HTI

Siyasah & Dakwah (Al Waie)

Perubahan Hakiki

Gelombang perubahan yang melanda beberapa negara Timur Tengah akhir-akhir ini telah menyadarkan kepada kita bahwa:

(1) Tidak ada satu pun rezim yang tidak bisa ditumbangkan, sekuat apapun rezim itu.

(2) Umat adalah pemilik sejati kekuasaan. Sekuat apapun dukungan asing terhadap sebuah rezim, jika umat telah bergerak untuk mengambil alih kekuasaan, rezim tersebut akan jatuh.

(3) Negara-negara kafir Barat selalu memantau dan berusaha membajak perubahan yang terjadi di negeri-negeri Islam, khususnya Timur Tengah, lalu mengarahkan perubahan tersebut sesuai dengan keinginan mereka. Negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat berusaha mencegah terjadinya perubahan sistemik dan lahirnya para penguasa anti Barat. Barat harus memastikan bahwa demokrasi dan hukum-hukum Barat tidak mengalami perubahan. Barat juga harus memastikan bahwa para penguasa baru yang berkuasa tetap berkiblat kepada Barat dan menjaga kepentingan-kepentingan Barat di negeri itu.

(4) Perubahan yang tidak dipimpin oleh gerakan Islam yang kuat dan tidak melalui persiapan yang baik selalu berhasil diserobot oleh Amerika Serikat dan antek-anteknya. Akibatnya, perubahan tersebut gagal mentransformasikan umat menuju ke arah perubahan hakiki, yakni terbentuknya kekuasaan Islam.


Hakikat Perubahan Hakiki

Perubahan hakiki adalah perubahan masyarakat menuju kebangkitan hakiki. Faktor yang menentukan apakah suatu masyarakat mengalami kebangkitan atau tidak adalah peradaban yang ditegakkan masyarakat tersebut. Dr. Ahmad al-Qashshas di dalam salah satu bukunya, Usus an-Nahdlah ar-Raasyidah (Pondasi Kebangkitan), menyatakan, “Faktor yang menentukan bangkit dan mundurnya suatu masyarakat adalah peradaban yang dimiliki masyarakat tersebut. Jika peradabannya tinggi, niscaya masyarakat di situ akan bangkit. Jika peradabannya mundur, mereka tidak akan pernah mengetahui kebangkitan. Ketika kita membicarakan peradaban yang ada di tengah-tengah masyarakat, berarti kita sedang membicarakan jalan hidup (way of life), pola perilaku, dan pola hubungan yang menjadikan sebuah masyarakat memiliki kekhasan.”

Peradaban dibentuk oleh pemikiran tertentu, yang ada kalanya rendah dan ada kalanya tinggi karena memancarkan sistem kehidupan (ideologi). Bangsa Romawi, Persia dan Cina Kuno merupakan bangsa-bangsa besar yang memiliki peradaban tinggi. Peradaban mereka yang maju tentu lahir dari pemikiran tertentu yang mereka adopsi dan terapkan. Negara-negara besar seperti Inggris, Amerika, Rusia dan Cina mengalami kebangkitan karena mengadopsi dan menerapkan pemikiran tertentu. Rusia (di era keemasan) mengalami kemajuan karena mengadopsi Sosialisme-komunis. Amerika Serikat, Inggris dan Prancis mengalami kebangkitan karena menerapkan Kapitalisme. Umat Islam pada masa Kekhilafahan Islam memiliki peradaban tinggi, bahkan tampil sebagai pemimpin dunia dengan menguasa hampir 2/3 dunia, karena mengadopsi dan menerapkan Islam.

Hanya saja, sekadar mengalami transformasi menuju peradaban yang lebih tinggi tidak serta-merta disebut perubahan hakiki. Yang menentukan hakiki atau tidaknya sebuah perubahan adalah benar atau tidaknya peradaban yang ditegakkan. Jika peradaban yang ditegakkan di tengah-tengah masyarakat benar (sahih), maka masyarakat tersebut dikatakan telah mengalami perubahan hakiki. Sebaliknya, jika peradabannya batil maka masyarakat tersebut tidak dikatakan mengalami kebangkitan hakiki. Faktor yang menentukan benar-tidaknya sebuah peradaban adalah akidah (pemikiran mendasar) yang menyangga peradaban tersebut. Jika akidahnya benar dan lurus, maka peradaban tersebut dikatakan peradaban sahih. Jika akidahnya batil, peradaban tersebut dikatakan peradaban batil.

