Sekolah adalah salah satu pihak yang berperan dalam proses pendidikan anak, selain orangtua dan lingkungan kehidupan. Keberadaan tiga pihak ini tidak bisa dipisahkan. Baik-buruknya masa depan anak ditentukan oleh baik-tidaknya pendidikan yang diberikan orangtua, sekolah serta lingkungan di sekelilingnya. Kesuksesan anak tidak bisa hanya ditentukan oleh salah satu pihak saja.
Pihak yang memiliki kewajiban pertama dan utama dalam mendidik anak adalah orangtua, baik secara langsung ataupun mewakilkannya kepada pihak lain. Apabila orangtua abai terhadap pendidikan dasar yang benar bagi anak-anak mereka, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kelalaian ini. Akibat yang akan diperoleh di dunia adalah pertaruhan masa depan anak. Padahal Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap orang beriman untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk anak-anaknya dari api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6).
Sejatinya pendidikan dasar anak bermula dari rumah oleh orangtua, yakni ayah dan ibu. Nabi saw. bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR a-Bukhari, Muslim, al-Baihaqi, an-Nasa’i, at-Tirmidzi).
Sekolah adalah pelengkap proses pendidikan yang diberikan orangtua di rumah. Dalam Islam, sekolah diperlukan untuk melahirkan para ahli ilmu pengetahuan, para pemimpin mukhlis yang cerdas, para ahli ijtihad dan ahli fikih, ahli teknik yang mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ahli ini diperlukan oleh umat untuk kesejahteraan hidup dan kejayaan umat di mata dunia. Karena itu, sekolah harus dibingkai dalam sistem pendidikan yang memiliki visi dan misi untuk kesejahteraan dan kebangkitan umat.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Islam menetapkan bahwa negaralah yang merencanakan, mengatur dan menerapkan sistem pendidikan. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan sekolah dengan segala kebutuhannya. Dalam Islam, negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan—bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi, gaji guru, metode pengajaran dan bahan-bahan ajarnya; tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah (Bunga Rampai Syariat Islam, hlm. 73).
Hanya saja, kondisi umat sekarang yang tidak dinaungi oleh sistem Khilafah Islam tidak memiliki sistem pendidikan sebagaimana yang dituntut Islam dengan sepenuhnya. Wajarlah, jika kita mengalami kesulitan untuk mendapati sekolah yang ideal dalam pandangan Islam. Oleh sebab itu, orangtua harus cermat memilih sekolah untuk masa depan anak-anak. Setidaknya sekolah yang dipilih mendekati gambaran yang dikehendaki syariah Islam, meski tidak ideal.
Beberapa hal penting yang harus dipahami orangtua terkait gambaran sistem pendidikan Islam adalah: Pertama, akidah Islam harus menjadi asas pendidikan. Dalilnya adalah apa yang dilakukan Rasulullah saw. Beliau pertama kali mengajak kaumnya untuk menganut akidah Islam, kemudian baru mengajari mereka dengan hukum-hukum Islam. Kedua, tujuan pendidikan adalah mewujudkan kepribadian Islam, selain meningkatkan penguasaan sains dan teknologi yang diperlukan dalam kehidupan.
Dalam kehidupan sekarang yang dikuasai sistem sekular-kapitalis, memang tidak akan mungkin menemukan sekolah ideal sebagai-mana yang akan terdapat dalam sistem Islam. Namun, tidak berarti bahwa orangtua boleh menyerahkan pendidikan anaknya ke sembarang sekolah. Berikut beberapa panduan yang bisa dijadikan acuan bagi orangtua dalam menentukan penilaian kelayakan sebuah sekolah bagi anaknya.
1. Visi dan misi.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki visi-misi pendidikan Islam yaitu: membentuk kepribadian Islam; menanamkan tsaqafah islamiyah; memberikan bekal pengua-saan sains dan teknologi yang diperlukan dalam mengurusi kehidupan; menyediakan lingkungan bagi pengembangan diri siswa dalam rangka menjadi pengemban dakwah dan generasi pemimpin umat (lil muttaqina imama). Sekolah harus menjadikan siswa siap menghadapi tantangan zaman dan menjadi mutiara Islam di tengah gempuran budaya Barat.
2. Manajemen sekolah.
Sekolah yang baik memiliki manajemen yang baik dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas, pelaksanaan dan pengawasan tata tertib yang baik, standar keberhasilan yang terukur, kegiatan esktrakurikuler keagamaan dan umum yang menunjang keterampilan para anak didik.
3. Kurikulum pembelajaran.
Kurikulum bisa dikatakan sebagai jantungnya pendidikan. Sekolah yang baik memiliki kurikulum yang mengarah pada tercapainya visi dan misi tadi.
