Puluhan Ribu Berkumpul di Masjid al-Aqsa: Serukan Khilafah, Tolak Demokrasi!
Puluhan ribu kaum Muslim di kompleks Masjid al-Aqsa, Baitul Maqdis, Palestina menyerukan penegakkan Khilafah. Mereka juga menegaskan penolakkan atas sistem demokrasi pada Jumat (08/07). Acara ini dilakukan dalam dalam rangka menandai 90 tahun penghancuran Khilafah Islamiyyah.Usai shalat Jumat, para pemuda dan kaum Muslim berkumpul di halaman depan Masjid al-Aqsa. Para pemuda Hizbut Tahrir silih berganti menyampaikan seruannya, di bawah gerbang antara Masjid Al-Aqsa dan Kubah Sakhrakh.
Takbir dan yel-yel seruan penegakkan Khilafah bergema di komplek yang diberkahi tersebut. Sebuah spanduk besar terbentang di gerbang antara Masjid al-Aqsa dan Kubah Emas bertuliskan, “Al-Ummah Turidu Khilafah Islamiyyah (Umat Menginginkan Khilafah Islamiyah).” Panji-panji Rasulullah saw., ar-Rayah, berkibar di sekitar Masjid. Selain meninggikan panji-panji Rasulullah saw., para jamaah juga mengangkat poster yang bermakna, “Khilafah, ya! Demokrasi, Tidak!”
Khawatir dengan Syariah Islam, Australia Bantu Madrasah di Indonesia
Ketakutan terhadap penegakan syariah Islam di Indonesia membuat Ausralia mengucurkan berbagai program untuk meliberalkan Muslim di Indonesia. Sebagaimana negara-negara Barat lainnya, Australia mencap gerakan Islam yang memperjuangkan syariah Islam dengan julukan garis keras. Bahkan menyebut kelompok garis keras Islam ini merupakan ancaman yang lebih berbahaya daripada terorisme.
Harian The Australian (7/07/2011), dalam artikel berjudul, “Hardline Islam a Bigger Threat than Terrorists,” dengan tegas meminta pemerintah Australia untuk memperluas bantuan reformasi pendidikan Islam di Indonesia, Istilah reformasi digunakan sang penulis Tim Lindsey, untuk menutupi maksud sebenarnya, yakni mengembangkan pemahaman terhadap Islam ala liberal. Tujuan proglam liberalisasi ini adalah mempersempit Islam hanya sebatas ritual, moralitas dan individual. Adapun syariah Islam yang kaffah dalam sistem ekonomi, politik, pendidikan yang akan diterapkan Negara Islam dianggap sebagai pemikiran garis keras yang berbahaya. Bagi negara-negara Barat penegakan syariah Islam oleh negara akan mengancam kepentingan penjajahan mereka di Dunia Islam termasuk Indonesia.
Dalam artikel itu, penulis memuji keberhasilan Indonesia dalam menangani kelompok yang mereka klaim sebagai teroris-teroris Islam. Namun, menurut Tim Lindsey di Indonesia terdapat organisasi-organisasi Islam lain yang jauh berbahaya, yaitu kelompok garis keras. Menurut dia, kelompok-kelompok garis keras ini memiliki taktik yang berbeda, namun memiliki tujuan bersama menegakkan Islam yang dia sebut dengan konservatif. Perlu dicatat, istilah konservatif sering dilabelkan oleh penulis Barat terhadap Islam yang mewajibkan penerapan syariah Islam.
Untuk membendung hal ini, menurut Lindsey, Australia harus memperluas bantuan luar negerinya (AusAID), terutama untuk reformasi sistem pendidikan Islam di Indonesia. Sekolah-sekolah Islam (madrasah dan pesantren) merupakan hampir sepertiga sektor pendidikan. Sekolah-sekolah Islam itu biasanya miskin dan merekalah yang paling berat terkena penurunan sektoral secara keseluruhan. Hal ini telah berkontribusi pada peningkatan pengaruh Islam garis keras. Masih menurut Lindsey, Program Pendidikan Dasar AusAID, selain membantu secara fisik 2000 sekolah negeri, juga menawarkan ide-ide alternatif atas pemikiran-pemikiran konservatif yang diajarkan di banyak pesantren.
Amerika di Belakang Rezim Suriah dan Pihak Oposisi
Amerika Serikat menggunakan politik dua kaki di Suriah. Selain berupaya mempertahankan rezim Assad, AS juga secara diam-diam mendukung kelompok oposisi yang mengadopsi ideologi Amerika. Anggota Kongres AS Dennis Kosneth selama kunjungannya ke Syam pada hari Selasa (28/6) menjelaskan bahwa masyarakat internasional harus mendukung Suriah serta langkah-langkah positif yang terjadi di Suriah dan peralihan menuju negara demokratis dan bebas. Ia mengumumkan bahwa dirinya telah bertemu dengan para pejabat resmi dan para tokoh oposisi, bahkan ia telah melihat sebuah diskusi yang bebas dan keinginan yang serius untuk melakukan dialog nasional.