Berdasarkan penelitian yang jernih dan mendalam, satu-satunya akidah yang sahih dan layak adalah Islam. Kapitalisme dan Sosialisme terbukti gagal mengantarkan manusia menuju kebangkitan hakiki. Keduanya nyata-nyata telah menimbulkan kerusakan hampir di seluruh dimensi kehidupan. Akibat penerapan kedua ideologi ini, manusia terpuruk ke dalam kenestapaan global. Sosialisme-komunis menciptakan peradaban yang memandang manusia tak ubahnya dengan mesin produksi dan benda mati. Ideologi ini juga menggiring manusia untuk menolak eksistensi Tuhan, menggerus fitrah manusia serta menjerumuskan manusia ke dalam pandangan yang aneh dan sesat. Adapun Kapitalisme telah melanggengkan eksploitasi manusia atas manusia lain. Kapitalisme telah menjadikan segelintir manusia hidup sejahtera di atas penderitaan mayoritas manusia. Agama diberangus dan ditempatkan hanya pada ranah privat belaka. Ideologi ini juga mengabsahkan kebebasan (liberalism) di seluruh dimensi kehidupan yang mengakibatkan munculnya dekadensi moral, seks bebas, penguasaan aset umum oleh segelintir orang, peminggiran peran agama dalam negara dan masyarakat serta dampak destruktif lainnya.

Kapitalisme dan Sosialisme tidak saja bertentangan dengan akidah dan syariah Islam, keduanya juga tidak mampu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan holistik. Kemajuan negara-negara Barat sesungguhnya adalah kemajuan semu. Pasalnya, kemajuan mereka disertai dengan penindasan Dunia Ketiga, kesenjangan pendapatan, serta tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan. Adapun Islam adalah ideologi sahih yang bersumber dari Al-Khaliq al-Mudabbir, memuaskan akal, sesuai dengan fitrah manusia serta pada masa lalu terbukti telah menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan holistik. Dengan demikian, perubahan hakiki adalah transformasi menuju tegaknya peradaban Islam (al-hadharah al-islamiyyah).

Peradaban Islam hanya bisa diwujudkan dengan cara menerapkan Islam secara kaffah dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Semua ini hanya bisa diselenggarakan melalui penegakkan kembali kekuasaan Islam yang digariskan Baginda Nabi saw., yakni Khilafah Islamiyah. Penegakkan Khilafah ini tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya dukungan umat. Umat tidak mungkin memberikan dukungan sebelum mereka menyadari kerusakan peradaban sekarang (Kapitalisme) serta menyadari kewajiban menegakkan syariah Islam secara menyeluruh dalam koridor Khilafah Islamiyah. Penyadaran dan pengorganisasian umat untuk penegakkan Khilafah Islamiyah tidak mungkin dilakukan seorang diri. Di tengah-tengah umat harus ada gerakan Islam yang tidak pernah lelah mendidik, mengembalikan kesadaran, mengorganisasi dan memimpin mereka untuk mendirikan Khilafah Islamiyah menuju perubahan hakiki.


Peran Hizbut Tahrir

Sesungguhnya umat tidak akan bergerak jika tidak digerakkan. Umat tidak akan mengetahui apa yang seharusnya ia tuntut jika tidak diberi tahu apa yang seharusnya mereka tuntut. Umat pun tidak akan menyadari kerusakan masyarakatnya kecuali disadarkan atas kerusakan masyarakatnya. Bahkan umat tidak akan “berani” menuntut perubahan, kecuali ada kelompok yang mampu memimpin dan mengorganisasi mereka. Dalam setiap keadaan, umat senantiasa membutuhkan kelompok sadar yang secara terus-menerus membimbing dan memimpin mereka. Sayang, kelompok-kelompok yang ada di tengah-tengah masyarakat jumlahnya tidaklah sedikit. Masing-masing memiliki tujuan dan target yang berbeda-beda serta saling berlomba untuk merebut kepercayaan umat.

Dalam keadaan seperti itu, umat hanya membutuhkan sebuah kelompok ikhlas yang mampu menjaga kelurusan, kejernihan dan kesucian pemikiran-pemikiran Islam, serta mampu mengungkap kerusakan yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya.

