HTI

Nisa' (Al Waie)

Kemenangan Hakiki

Berlalunya bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan ini ternyata menyisakan pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu kita jawab, Apakah shaum kita telah benar-benar berhasil? Sudahkah kita meraih kemenangan? Bisakah kita disebut meraih kemenangan, sementara Ramadhan kita tidak banyak berpengaruh terhadap penyelesaian persoalan utama umat? Apakah pantas kita disebut berhasil, sementara umat Islam di berbagai belahan dunia tetap hidup dalam penderitaan yang berkepanjangan?

Memang, selama bulan Ramadhan kemarin ibadah shaum bisa kita penuhi. Al-Quran dapat kita khatamkan. Setiap malam kita laksanakan shalat tarawih dan sholat-sholat sunnah lainnya. Zakat kita tunaikan. Kaum ibu dapat menyediakan makanan istimewa setiap hari di kala berbuka dan sahur, memberikan pelayanan ekstra bagi seluruh anggota keluarga. Kita secara individual insya Allah bisa menuai pahala yang berlimpah dengan menunaikan amalan wajib kita dan berbagai amalan sunnah yang pahalanya dilipatgandakan Allah SWT.

Namun demikian, Ramadhan seolah belum membawa perubahan apapun. Umat Islam seluruhnya masih dalam keadaan terpuruk, terhina. Musuh-musuh Allah, kaum uffar, masih saja membunuhi dan menjajah kaum Muslim. Para penguasa di negeri-negeri Islam juga masih saja menelantarkan. Mereka tidak peduli apakah kebutuhan bahan pokok rakyatnya terjamin atau tidak. Korupsi dan berbagai penyimpangan makin merajelala. Perjudian, pornografi dan pelacuran, masih saja berjalan, bahkan di bulan Ramadan sekalipun. Kriminalitas seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian dan lain-lain masih merupakan bagian dari keseharian hidup masyarakat kita. Lalu bagaimana dengan kondisi kaum perempuan?

Di satu sisi kondisi perempuan mengalami “kemajuan”. Namun, di sisi lain mereka mengalami kemerosotan yang lebih dalam. Di Indonesia, misalnya, kaum perempuan kian berani mengajukan perceraian. Bahkan gugat cerai menjadi alasan terbanyak dari kasus perceraian yang tiap tahun angkanya memang semakin meningkat. Ini merupakan fenomena baru di enam kota besar di Indonesia, karena ternyata jumlahnya lebih banyak dari cerai talak (cerai yang dijatuhkan suami kepada istri). Yang terbesar adalah di Surabaya, yaitu 80%, disusul Makassar 75%, Semarang dan Medan 70%, kemudian Bandung dan Jakarta 60%. (data Departeman Agama 2009). Menurut sumber dari Departemen Agama, tingginya permintaan gugat cerai istri terhadap suami tersebut diduga karena kaum perempuan merasa mempunyai hak yang sama dengan lelaki, atau akibat globalisasi sekarang ini, atau kaum perempuan sudah kebablasan.

Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) mengalami peningkatan signifikan, termasuk di antaranya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dari tahun 2008 hingga Januari 2010 KTP meningkat hampir 3 kali lipat, yakni dari 54.425 kasus menjadi 143.585 kasus (data Komnas Perempuan). Untuk kasus KDRT, Ketua Komisi Pemantauan Komnas Perempuan, Arimbi Heroepoetri, menyebut terdapat sekitar seratus ribu kasus pada tahun lalu. Adapun di ranah publik terdapat 3.530 kasus kekerasan perempuan seperti pemerkosaan, pencabulan dan pelecehan seksual.

Perempuan dan anak pun masih miskin tak berdaya. Dalam laporan tahunan Unicef berjudul Laporan Situasi Anak Dunia 2007, tercatat kehidupan jutaan anak perempuan dan perempuan dewasa dibayangi oleh diskriminasi, ketidakberdayaan dan kemiskinan. Jutaan perempuan di seluruh dunia menjadi sasaran kekerasan fisik dan seksual, dan sedikit peluangnya untuk mendapatkan keadilan. Tahun 2009 Komisi Nasional Perlindungan Anak dari Departemen Sosial melansir jumlah anak terlantar di Indonesia masih sekitar 3,4 juta. Namun, belum genap satu tahun, angka ini bertambah sebanyak 2 juta anak hingga saat ini mencapai 5,4 juta.

Tidak kalah menghebohkan, liberalisasi perempuan terutama kaum ibu memunculkan permasalahan di kalangan anak-anak remaja. Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) di Pulau Dewata mencapai 500 kasus selama September 2008 hingga September 2009, atau rata-rata 41 kasus dalam satu bulan remaja yang mengalami KTD; paling rendah 16 tahun dan maksimal 20 tahun, namun secara nasional yang pernah dicatat dalam kisaran umur 13-20 tahun.

Demikianlah gambaran umat Islam dan kaum perempuan saat ini; benar-benar berada dalam keterpurukan dalam seluruh aspek kehidupan. Padahal Ramadhan demi Ramadhan telah dilalui umat Islam dengan harapan berakhir penuh kemenangan. Mengapa semua ini masih terus terjadi? Apa sebenarnya yang menyebabkan semua itu terjadi?


