Sosok Fikri Bareno banyak dikenal di kalangan pimpinan ormas-ormas Islam tingkat pusat. Pandangannya tentang perjuangan syariah cukup tajam. Menurut beliau, penegakkan syariah Islam itu merupakan kewajiban seluruh umat Islam, termasuk menyatukan umat ke dalam Khilafah pun merupakan kewajiban seluruh kaum Muslim. “Kalaupun selama ini yang paling lantang menyuarakan perjuangan syariah dan Khilafah itu adalah HTI, tetapi ingat, perjuangan itu untuk kepentingan seluruh umat Islam,” tegasnya.
Pengaruh Ayah
Lelaki yang tinggal di Petamburan, Jakarta, ini lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 4 November 1962. Dibesarkan dalam keluarga yang kuat keislamannya menjadikan tokoh yang murah senyum ini aktif dalam dakwah Islam.
Sejak kecil ia menyaksikan ayahnya bukan sekadar berdagang, melainkan juga aktif berdakwah dari pasar ke pasar. Pengaruh sang ayah sangat membekas dalam dirinya. “Inilah yang memompa semangat saya untuk berbisnis sekaligus berdakwah,” ujarnya.
Lingkungan tempat hidupnya makin membentuk karakter keislamannya. Setelah menamatkan sekolah Tsanawiyah, ia melanjutkan pendidikannya di Aliyah dan berlanjut hingga pasca sarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran. Selama mahasiswa ia tercatat sebagai aktivis dakwah mahasiswa.
Sebagai seorang aktivis dakwah, ia merasa prihatin atas ketidakadilan dan kezaliman yang menimpa umat Islam selama ini. Di Indonesia, jumlah kaum Muslimnya mayoritas, tetapi sangat minoritas dalam peranan. Umat Islam yang benar-benar menjadikan Islam sebagai jalan perjuangannya dimarginalkan. Kenyataan ini makin mendorong dirinya untuk terjun ke dalam kancah perjuangan Islam. Setelah bergelut dalam berbagai organisasi Islam, akhirnya pada tahun 1990 ia mengemban amanah sebagai Sekjen DPP al-Ittihadiyah sampai sekarang.
Mengenal HT
Tahun 2005 merupakan titik awal perkenalannya dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pertemuan ini terjadi di Jakarta pada saat berlangsungnya Kongres Umat Islam Indonesia (KUII). Dalam KUII tersebut peran delegasi HTI memang cukup nyata. Oleh sebab itu, tidak mengherankan di sela-sela acara beberapa tokoh, termasuk dirinya, berkenalan dengan delegasi HTI. Sejak mengenal ide-ide HTI itulah hubungan silaturahmi terus berlanjut. Di antara kegiatan yang senantiasa ia hadiri adalah forum temu tokoh yang diselenggarakan oleh HTI. “Kegiatan itu menarik. Di sana diperbincangkan berbagai permasalahan umat seperti RUU Sumberdaya Air, RUU Bahan Bakar Minyak, dilihat dari pandangan Islam. Langkah ini memunculkan gerakan bersama ormas-ormas Islam. Salah satu wujudnya adalah Aksi Sejuta Umat Menolak Pornografi dan Pornoaksi,” jelasnya.
Setelah bergaul dan memahami ide-ide HTI, ia sangat mendukung syariah dan Khilafah yang selama ini disuarakan partai Islam ideologis internasional itu. Dengan tegas ia menyatakan, “Saya sangat mendukung HTI dan setuju dengan perjuangan HTI dalam penegakan syariah Islam dan Khilafah. Sebab, satu-satunya solusi bagi permasalahan umat itu adalah syariah Islam. Tidak mungkin masalah kaum Muslim terselesaikan kalau bukan dengan syariat Islam. Tidak mungkin umat Islam akan jaya kalau terpecah belah. Itulah pentingnya Khilafah.”
Dalam pandangannya, musuh-musuh Islam yang selama ini terus mencengkeramkan kukunya pada umat Islam akan mudah ditundukkan dengan adanya Khilafah. Tanpa Khilafah umat Islam akan diinjak-injak. Sebaliknya, Islam hanya akan menjadi besar dengan tegaknya syariah dan Khilafah. “Seluruh umat Islam seharusnya berterima kasih kepada HTI karena sudah mensosialisasikan syariah dan Khilafah. Semua ormas Islam mana pun seharusnya mengusung ide Khilafah. Tidak mungkin syariah Islam tegak tanpa adanya Khilafah!” tegasnya.
Sikap tegasnya itu ditopang oleh pemahamannya terhadap sejarah umat Islam. Menurutnya, ketika Islam tidak bersatu, umat Islam mudah dipecah-belah. Sebaliknya, sejarah mencatat ketika umat Islam berada di bawah naungan Khilafah umat Islam benar-benar menjadi umat[an] wahidah. Ia juga yakin bahwa dengan tegaknya syariah dan Khilafah, Amerika Serikat dan sekutunya akan takut terhadap umat Islam. Sebaliknya, saat umat Islam tidak punya khalifah umat Islam gampang diadu-domba.
Ada hal istimewa terkait HTI di mata tokoh Islam yang juga pebisnis busana Muslim di Tanah Abang, Jakarta ini. “Sebelum HTI muncul ke permukaan sekitar tahun 2000, berbagai ormas dan tokoh sibuk dengan masalah internal masing-masing. Kehadiran HTI ternyata mampu menjembatani para tokoh, aktivis, dan berbagai organisasi Islam. HTI telah mampu mempertemukan mereka dalam satu benang merah sehingga hati dipertautkan tanpa batas. Selama ini kita tidak menyatu. HTI merajut antara kita semua,” akunya.
Segera ia melanjutkan, “HTI merajut persatuan berbagai tokoh dan organisasi. Kita melangkah bersama HTI untuk Islam. Berbeda organisasi tetapi yang diperjuangkan sama, yaitu Islam.”
Fikri Bareno juga mengakui HTI dapat merangkul para ulama dan kiai sehingga mereka dapat melangkah untuk syariah dan Khilafah. “Ini luar biasa!” decaknya.
Pasca mengikuti Konferensi Rajab 1432 H, ia menyatakan penegakkan syariah Islam dan Khilafah harus lebih digulirkan. “Ini kewajiban bersama!” tegasnya. Ia juga mengharapkan tokoh umat Islam jangan mau diadu-domba. Jangan sampai Khilafah itu dianggap hanya trik politik HTI. “Kita harus berterima kasih kepada HTI yang telah menyebarkan ide Khilafah. Khilafah ini untuk mensejahterakan negeri kita semua. Satu-satunya yang dapat menjadikan Islam jaya adalah Khilafah,” tegasnya sekali lagi.
Tokoh muda ini berpesan untuk semua umat Islam dan tokohnya, “Marilah kita bersatu menegakkan syariah Islam dalam naungan Khilafah! Marilah bersama berjuang bagi tegaknya Khilafah! Tidak mungkin Islam tegak, tidak mungkin syariah Islam tegak tanpa Khilafah.”[LF]