirnya belakang ini saya tahu, yang membayar mereka adalah Allah SWT dan bayaran yang dijanjikan kepada mereka adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi!” pekiknya dan disambut takbir sekitar 20 ribu peserta konferensi di Jakarta.
Ada pula Dra. Hj. Hasrati, pengurus PKK Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Ia terbang ke Jakarta untuk mengikuti konferensi ini, lantaran ketika KR di Makassar ia tidak bisa hadir. “Acara ini bagus, positif sekali dan sangat menyentuh hati kami,” ujarnya. Ia pun menyatakan, “Dengan menegakkan syariah dan Khilafah kita bisa mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kita akan dukung terus Hizbut Tahrir.”
Tokoh Bicara
Tokoh-tokoh ormas Islam yang hadir pun memberikan kesannya terhadap jalannya acara Konferensi Rajab (KR) Jakarta ini. Humas PP Hidayatullah, Mahladi, misalnya, menyatakan bahwa sebenarnya syariah dan Khilafah saat ini sedang menjadi sorotan negatif. Namun, di tengah sorotan negatif itu KR ini dilaksanakan. “Sungguh luar biasa dan sangat menggugah kaum Muslim di negara ini, bahwa kita tidak perlu takut atau khawatir dengan arus informasi negatif tentang syariah dan Khilafah!” ujar Mahladi.
Sekjen DPP al-Ittihadiyah Fikri Bareno menyatakan, KR Jakarta ini merupakan momen untuk menjelaskan bahwa penegakkan syariah dan Khilafah merupakan kewajiban seluruh kaum Muslim. “Mudah-mudahan mereka yang awam, usai ikut KR ini tersadarkan dan turut berjuang,” harapnya.
Ketua Umum Syarikat Islam KH Djauhari Syamsuddin juga berkomentar, “KR ini bagus sekali untuk menjelaskan kepada umat tentang perlu adanya persatuan umat Islam…”
Anggota MUI Pusat KH Azmain Kombeng pun angkat bicara. Menurut dia, materi yang disampaikan dalam KR ini berdasarkan fakta dan analisis yang dapat dinilai obyektif. Ia pun menyarankan agar HTI juga banyak berkomunikasi secara intens dengan para pengambil kebijakan. “Kalau tidak dikomunikasikan dengan baik kepada mereka, mereka akan tetap menjalankan sistem pemerintahan hasil didikan kolonial dan kapitalis,” prediksinya.
Tokoh ormas di kalangan Muslimah pun turut berkomentar. “Acara KR sangat luar biasa, menggugah nurani umat Islam, membangkitkan semangat juang. Insya Allah, janji Allah untuk hidup sejahtera di bawah naungan Khilafah segera terwujud. Kitat semua percaya dan mendukung perjuangan ini…,” ujar Sholeha Bawazier, MM, Ketua Wanita Al-Irsyad al-Islamiyyah.
Pendapat senada pun disampaikan oleh dua orang pengurus pusat Aisyiah usai mengikuti acara KR Jakarta. “KR ini sangat baik dalam menyadarkan masyarakat untuk menegakkan Khilafah, masyarakat yang adil makmur, rahmatan lil alamin,” ujar Dr. Hj. Maisayaroh Ali, MA.
“KR ini sangat hebat. Semoga bisa segera terwujud Khilafah dan syariah,” timpal Dra. Hj. Noorni Akma.
