HTI

Opini (Al Waie)

‘S,T,P’ Dalam Dakwah

Bisnis dan dakwah merupakan sebuah hal yang sangat erat kaitannya. Tidak hanya karena keduanya bisa saling mendukung, namun juga karena teknik-teknik dalam bisnis seakan pas untuk dijadikan panduan dalam berdakwah atau demikian pun sebaliknya.

Bagi orang marketing ataupun manajemen pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah STP. Ini adalah singkatan dari segmenting, targeting dan positioning. Istilah ini sangat erat kaitannya dengan pengembangan strategi pemasaran. STP ini menjadi acuan dan rekomendasi ketika sebuah perusahaan akan memasarkan produknya.

Segmenting merupakan upaya memetakan segmentasi atau kelompok pembeli yang akan dibidik. Produk yang ingin ditawarkan itu akan membidik segemen seperti apa; apakah wanita, anak-anak, mahasiswa, pejabat, atau yang lainnya.

Selanjutnya adalah targeting. Proses targeting adalah sebuah langkah kedua yang dilakukan setelah kita menentukan berapa banyak segmen yang akan dibidik. Apakah semua segmen masyarakat akan kita tawarakan produk? Jangkauannya seluas mana, skala negarakah atau hanya sekedar skala provinsi.

Bagian terakhir adalah positioning. Langkah terakhir ini merupakan sebuah langkah untuk memposisikan bagaimana produk sebuah perusahaan berbeda dan memiliki karakter khas dibandingkan dengan produk perusahaan lain yang mungkin jenisnya sama. Dalam positioning ini pula ditentukan uslub-uslub atau langkah yang akan mampu menunjukkan karakteristik perusahaan atau produk yang ditawarkan ke konsumen

Adanya pemetaan segmen dakwah baik dari segi wilayah maupuan ragam masyarakat yang ada bukan berarti bahwa dakwah itu “tebang pilih”. Segmenting dakwah dimaksudkan sekadar mengelompokkan masyarakat agar mengetahui karakater yang khas dari mereka sehingga uslub yang diambil pun akan tepat.

Tentu akan muncul beragam uslub. Namun, meskipun uslub dakwah bisa berbeda-beda, fikrah dan thariqah-nya akan tetap, karena inilah yang akan menjadi positioning (karakter yang khas dari sebuah kelompk dakwah). Ketika fikrah dan thariqah-nya kabur dan berubah-ubah maka dia bisa tergerus dalam strategi marketing dakwah. Jika diibaratkan dalam bisnis, fikrah dan thariqah adalah ciri khas atau brand yang senantiasa melekat dalam sebuah produk. Dia tidak pernah berubah hanya saja mungkin kemasan atau ukurannya yang berubah-ubah.

Rasulullaah saw. adalah teladan terbaik. Karena itu, mari kita lihat bagaimana beliau dengan berbagai perhitungan dan taktik yang jitu mampu membidik sasaran dakwahnya. Ketika di Makkah bahkan setelah di Madinah beliau punya cara tersendiri untuk berdakwah ke tengah-tengah masyarakat. Perlakuan beliau terhadap bani-bani Yahudi di Madinah pun berbeda-beda. Ada yang diusir, ada yang hanya diperingatkan bahkkan ada yang langsung dibunuh. Namun, jika kita melihat fikrah dan thariqah dakwah beliau yang tidak pernah berubah. Tidak gentar oleh musuh, tidak bermanis muka, tetap dan terus bergerak dengan komitmen dan keimanan yang mendalam.

Harapanya, dengan STP dan ke-tsiqqah-an pada fikrah dan thariqah yang jelas maka opini Islam ke tengah-tengah umat bisa diterima dan mereka benar-benar menyadari bahwa hanya Islamlah yang pantas dan layak untuk dijadikan sebagai pedoman hidup yang sempurna. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Aridha Nur Salim; Korwil Nisa SENADA Yogya]

One comment

  1. sepakat!! Konsep managemen dan marketing perlu dikuasai oleh para pengemban dakwah sehingga opini islam bisa menjadi opini umum di masyarakat. dan kerinduan akan tegaknya islam secara significan berkorelasi dengan perkembangan dkwah di tengah2 umat..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*