HTI

Opini (Al Waie)

Memaknai Jihad

Makna jihad saat ini sering ‘dipelintir’ oleh sebagian kalangan. Jihad disempitkan hanya sebagai sebuah upaya ‘bersungguh-sungguh’ semata. Mereka menyatakan bahwa jihad ‘yang benar’ adalah bersungguh-sungguh mencari ilmu, membangun pendidikan untuk umat, membangun rumah kesehatan umat, dll. Bahkan saat ini telah muncul satu istilah baru dalam jihad, yakni ‘jihad politik’. Bahkan tak jarang para anggota Dewan tatkala sedang menggodok sebuah undang-undang mengklaim diri sedang berjihad fi sabilillah.

Dari realitas ini tampak bahwa makna jihad telah melenceng jauh dari makna syariahnya. Padahal para ulama telah sepakat bahwa secara syar’i jihad adalah perang. Jihad menurut mazhab Maliki, misalnya, seperti yang termaktub dalam kitab Munah al-Jalil, adalah perang seorang Muslim melawan orang kafir yang tidak mempunyai perjanjian, dalam rangka menjunjung tinggi kalimat Allah SWT…Demikian yang dikatakan oleh Ibn ‘Arafah. Menurut mazhab Syafii, sebagaimana dinyatakan dalam kitab Al-Iqna’, jihad adalah berperang di jalan Allah. As-Sirazi juga menegaskan dalam kitab Al-Muhadzdzab, sesungguhnya jihad adalah perang. Mazhab Hanbali, seperti yang dituturkan dalam kitab Al-Mughni karya Ibn Qudamah, juga menyatakan, bahwa jihad tidak memiliki makna lain selain berhubungan dengan peperangan, atau berperang melawan kaum kafir, baik fardhu kifayah maupun fardhu ain, ataupun dalam bentuk sikap berjaga-jaga kaum Mukmin terhadap musuh, menjaga perbatasan dan celah-celah wilayah Islam.

Implementasinya, jihad dalam konotasi perang hanya bisa diterapkan dalam wilayah konflik atau di wilayah tempat kaum Muslim sedang ‘dianeksasi’ oleh musuh-musuh Islam. seperti di Irak, Afganistan dan Palestina. Saat ini AS dan Sekutunya adalah negara-negara kufur muhariban fi’lan’ (secara nyata memerangi umat Islam]. Jadi, sejatinya musuh umat Islam utama saat ini ada AS dan Sekutunya, yang juga telah membuat kesengsaraan masyarakat dunia dengan segala keserakahannya.

Pertanyaannya, bagaimana kita bisa menghadapi AS dan sekutunya yang saat ini punya kekuatan militer yang katanya ‘luar biasa’ itu? Kalau kita berperang dengan AS secara sendiri-sendiri jelas akan dapat dengan mudah ditumpas. Jadi, untuk bisa mengalahkan AS dan Sekutunya adalah dengan membuat sebuah negara dengan kekuatan dan potensi yang ‘berimbang’ dengan AS dan sekutunya. Ini hanya bisa dilakukan dengan kekuatan Khilafah Islam Khilafah akan menyatukan seluruh militer negeri-negeri Islam dengan segala potensi alamnya. Kekuatan baru ini jelas akan mampu membuat AS dan Sekutunya menjadi ‘pecundang’. Oleh karenanya adanya Khilafah adalah jawaban logis lagi ‘imani’.

Oleh karena itu, yang wajib kita lakukan saat ini adalah menjadi bagian integral dari dakwah memperjuangkan penegakkan syariah dan Khilafah. WalLahu’alam. [Eka; Aktivis LDK Al-Kautsar STIE Kesatuan Bogor]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*