Revolusi Arab (Arab Spring)” dimulai pada bulan Januari 2011. Satu tahun telah berlalu. Adakah perubahan yang mendasar terjadi di Timur Tengah?
Pergolakan ini berawal dari Tunisia, meluas ke Mesir hingga akhirnya melanda sebagian besar dunia Muslim. Setelah setahun, perubahan rezim hanya terjadi di Libya, Sementara di Mesir dan Tunisia, para penguasanya mungkin berganti. Namun, rezim lama sebenarnya masih tetap berkuasa. Penyebabnya adalah campur-tangan kekuatan asing terutama Amerika. Amerika memanipulasi perubahan di Timur Tengah dengan tujuan menciptakan Timur Tengah Raya baru, dengan kekuatan lama Eropa yang memiliki pengaruh yang kecil.
Pemecatan Zine El Abidine Ben Ali bukanlah peristiwa yang terjadi secara acak, namun merupakan sintesis dari korupsi yang merajalela selama 23 tahun di bawah lindungan Barat. Hal ini diperburuk oleh krisis keuangan global dan program-program struktural pengisap darah IMF. Amerika bersemangat menunggu gejolak yang sama di Aljazair, Yordania dan negara-negara Teluk. Mereka berharap bisa mengontrol rezim-rezim itu untuk memberikan kesetiaan kepada Amerika Serikat, setelah sebelumnya negara-negara itu lebih banyak berkorban untuk Inggris dan Prancis.
Mesir
Dalam hal Mesir, Amerika menjinakkan pemberontakan dengan membuang agen-agen yang setia kepada Mubarak, berikutnya menyerahkan kekuasaan kepada militer untuk memerintah Mesir. Perjanjian Terusan Suez dan Pakta Bersama Mesir dengan Israel tetap berlaku sehingga banyak mengecewakan masyarakat Mesir. Saat ini Amerika secara terbuka membangkitkan kembali ambisinya untuk menguasai Dunia Arab, sesuatu yang dulunya dianggap terlampau ambisius dan berbahaya dibicarakan secara terbuka.
Partai Ikhwanul Muslimin dan partai An Nur mendapatkan kemenangan telak. Namun, agenda mereka tampaknya tidak akan berbeda dengan para pendahulunya. Walaupun Ikhwanul Muslimin adalah kelompok politik terbesar di Mesir dan kekuatan yang luar biasa, mereka justru menempatkan diri pada posisi yang lemah. Mereka menunjukkan diri bahwa mereka tidak benar-benar menyerukan Islam. Mereka berusaha menenangkan kekhawatiran dunia Barat terhadap Islam di Mesir. Ikhwanul Muslimin menyatakan siap masuk ke dalam pemerintahan dan berkoalisi dengan partai-partai lain. Hilarry Clinton mengatakan pemerintahan Obama akan melanjutkan pendekatan dengan melakukan kontak-kontak terbatas dengan Ikhwanul Muslimin yang sudah dilakukan selama sekitar lima atau enam tahun.
Partai an-Nur tidak berbeda. Juru bicara Partai an-Nur dari Salafi, Yousri Hammad, dalam sebuah wawancara telepon dengan saluran satelit independen An-Nas menyatakan kesiapan partainya untuk mempertahankan hubungan Mesir dengan Israel. “Mesir adalah penanda tangan perjanjian-perjanjian internasional dan hal ini harus dihormati. Ini bukan pendapat pribadi saya atau pendapat dari ketua partai. Ini adalah bagian dari kebijakan partai,” ujarnya.
Suriah
Bashar Al-Assad terus melakukan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri, sementara masyarakat internasional hanya menonton. Respon masyarakat internasional sebagian besar hanyalah retorika. Pada saat banyak yang menyerukan pemecatan Assad, Amerika malah menyerukan rezim Assad untuk melakukan reformasi.
Suriah kerap digambarkan sebagai negara yang tidak memperdulikan aturan-aturan internasional dan mendukung militan Hizbullah dan Palestina. Namun, yang luput dari pengawasan umum adalah bahwa pemerintah Amerika selalu memandang Suriah sebagai wakil Amerika yang penting yang dibutuhkan di wilayah tersebut. Suriah telah menjaga kepentingan-kepentingan Amerika, di antaranya lewat tindakan penangkapan dan penyiksaan terhadap rakyatnya sendiri.