Pada hakikatnya umat tidak membutuhkan kelompok yang berhaluan sekular, kelompok sosialis, kelompok pragmatis pendukung pemerintahan kufur, serta kelompok-kelompok nyinyir yang tidak memiliki konsep dan garis perjuangan yang jelas. Sebab, kelompok-kelompok seperti inilah yang sejatinya melanggengkan sistem kufur dan menghambat terjadinya perubahan hakiki. Atas dasar itu, umat harus dijauhkan dari kelompok-kelompok tersebut. Umat hanya membutuhkan kelompok yang benar-benar tegak di atas akidah Islam, memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah, memiliki konsep yang jelas, baik thariqah menegakkan Khilafah maupun sistem Islam yang akan diterapkan untuk mengatur seluruh urusan masyarakat. Kelompok seperti inilah yang dibutuhkan umat. Bahkan umat wajib menghimpun dirinya di sekitar kelompok ini, mendukung dan membantunya untuk merealisasikan tujuan-tujuannya.

Peran strategis Hizbut Tahrir adalah menyadarkan umat bahwa perubahan hakiki hanya bisa diwujudkan dengan menerapkan Islam secara kaffah melalui penegakkan Daulah Khilafah Islamiyah. Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular adalah biang kerok kehancuran manusia. Keadaan umat tidak akan pernah berubah menuju ke arah yang lebih baik, selama mereka masih menerapkan Kapitalisme, demokrasi dan sekularisme. Umat tidak akan pernah bangkit secara hakiki jika tuntutannya hanya sekadar ganti rezim. Kebangkitan hakiki hanya bisa diwujudkan dengan mengganti ideologi rusak dan menerapkan ideologi sahih, yakni Islam.

Peran strategis Hizbut Tahrir lain adalah menjauhkan umat dari penguasa sekular, serta kelompok-kelompok nyinyir, dengan cara mengguncang kedudukan mereka, memutuskan hubungan dengan mereka serta menyingkap kejahatan, kezaliman dan persekongkolan mereka dengan negara-negara kafir. Hizbut Tahrir tidak akan pernah berkompromi dengan para penguasa sekular, bermanis muka kepada mereka, apalagi lagi ber-musyarakah dalam pemerintahan mereka.

Hizbut Tahrir akan terus menjaga dan membentengi umat dari kejahatan mereka, dengan cara membekali umat dengan pemahaman Islam yang jernih dan mendalam.

Adapun dalam konteks menegakkan kembali Daulah Islamiyah, Hizbut Tahrir memulainya dengan cara meletakkan mafahim, maqayis dan qana’at Islam di tengah-tengah masyarakat; menyerang mafahim, maqayis dan qana’at kufur. Tanpa mafahim, maqayis dan qana’at islami, Daulah Islamiyah tidak mungkin terbentuk. Mafahim, maqayis dan qana’at adalah sarana sejati untuk merebut kepercayaan dan kepemimpinan umat, sekaligus senjata ampuh untuk memutuskan hubungan rakyat dengan penguasa. Adapun dari sisi thariqah untuk menegakkan Daulah Islamiyah Hizbut Tahrir menempuh thariqah yang digariskan Nabi saw., yakni thalab an-nushrah. Thalab an-nushrah adalah meraih dukungan ahlul quwwah bagi Hizbut Tahrir untuk menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah, yang atas izin-Nya tidak akan lama lagi.


Prospek Perubahan Hakiki

Perubahan di Timur Tengah telah gagal mengantarkan umat menuju perubahan hakiki. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan di sana tidak memiliki kapasitas untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Pertanyaannya, bagaimana masa depan tegaknya Khilafah Islamiyah di Timur Tengah? Benarkah umat masih mencintai Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular, dan tidak menghendaki tegaknya Khilafah Islamiyah?