Faktor Penyebab

Jika kita meneliti dengan cermat, sesungguhnya penyebab utama dari keterpurukan umat Islam, termasuk kaum perempuan sekarang ini, adalah karena kehidupan mereka yang tidak diatur oleh Islam. Islam telah dicampakkan dalam kehidupan digantikan dengan sistem kehidupan sekular kapitalis, yang berprinsip memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan manfaat dan kebebasan sebagai asas kehidupannya.

Benar, jika saat ini kaum Muslim, laki-laki dan perempuan masih shalat dengan menggunakan aturan Islam, mengerjakan puasa dan beribadah haji dengan aturan Islam, menikah dengan aturan Islam, memilih makanan dan minuman sesuai dengan Islam serta mengurus jenazah berdasarkan aturan Islam. Mereka pun terlihat bergembira dan bersegera menyambut seruan Allah “kutiba ’alaykum ash-shiyam”. Akan tetapi, dalam urusan pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan pidana, mereka tidak menjadikan aturan Islam sebagai pegangan. Mereka mencampakkan hukum-hukum Allah SWT. Mereka tampak enggan menyambut seruan Allah “kutiba ’alaykum al-qital” dan “kutiba ’alaykum al-qishash”. Padahal ketika umat Islam mencampakkan aturan-aturan Allah, seketika itulah umat Islam menjatuhkan dirinya ke dalam lubang kenestapaan, kemunduran dan keterpurukan.

Sesungguhnya telah nyata kegagalan sistem kapitalis sekular memberikan kesejahteraan dan ketenangan bagi umat manusia. Karena itu, masihkah kita berharap kepada sistem yang rusak ini? Tentu saja tidak! Sudah saatnya kita membuang jauh-jauh sistem yang telah menyengsarakan kita ini. Kita harus mengganti sistem yang telah cacat sejak lahir ini dengan sistem yang mampu mensejahterakan umat manusia. Itulah sistem Islam dengan sistem Khilafahnya yang telah terbukti mampu mengantarkan manusia menuju puncak peradaban, kesejahteraan dan kemakmuran.

Kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraih Rasulullah saw. dan para Sahabatnya, serta para khalifah sesudahnya adalah karena mereka menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan mereka. Ini pulalah yang menjadikan generasi Islam terdahulu mampu membangun kekuatan super power, Negara Khilafah, yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Negara Khilafah inilah yang mampu mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya, baik Muslim maupun Non-Muslim. Negara inilah yang mampu melahirkan para pejuang Islam yang tangguh dalam mengemban misi-misi pembebasan di berbagai negeri; yang mampu menumbuhsuburkan perkembangan sains dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia; yang mampu menjadikan negeri Islam sebagai kiblat perkembangan sains dan teknologi pada saat bangsa Eropa masih tenggelam dalam kebodohan dan keterbelakangan.

Saat ini, saat khilafah tidak ada lagi di muka bumi ini, ketika Islam tidak diterapkan secara kaffah dalam kehidupan, maka menjadi kewajiban kita, baik laki-laki maupun perempuan, berjuang bersama saling bahu-membahu untuk menerapkan kembali Islam kaffah dalam naungan Khilafah Islam.

Perempuan memiliki peran strategis sebagai pencetak generasi berkualitas prima. Perannya penting dalam membina kaum ibu dan masyarakat secara keseluruhan untuk berjuang bersama menegakkan syariah dan Khilafah. Kaum laki-laki sebagai pelindung dan pemimpin keluarga dan masyarakat juga memiliki peran penting untuk membina masyarakat untuk bersama-sama berjuang menerapkan syariah dan Khilafah.

Hanya saja, kewajiban untuk menerapkan hukum Allah di dalam seluruh aspek kehidupan dengan menegakkan khilafah Islam bukan aktivitas individu, tetapi merupakan amal jamaah. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah membutuhkan kontribusi seluruh komponen umat di seluruh dunia. Karena itu, marilah kita masuk dalam barisan pejuang syariah dan Khilafah, menyatukan langkah dalam menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah. Kesatuan langkah bersama ini—insya Allah—akan menjadi senjata yang sangat dahsyat yang akan membuat ketakutan Barat semakin besar kepada Islam dan umat Islam serta menjadi kekuatan yang mampu menghilangkan semua penghalang yang bisa merintangi kembalinya Daulah Khilafah Islamiyah kepada umat Islam. Khilafahlah yang akan mengantarkan kaum Muslim kembali pada karakter dan tabiatnya sebagai khayru ummah sebagaimana generasi-generasi Islam yang sebelumnya. Insya Allah.

Inilah sebenarnya hakikat kemenangan dan kesuksesan kita menjalani ibadah puasa kita pada bulan Ramadhan ini. Karena itu, selepas Ramadhan ini, seharusnya semangat perjuangan menegakkan syariah Khilafah ini semakin menggelora. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*