Pakar Kristologi Hj. Irena Handono, ketika diwawancarai Muslimah Media Center, juga menyatakan bahwa acara ini memang harus didukung sepenuhnya. Sebab, dengan Khilafahlah umat manusia akan terselamatkan. “Insya Allah Khilafah itu akan tegak. Itu kan janji Allah. Semoga bisa cepat terealisasi. Semoga ketika saya masih menikmati hidup di dunia ini, sudah bisa terlaksana,” harapnya. [Joko Prasetyo]
Al-Mukarram Al-Fadhil al-Karim KH Abdullah,
Ulama Jawa Timur
“Saya bersaksi, sesungguhnya Hizbut Tahrir adalah gerakan mukhlish yang benar-benar berjuang untuk menegakkan ‘izzul Islam wal Muslimin. Atas dasar itu, wajib bagi kita untuk membantu, mendukung dan menguatkan perjuangan Hizbut Tahrir, agar syariah dan Khilafah bisa ditegakkan sesegera mungkin atas izin Allah SWT. Sungguh, Khilafah Islamiyah tetap akan ditegakkan Allah SWT, tanpa atau dengan dukungan Anda, wahai para ulama! Namun, jika Anda tidak mengambil bagian dalam perjuangan ini, sesungguhnya, Anda tidak akan mendapatkan kemuliaan dan pahala yang melimpah dari Allah SWT.”
Drs. M. Nur Ahmad,
Ketua Ikatan Muballigh Sulawesi Tenggara
“Saya melihat HT adalah partai politik ideologis yang ikhlas berjuang secara sungguh-sungguh untuk tegaknya syariah dan Khilafah.”
Prof. Dr. Ir. La Rianda,
Direktur Pasca Sarjana Universitas Haluoleo Kendari
“Bulan Rajab adalah pertama kali perintah menjalankan syariah Islam, yakni perintah shalat, ketika Rasulullah Muhammad saw. Isra Mi’raj. Banyak kaum kafir Quraisy tidak percaya akan kejadian Isra’ Mi’raj. KR akan menyadarkan kaum Muslim, terutama yang tidak yakin akan penyatuan negeri-negeri Muslim, bahwa itu akan terjadi, seperti kejadian Isra Mi’raj-nya Rasul.”
Andi Muhammad Hatta Patturusi,
Wartawan Senior Sultra
“Penegakan syariah dan Khilafah bukan hanya menjadi tanggung jawab Hizbut Tahrir saja, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh komponen umat Islam dengan menjadikan kewajiban ini sebagai perkara yang besar dan mendesak.”
Drs. H. Ahmad Tarmizi, M.HI,
Ketua Komisi Fatwa MUI Provinsi Jambi
“Jangan ada keraguan dalam hati kita tentang kebenaran syariah Islam. Kita ini adalah milik Allah. Bumi yang kita huni ini pun milik Allah. Karena itu, sangat pantas dan wajar jika hukum yang kita jalankan adalah hukum Allah.”
Drs. Baharudin Saleh,
Mubaligh Senior Bengkulu
“Setelah mendengarkan ceramah dari guru-guru kita di Hizbut Tahrir, rasanya sudah padat dalam hati ini bahwa tiada lain yang bisa kita terima untuk generasi sekarang ialah syariah Islam dan Khilafah.”
Muhammad Pendi Leong,
Pengusaha CEO /Owner Madinah Syariah, Medan
“Saya seorang muallaf dan pengusaha saja menyakini bahwa perjuangan penegakan Khilafah adalah kewajiban dan solusi bagi dunia sekarang yang sekarang sudah dicengkeram kapitalisme global. Makanya, saya mengajak kepada seluruh kaum Muslim agar bergabung dengan Hizbut Tahrir.”
Drs. KH Buya Asep Sudrajat, MM
Pimpinan Ponpes Ulul Albab, Bandung
“Saya mewakili ulama di Jawa Barat, mengajak para ulama, ibu-ibu majelis taklim dan semua yang hadir di sini (KR Bandung, red.), setelah pulang dari tempat ini mari kita bersama dengan Hizbut Tahrir berjuang untuk penerapan syariah dalam sistem Khilafah. Allahu Akbar!”
Tgk. Abdurroni,
Ketua MPU Aceh Barat
“Kami menyeru kaum Muslim agar ikut berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk memperjuangkan penegakan syariah dan Khilafah di muka bumi Allah ini.”
Buya H. Drs. Sudirman,
Pengawas Pendidikan Muhammadiyah Sumbar
“Insya Allah dengan Konferensi Rajab ini, umat kembali sadar dan yakin bahwa Khilafah adalah janji Allah dan solusi.”