4. Sumberdaya manusia yang profesional.
Profesionalisme SDM sekolah sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah. SDM yang profesional adalah orang-orang yang memiliki kafa’ah (kemampuan, kapabilitas), himmah (etos kerja) dan sikap amanah (tanggung jawab). SDM yang dimaksud adalah semua orang yang terlibat dalam kegiatan di sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, staf administrasi, sopir jemputan, sampai tenaga kebersihan dan penjaga sekolah. Mereka adalah orang-orang yang akan berinteraksi dengan anak sehingga merupakan salah satu komponen lingkungan yang akan mempengaruhi perkembangan dan pendidikan anak. Baik-buruknya ucapan dan perilaku mereka akan menjadi contoh hidup bagi anak-anak. Di antara SDM tersebut yang paling banyak dan sering berhubungan dengan anak adalah guru. Karena itu, selain harus berkepribadian Islam, guru haruslah memiliki ghirah keislaman dan ideologis.
5. Tata tertib.
Disiplin adalah salah satu aspek penting yang menunjukkan sekolah mempunyai kegiatan belajar-mengajar (KBM) yang baik dan berkualitas. Sebaik apapun visi-misi yang sudah ditetapkan, selengkap apapun kurikulum yang sudah diadopsi sekolah, atau sekalipun sekolah tersebut didukung oleh SDM yang profesional, apabila disiplin sekolah tidak dilaksanakan secara optimal, maka sekolah tersebut tidak akan mampu menghantarkan anak-anak didiknya ke gerbang kesuksesan.
6. Lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah yang baik adalah kondisi yang aman dan nyaman bagi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sekolah yang nyaman adalah tempat yang jauh dari kegaduhan dan hiruk-pikuk; bebas dari makanan yang tidak halal dan tidak sehat; terhindar dari tindak kekerasan dan intimidasi. Suasana itu pun haruslah memacu kreativitas dan inovasi siswa dalam nuansa yang penuh kasih sayang dan rasa tanggung jawab.
Sinergi Orangtua dan Sekolah
Sekolah yang baik akan senantiasa memberitahukan perkembangan anak di sekolah secara kontinu dan berkala kepada pihak orangtua. Orangtua yang bertanggung jawab juga harus pro aktif mencari informasi dari pihak sekolah tentang keadaan anak. Sinergi yang baik akan menjauhkan sikap saling mengandalkan atau melimpahkan tanggung jawab kepada pihak lain, juga akan menghindarkan kondisi saling menyalahkan ketika terjadi kasus yang tidak dikehendaki. Jika ada masalah pada anak maka akan segera dikomunikasikan oleh pihak orangtua ke sekolah dan sebaliknya sehingga masalah akan segera ada jalan keluarnya dan tidak berlarut-larut.
Dalam kondisi yang jauh dari sistem Islam seperti yang sedang terjadi dewasa ini, kadang orangtua dihadapkan pada beberapa kendala sehingga tidak dapat memperoleh sekolah seperti itu. Pada saat seperti ini orangtua harus kembali pada pemahaman awal tentang proses pendidikan yang integral antara pihak orangtua, sekolah dan lingkungan. Ketika sekolah dan lingkungan sangat jauh dari kriteria yang ideal maka konsekuensinya orangtua harus siap mem-back up; menyempurnakan yang kurang; mengganti dan menghilangkan yang salah; dan mengokohkan yang benar. Tentu kondisi ini sangat berat, terutama bagi orangtua yang memiliki kegiatan lain yang sama-sama penting bahkan boleh jadi sama-sama wajib seperti aktivitas mengemban dakwah Islam. Rasa berat ini tentu bukan alasan untuk melakukan pengabaian salah satu kewajiban atau menjalankannya dengan tidak optimal. Tidak ada pilihan dalam pekerjaan yang sama-sama wajib. Semuanya harus dilaksanakan sebaik mungkin.
Sungguh, beban berat ini semestinya semakin menyadarkan kita semua, bahwa tidak mungkin mewujudkan pendidikan yang ideal dalam sistem yang salah. Yang ideal pastinya hanya ada dalam sistem pendidikan Islam yang diperuntukkan bagi kebaikan hidup peradaban manusia di dunia. Tanpa sistem pendidikan Islam dalam sistem Khilafah kebangkitan umat hanya semu belaka. Keadaan ini pun tidak akan menyurutkan keyakinan dan optimisme kita dalam mendidik anak. Yang sangat penting adalah kondisi sekarang harusnya mendorong kita untuk semakin sungguh-sungguh dalam perjuangan untuk mengembalikan sistem Khilafah yang akan mewujudkan pendidikan ideal. WalLahu a’lam. []