HTI

Cover (Al Waie)

Pengantar [Makna Politis Haji]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.


Pembaca yang budiman, bulan-bulan ini adalah bulan-bulan haji. Di Tanah Air, calon jamaah haji sudah bertolak ke Tanah Suci. Selayaknya kita ikut bergembira dan turut mendoakan mereka semuanya agar haji mereka menjadi haji yang mabrur dan layak mendapatkan balasan surga, sebagaimana janji Rasul-Nya.

Namun, selayaknya kita pun prihatin. Sudah puluhan tahun ibadah haji yang dilakukan sebagian umat Islam ini hanya menonjol dari sisi ritualitasnya belaka. Memang, haji adalah ibadah ritual, sebagaimana shalat. Akan tetapi, yang ritual ini sejatinya tidak terpisahkan dari aspek yang lain, termasuk politik. Sebab, jika kita menengok kembali sirah Rasulullah saw., ibadah haji yang beliau lakukan tidak terlepas dari rangkaian fragmen perjuangan dakwah beliau dalam menegakkan sekaligus menyebarluaskan Islam. Efek politik haji senantiasa berpengaruh secara luar biasa, terutama dalam membangkitkan ruh perjuangan kaum Muslim. Di Tanah Air, khususnya pada masa penjajahan, bahkan hal ini diakui oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, tahun 1908 Belanda pernah menegaskan bahwa melarang umat Islam berhaji akan lebih baik daripada terpaksa harus menembak mati mereka (H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, hlm.22). Belanda menyadari, semangat perlawanan kaum Muslim di negeri ini terhadap penjajahan makin meningkat justru setelah mereka kembali dari menunaikan ibadah haji.

Bagaimana dengan saat ini? Dari tahun ke tahun jamaah haji dari Tanah Air memang terus meningkat. Namun, dari tahun ke tahun pula, efek haji tidak terasa bagi perubahan negeri ini. Korupsi makin marak, moralitas bangsa makin hancur, kezaliman penguasa makin meningkat, kejahatan korporasi asing makin merajalela, dst. Semua itu tidak lain akibat negara ini masih dijajah secara ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dll oleh ideologi dan sistem Kapitalisme-sekular. Lalu adakah perlawanan terhadap penjajahan tersebut? Adakah setelah kembalinya jamaah haji dari Tanah Suci muncul semangat membara dari kaum Muslim untuk mengenyahkan ideologi dan sistem kufur yang menjajah negeri ini? Tidak ada. Yang terjadi, kaum Muslim, termasuk yang kembali dari Tanah Suci, bahkan tidak merasa bahwa negara mereka sedang terjajah. Tragis!

Karena itu, tidak berlebihan jika tema al-waie kali ini ingin membahas lebih jauh sisi politik haji, yang sesungguhnya telah menjadi bagian sejarah perjuangan Rasulullah, para Sahabat dan generasi salafush-shalih pada masa lalu. Selamat membaca!


Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh
.

5 comments

  1. ahmad al-fatih

    ana setuju…ketiadaan negara memeng menjadi masalah besar…tegakkan negara islam niscaya semua makmur. insya allah

  2. habib abdul aziz

    saya setuju …….allah huakbar.

  3. pemerintah mengatakan seharusnya masyrakat memilih anggota pengurus haji yang selektif
    komentar : bukan itu saja, seharusnya pemerintah itu sadar bahwa sistem yang digunakan adalah kufur, dan masyarakat seharusnya sadar bahwa mereka ada dalam kapitalis gila

  4. knp hal ini bs terjadi ya?????

  5. dedih munawar

    pola pikir ummat islam saat ini sudah diracuni pemahaman-pemahaman kapitalis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*