Jawaban atas pertanyaan di atas adalah sebagai berikut. Pertama: sesungguhnya umat pasti akan kembali pada Islam dan Khilafah Islamiyah. Pasalnya, Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular memiliki cacat bawaan yang tidak mungkin diobati. Cacat bawaan ini menyebabkan setiap negara yang mengadopsi Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular selalu jatuh dalam kegagalan. Kegagalan dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, hingga sosial-budaya akan terus terjadi secara berulang. Kegagalan-kegagalan ini akan menjadikan umat belajar, dan akhirnya memahami bahwa selama mereka masih menerapkan Kapitalisme dan demokrasi-sekular, mereka akan tertimpa problem dan malapetaka. Kesadaran inilah yang akan menyulut keinginan untuk meninggalkan Kapitalisme dan demokrasi-sekular, dan beralih menuju sistem Islam. Negara kapitalis Barat, benar-benar memahami masalah ini. Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk melanggengkan Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular adalah: (1) memperkuat posisi para penguasa antek untuk menghambat terjadinya revolusi sejati; (2) mencegah terjadinya perubahan sistemik dengan cara mengalihkan arah perubahan dan mengarahkan terjadinya vacuum of power.

Apabila para penguasa antek Barat tidak bisa dipertahankan akibat kuatnya tuntutan perubahan, Barat tidak segan-segan mengorbankan para penguasa itu, lalu berpura-pura mendukung gerakan perubahan itu, untuk kemudian mengalihkan tuntutan rakyat, dari ganti sistem ke hanya sekadar ganti rezim. Mesir, misalnya, saat Mubarak didesak mundur dari tampuk kekuasaan, Amerika menyatakan bahwa Mubarak adalah mitra sejati Barat. Namun, begitu desakan rakyat semakin kuat, dan kekuatan militer bergabung dengan para demonstran, maka Barat segera mengubah sikapnya. Melalui agen-agennya, Amerika berusaha mengendalikan arah perubahan agar sekadar ganti rezim, dan mencegah terbentuknya Khilafah Islamiyah. Padahal mayoritas masyarakat Mesir, menghendaki syariah dan Khilafah.

Kedua: umat Islam, dalam keadaan selemah apapun, tetap mencintai Islam dan mendukung kelompok ikhlas yang benar-benar hendak memperjuangkan tegaknya Islam. Seiring dengan meningkatkan pemahaman dan kesadarannya, umat bisa memilih dan memilah, mana kelompok yang lurus dan ikhlas, dan mana kelompok nyinyir dan oportunis.

Ketiga: di tengah-tengah umat Islam akan selalu ada kelompok yang tegak di atas kebenaran, yang selalu membimbing dan memimpin umat agar berjalan di atas jalan yang lurus dan benar. Kelompok inilah yang kelak akan menghimpun dan memimpin umat untuk melakukan aktivitas perubahan hakiki, yakni mengganti sistem kufur dengan sistem Islam. Belajar dari kegagalan perubahan di Timur Tengah, salah satu faktor yang menyebabkan perubahan di sana gagal adalah perubahan tersebut tidak dipimpin oleh gerakan Islam yang benar-benar ingin menegakkan Khilafah Islamiyah. Akibatnya, ketika rezim berkuasa berhasil dijatuhkan, umat tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Dalam keadaan seperti ini, Barat, melalui antek-anteknya, segera masuk ke tengah-tengah umat, dan memimpin mereka untuk menjerumuskan mereka ke dalam perubahan semu. Oleh karena itu, adanya kelompok kuat yang mampu memimpin umat untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah adalah sebuah keniscayaan agar arah perubahan tetap fokus dan kendali perubahan benar-benar ada di tangan kaum Muslim, bukan di tangan antek-antek Barat.

Perubahan di Timur Tengah untuk sementara masih belum memiliki kapasitas untuk mengantarkan umat meraih perubahan hakiki. Namun, itu bukan berarti bahwa umat masih mencintai sistem Kapitalisme-sekular. Hati umat masih berpihak pada syariah dan Khilafah. Hanya saja, perubahan di sana belum dipimpin oleh kelompok sadar yang benar-benar siap menegakkan Khilafah Islamiyah. Insya Allah, tidak akan lama lagi, umat akan menuntut terjadinya “revolusi sejati”, karena sekadar ganti rezim bukanlah solusi sejati. Solusi sejati adalah ketika di sana ada perubahan sistem, dari sistem Kapitalisme-sekular menuju sistem Islam. Revolusi itu akan memiliki kapasitas untuk menegakkan Khilafah Islamiyah, karena umat telah rela dipimpin oleh gerakan Islam yang pro syariah dan Khilafah. WalLahu al-Musta’an wa Huwa Waliyu at-Tawfiq. [Fathiy Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*