Di Irak, Suriah memainkan peran aktif dalam menginfiltrasi kaum Islamis dan memberikan informasi intelijen berharga kepada pasukan koalisi pimpinan AS, termasuk kepada Pasukan Penangkis Suriah (SDF) di Lebanon yang menjamin perlindungan kepentingan-kepentingan Amerika di bawah Perjanjian Taif tahun 1989.
Amerika telah mendorong oposisi Suriah untuk memelihara dialog dengan rezim Bashar al-Assad; mempersiapkan road map reformasi dengan tetap mempertahankan Assad. Hilarry Clinton menjelaskan sikap Amerika dalam wawancara dengan media Italia Di Mezz’Ora (Mei 2011), “Yang kami tahu adalah bahwa mereka (rezim Assad) masih memiliki kesempatan melakukan agenda reformasi. Tak seorang pun percaya Qaddafi akan melakukan hal itu. Orang percaya ada kemungkinan jalan ke depan bagi Suriah. Jadi kami akan terus bergabung dengan semua sekutu kami untuk terus untuk menekankan dengan sangat keras pada masalah itu.”
Amerika mencoba menjaga Assad tetap berkuasa, namun sekaligus mendukung pihak oposisi, sebagai persiapan jika rezim Assad gagal mempertahankan kekuasaannya. Oposisi Suriah secara terbuka mencari intervensi internasional. Dalam pertemuan di Antalya, Turki, pada Juni 2011 oposisi Suriah berkumpul meminta Barat untuk membantu Suriah seperti yang dilakukan di Libya. Amerika juga menyerukan pihak oposisi bersatu sehingga dewan penguasa baru dapat terbentuk. Selanjutnya Amerika akan berhubungan dengan dewan penguasa baru ini, seperti Dewan Transisi Nasional di Libya.
Libya
Setelah menggulingkan Gaddafi, Dewan Transisi Nasional (NTC) telah diterima oleh masyarakat internasional sebagai satu-satunya wakil rakyat Libya meskipun kenyataannya tidak diakui oleh banyak kelompok. Komentar-komentar baik dari London maupun Paris sejak jatuhnya Tripoli tentang pentingnya keberadaan pasukan penjaga perdamaian di sana adalah sebuah tanda yang buruk. Interverensi Barat akan tetap berlangsung.
Saat ini Libya tidak memiliki tentara sepenuhnya mapan. Libya masih belum memiliki otoritas politik yang tersentralisasi pasca jatuhnya Gaddafi. Negara itu masih berjuang untuk pulih dari perang panjang melawan Gaddafi selama berbulan-bulan. Baik NTC maupun pemerintahan transisi yang terbentuk pada November 2011 belum benar-benar berkuasa. Kekuasaan masih berada di tangan milisi bersenjata. Tak satu pun yang bisa mewakili kekuatan militer nasional. Masyarakat internasional telah lama memandang NTC sebagai embrio negara Libya di masa depan.
Pada saat ini NTC melihat tantangan yang paling dasar dari pembentukan negara adalah membangun keamanan internal, terutama membentuk Tentara Nasional Libya . Namun, sejauh ini semua upaya untuk mengancam milisi agar tunduk tidak menunjukkan hasil apa-apa. Sehubungan dengan Libya harus diingat bahwa Amerika memandang ketidakstabilan di Libya sebagai kesempatan untuk mendapatkan pengaruh di negara tersebut.
Tunisia
Ketika Ben Ali digulingkan, beberapa pihak terus melakukan kontak dengan Prancis dan Inggris. Kelompok politik ini berusaha untuk menunda pemilihan umum. Dalam pandangan mereka, situasinya belum tepat dan pada kenyataanya mereka akan mengumpulkan sangat sedikit suara. Namun, Pemilu akhirnya tetap berlangsung. Ketika Pemilu berlangsung Oktober 2011, Pemilu itu hanya untuk memilih sebuah majelis konstituante. Majelis baru ini memiliki 217 anggota. Hanya 50% dari pemilih yang memberikan suara. Al-Nahda sendiri mendapatkan 38% dari total suara.