Surat kabar Inggris The Guardian edisi Kamis (30/6), mengutip sumber oposisi Suriah, melaporkan bahwa AS menekan oposisi agar mau bernegosiasi dengan rezim Suriah. Surat kabar itu menyebutkan bahwa Departemen Luar Negeri AS diam-diam mendorong pembahasan draft dokumen yang tidak dipublikasikan dan baru diedarkan pada konferensi oposisi yang diadakan pada hari Senin (27/6). Surat kabar menambahkan bahwa duta besar AS di Damaskus Robert Ford mendesak tokoh-tokoh oposisi untuk mengadakan pembicaraan dengan rezim Suriah. Sikap Amerika ini menunjukkan bahwa negara ini mendukung tindakan barbarisme rezim Suriah yang menghancurkan rakyat. Adapun pihak oposisi yang didukung Amerika tidak mewakili pikiran, aspirasi dan tujuan rakyat Suriah.
Hizbut Tahrir Menolak Piagam Al-Azhar Tentang Negara Sipil
Merespon perkembangan di Mesir, delegasi Hizbut Tahrir baru-baru ini mendatangi Kantor Syaikh Al-Azhar untuk bertemu dengan Dr. Ahmed Tayeb, Syaikh Al-Azhar. Delegasi HT menyerahkan “Memo Nasihat Untuk Al-Azhar Al-Syarif”. Salah seorang anggota Hizbut Tahrir di sela-sela kunjungannya menegaskan dalam pernyataan ekslusif kepada “Pusat Kajian Agama dan Politik”, bahwa kunjungan ini dilakukan sebagai sebuah nasihat dalam merespon “Rancangan Piagam Sipil” yang dikeluarkan oleh Syaikh Al-Azhar. Hizbut Tahrir menolak isinya yang menegaskan identitas negara Mesir sebagai negara sipil dengan mengabaikan syariah Islam terkait ide pendirian negara.
Dalam “Memo Hizbut Tahrir” itu dikatakan bahwa “Piagam Al-Azhar” itu berisi perkara yang bertentangan dengan Islam dan dimurkai Allah SWT. Delegasi juga menegaskan tentang kewajiban penegakan negara Khilafah. Delegasi Hizbut Tahrir telah menyerahkan kepada Syaikh Al-Azhar Dr. Ahmed Tayeb seperangkat kitab karya Founding Father Hizbut Tahrir, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, di antaranya yang paling penting adalah kitab: Al-Khilafah al-Islamiyah, Nizham al-Islam, Ajhizah ad-Dawlah, Ad-Demokrathiyah, Ta’rif Hizbut Tahrir, temasuk juga kitab Masyru’ ad-Dustur Dawlah al-Khilafah, yang disajikan lengkap dengan dalil-dalil syariahnya.
Penguasa Pengkhianat Pakistan Culik Wakil Jubir HT Pakistan.
Pada pagi hari ini, 12 Juli 2011, penguasa pengkhianat Pakistan mengatur penculikan terhadap Imran Yusufzai, Wakil Juru Bicara Hizbut Tahrir Pakistan. Seperti para pencuri murahan, para antek pemerintah mengintai dari luar rumah wartawan televisi terhormat itu dan kemudian menangkap Imran saat ia tiba di rumah. Minggu sebelumnya, Insinyur Aftab, seorang anggota Hizbut Tahrir, juga diculik dari rumah keluarganya di Multan. Ia memiliki dua orang bayi perempuan. Saat itu, ayahnya yang merupakan pasien kanker tinggal bersama dia. Keberadaan Imran kini tidak diketahui. Pemerintah Pakistan bertahun-tahun mereka menculik, menyiksa dan mengancam para syabab Hizbut Tahrir di Pakistan. Penguasa pengkhianat Pakistan itu telah melakukan semua itu secara keterlaluan dengan menangkap para perempuan ketika mereka menggendong bayi-bayinya yang masih kecil, menculik para ayah mereka yang sudah renta, mengancam para karyawan hingga lembaga/perusahaan tempat mereka bekerja agar memecat para syabab dari pekerjaan mereka, mengancam para pemberi jaminan bagi para syabab dan menyiksa hingga tulang-tulang belakang mereka terpisah.
Peningkatan penangkapan atas para aktivis Hizbut Tahrir baru-baru ini dilakukan setelah Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Laksamana Mike Mullen, mengunjungi Pakistan. HT Pakistan melakukan unjuk rasa secara nasional menentang kehadiran Amerika di Pakistan dan serangan terhadap Abbotobad oleh pasukan Amerika pada bulan April. Dalam pernyataan persnya, HT Pakistan menegasan bahwa tindakan-tindakan putus asa yang dilakukan penguasa Pakistan mencerminkan sikap lemah penguasa pengkhianat itu dan semakin mengungkap kelemahan mereka. Mereka melakukan hal itu setelaTh kampanye politik yang bersemangat Hizbut Tahrir yang untuk menumbangkan vrezim pengkhianat Pakistan yang mengabdi pada kepentingan penjajah Amerika. HT juga membangkitkan semangat para mukhlisin dari pada angkatan bersenjata Pakistan untuk mencekik penguasa pengkhianat itu dan menghukum mereka lewat tangan umat karena mereka layak mendapatkan itu. Tindakan keji penguasa Pakistan justru akan mempercepat berdirinya Khilafah. [FW/Dari berbagai sumber]