Subhanallah, sosok ulama yang satu ini, walaupun usianya tidak lagi terbilang muda, tidak sedikit pun mengurangi aktivitas dakwahnya sebagai orang nomor satu dalam jajaran pengurus MUI Provinsi Kepulauan Riau. Jabatannya sebagai ketua MUI Kepri mengharuskan dirinya banyak melakukan kunjungan ke berbagai pulau di wilayah kerjanya.
Tegas
Ia pun merupakan salah satu ulama yang istiqamah dalam perjuangan memberantas kemaksiatan. Saat di Batam marak perjudian berkedok bola ketangkasan Tengku Azhari, dengan tegas ia mengecam pemerintah yang telah memberikan izin bisnis berbau judi tersebut. “Saya kira pihak kepolisian pun tahu kalau itu sebenarnya judi. Kita sayangkan mengapa perjudian yang dikemas bisnis hiburan itu justru dilegalkan. MUI Kepri akan menentang perjudian yang ada di Batam ataupun di Kepri ini,” kata Azhari.
Ia lalu bersama-sama ormas Islam melayangkan surat kepada pihak-pihak terkait untuk menutup tempat tersebut.
Ulama yang satu ini pun terkenal sebagai ulama yang menjaga umat dari pendangkalan maupun penyesatan akidah. Terkait kelompok yang menamakan diri Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah IX, yang juga mencuat di Batam ia pun menyatakan sikapnya. “NII tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka bukan Islam. Kalau dibilang sesat, mereka sangat menyesatkan,” ujarnya meyakinkan.
Ia beserta jajarannya di MUI Kepri menggandeng para da’i, kiai, alim ulama, remaja masjid, dan organisasi massa Islam merapatkan barisan setiap kali terendus adanya kelompok aliran sesat; menelusuri kelompok tersebut dari mana asalnya. Saat mereka terdeteksi bukan dari Islam, MUI segera mengingatkan tindakan mereka. Namun, jika kelompok sempalan itu berasal dari Islam, tugas MUI akan menasihati dan meluruskannya agar mereka kembali pada al-Quran dan as-Sunnah. “Tugas MUI memberi fatwa dan menasihati. Jika mereka menyempal maka kita akan nasihati. Namun, jika dinasihati tidak mau, ya kita suruh membuat agama baru dan jangan mengatasnamakan agama Islam,” terangnya.
Selain memantau dari dalam, MUI akan mengambil langkah-langkah strategis. Utamanya dengan menginstruksikan kepada para da’i dan mubaligh untuk segera merapatkan barisan dengan konsolidasi internal melalui pengajian dan perkumpulan yang benar.
Dukung HT
Menurut ulama sepuh ini, salah satu pengajian dan perkumpulan yang benar itu adalah perkumpulan dan pengajian yang digelar oleh Hizbut Tahrir. Oleh karena itu, dengan senang hati ia menerima tawaran DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kepri, untuk memberikan testimoni dalam acara Konfrensi Rajab 1432 H, Ahad (12/6) di GOR Indoor Tumenggung Abdul Jamal, Kota Batam, Kepulauan Riau. “Umat Islam harus merespon secara positif penerapan sistem syariah dan Khilafah yang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir!” pekiknya lantang di hadapan sekitar 2000 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dosen, guru-guru, ibu-ibu majelis taklim, para dai Persatuan Mubaligh Batam, birokrat, tokoh pendidikan yang hadir dari berbagai daerah Kepri. Bahkan di antara peserta itu ada yang hadir dari Singapura dan Malaysia. Menurut beliau, dukungan itu harus diberikan lantaran hanya sistem syariah dan Khilafah yang akan dapat menyelesaikan semua permasalahan di negeri tercinta yang sudah carut-marut ini. “Dengan Islam melalui institusi Khilafahlah penyakit masyarakat seperti seks bebas, korupsi akan dapat dihilangkan dan hanya dengan Khilafah pula umat akan selamat,” tegasnya.
Kesan Mendalam
Perkenalan Tgk. Azhari dengan Hizbut Tahrir diawali dari kedekatannya dengan Ketua DPD I HTI Kepri Dony Irawan, yang juga aktif di MUI. Kedekatan secara personal tersebut membuat Kiai Abbas semakin mengenal pemikiran HT. Ia pun secara periodik membaca Taboid Media Umat, salah satu media massa yang dikeluarkan HT. Ia memiliki kesan yang sangat mendalam terhadap Hizbut Tahrir sejak pertama kali bertemu dengan Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto beberapa tahun lalu. Ia merasa sangat puas dengan penjelasan Jubir HTI saat menjelaskan visi dan misi serta berbagai strategi dan langkah perjuangan Hizbut Tahrir. Oleh karena itu ia mendukung perjuangan penegakan syariah dalam bingkai Khilafah, bahkan tertarik untuk mendalami kitab-kitab yang dikaji oleh HT. Setelah mengkaji, ia pun menyatakan, “Apa yang dibawa HT itu syariah. Jadi, saya yakin siapa pun orangnya, kalau mengaku Islam, pasti tidak ada yang menolak agenda-agenda HT,” tegasnya.
Makanya, lanjut Tgk. Azhari, ulama lainnya di MUI Kepri mendukung HTI karena menurut mereka yang diperjuangkan HT juga menjadi perjuangan MUI.
Pasca Konfrensi Rajab ini, ia berharap agar HT lebih gencar lagi mensosialisasikan syariah dan Khilafah kepada masyarakat, terutama masyarakat yang ada di daerah, agar masyarakat tidak salah paham dengan perjuangan HT. “Karena saat ini masih ada masyarakat yang menganggap HT itu aliran keras dan sebagainya,” ungkapnya.
Ia pun mendoakan agar HT tetap istiqamah dan mempergencar sosialisasi. “Yang dibutuhkan di sini hanya sosialisasi agar umat memahami apa yang kita perjuangkan dengan cara yang mudah dimengerti dan menggembirakan, dengan hikmah, pelajaran yang baik,” pungkasnya. [Agus]