KH Syamsuddin Latif,
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Makassar
“Alhamdulillah, pelaksanaan Konferensi Rajab 1432 H dapat berlangsung dengan sukses dan membuka mata dan hati seluruh komponen umat, bahwa saatnya kita menanggalkan sistem kufur dan beralih ke sistem Khilafah.”
Ust. Hazbullah Huda,
Pengasuh Majelis Taklim Babur Rohim, Kotawaringin, Palangkaraya, Kalimantan Tengah
“Hanya dengan sistem Khilafah Islamiyah, bumi dan seisinya akan damai, makmur, sentosa di bawah naungan ridha dari Allah SWT.”
KH Endang Ahmad Arif
Pimpinan Ponpes Miftahul Huda 606 Lampung dan Ketua Forum Komunikasi Ponpes (FKPP) se-Lampung Selatan
“Semestinya para ulama tidak hanya jadi murabbi, muaddib, mu’allim di ponpesnya masing-masing, tapi juga harus menjadi mujahid (pejuang) yang memperjuangkan syari’ah bil Khilafah Islamiyah. Percuma mendirikan pesantren kalau tidak setuju Khilafah.”
Agam Setyo Utomo,
Pengusaha Rindu Syariah,
“Perjuangan Hizbut Tahrir dalam menyeru umat untuk menegakkan Khilafah sebenarnya adalah bukti kesadaran dan kepedulian seorang Muslim terhdadap saudaranya. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mendukung Hizbut Tahrir.”
Ust. Amir. S. Qulillo,
Cendekiawan Muslim Papua.
“Mari Kita semua yang hadir dalam konferensi ini, bukan hanya mendukung dan men-support Hizbut-Tahrir, tetapi juga berjuang bersama-sama dalam menegakkan syariah dan Khilafah.”
KH Mansyur Muhyidin,
Ulama Banten
“Dengan KR gaung penegakkan Khilafah semakin membahana ke seluruh pelosok negeri. Kami berharap dan berdoa, tegaknya Khilafah dalam waktu yang tidak terlalu lama insya Allah dengan pertolongan Nya.”
Drs. HM. Sirajuddin,
Sekretaris Majelis Syuro-Komite Perjuangan Penegakan Syariah Islam (KPPSI), Sulawesi Selatan
“Kami sangat mendukung pelaksanaan Konferensi Rajab 1432 H yang dilaksanakan oleh Hizbut Tahrir. Kita tunjukkan bahwa hanya dengan syariah dan Khilafah manusia dapat hidup damai dan sejahtera.”
Ustadz H. Ayik Farid, BA
Sekretaris Umum MUI Sumatera Selatan
“Saya mewakili MUI Sumsel mengucapkan selamat kepada HTI Sumsel, yang telah melaksanakan Konferensi Rajab 1432H. Mudah-mudahan Konferensi Rajab ini akan mengangkat umat Islam, membawa misi keumatan, sehingga terlaksana syariah Islam di muka bumi ini.”
Ustadz Surya Taufik,
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hafidz Tangkiling.
“Hizbut Tahrir itu partai yang muklish. Saya bersahabat dengan Hizbut Tahrir karena menurut saya, Hizbut Tahrir berbeda dari partai lain. Anggotanya rata-rata masih muda, namun memiliki ghirah dan semangat berjuang yang luar biasa; terus berdakwah siang-malam tak kenal lelah.”
Drs. Habibullah Angkasa, M.Ag
Ketua STAI Al-Azhar Kota Lubuklinggau/Pengurus NU Kota Lubuklinggau
“Saya mewakili akademisi atau intelektual sangat terkesan dengan apa yang disampaikan HT. Gagasan yang diperjuangkan HT sangat tepat dan masuk di akal. Karena itu, saya sangat mendukung apa yang dicita-citakan HT. Semestinya ormas-ormas lain bisa mencontoh apa yang dilakukan HT.” []