Dalam usahanya untuk menenangkan kekhawatiran Barat, Ketua Partai Al-Nahda, Rachid Ghannouchi, menjelaskan penolakannya dengan pendirian Khilafah, “Tentu, kami adalah Negara-bangsa. Kami menginginkan sebuah negara untuk reformasi Tunisia, untuk Negara Tunisia. Adapun isu Khilafah, hal itu merupakan sebuah isu yang tidak ada dalam kenyataan. Realitas saat ini adalah bahwa kami adalah Negara Tunisia yang menginginkan reformasi sehingga menjadi sebuah negara untuk rakyat Tunisia, bukan untuk melawan mereka.”
Ghannouchi menjadi pendukung jangka panjang reformasi Islam dalam meniru model pemerintahan Turki.
Yaman
Setelah tekanan yang intens dan terjadi perdebatan politik, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, menyetujui kesepakatan GCC pada akhir November 2011. Saleh akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Abdrabuh Mansur Hadi, Wakil Presiden Yaman. Saleh berusaha menegosiasikan transfer kekuasaan dengan pihak oposisi sebagai imbalan janji kekebalan dari penuntutan.
Meskipun Saleh akan secara resmi mengundurkan diri sebagai presiden dan Pemilu akan berlangsung pada bulan Februari 2012, transisi politik di Yaman sama sekali bukan merupakan perubahan rezim. Kesepakatan itu memberikan Saleh mundur dengan bermartabat. Namun, orang harus bertanya mengapa Saleh menyetujui kesepakatan itu setelah menolak untuk menandatangani perjanjian yang sama pada berbagai kesempatan sebelumnya? Tampaknya Saleh sudah mempersiapkan diri dengan mewariskan rezim yang tetap di bawah kontrol keluarganya.
Pasca Rezim Saleh, rezim itu penuh dengan anggota keluarganya. Anaknya Ahmed Ali Saleh, masih tetap memiliki kontrol atas angkatan bersenjata. Perjuangan di Yaman akan terus berlanjut karena Saleh berupaya untuk mendikte kebijakan Yaman dari balik layar meskipun secara resmi ia tidak lagi berkuasa.
Yaman adalah contoh lain saat pribadi mungkin telah berganti, tetapi rezim tetap berkuasa. Hal ini membuat bangsa ini tetap tidak stabil.
Masalah terbesar Yaman adalah pertarungan Anglo-Amerika yang sedang berlangsung. Sekretaris Luar Negeri Inggris Deputi Urusan Timur Tengah, Evan Louis ketika bertemu dengan Duta Besar Yaman di London pada tanggal 24 November 2009 menjelaskan mengenai situasi di Yaman, “Apa yang terjadi di Yaman adalah perpanjangan perang (proxy war).”
Amerika telah menggunakan perang melawan teror untuk melemahkan Ali Abdullah Saleh dengan menuduh Yaman menjadi tempat berkembang bagi Al-Qaeda. Ali Abdullah Saleh mencoba menenangkan Amerika dengan sejumlah jaminan keamanan. Saleh memberikan kesempatan bagi Amerika melakukan serangan pesawat tak berawak di negeri itu.
Masa Depan Revolusi Arab
Revolusi Arab menantang tatanan dunia yang ada. Rakyat bangkit menggulingkan para penguasa mereka. Revolusi Arab masih bekerja menuju suatu kemajuan. Peran Islam dalam masyarakat dan pemerintahan akan meningkat. Partai-partai yang ingin melemahkan Islam akan melihat diri mereka sendiri tersisih.
Amerika dan dunia Barat harus bersaing dengan Dunia Islam yang menjadi muda kembali. Dunia Islam membuktikan mampu mematahkan belenggu ketakutan, dengan menjatuhkan rezim represif dukungan Barat, untuk menentukan nasib mereka di tangan mereka sendiri. Yang pasti Dunia Islam menginginkan perubahan. [http://www.hizb-australia.org/culture/political-analysis/4027-arab-spring-anniversary-an-update-on-the-latest-developments (translated by Riza)]