Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei di negeri ini tampaknya sudah kehilangan spiritnya. Harkitnas bahkan sudah kehilangan urgensinya untuk diperingati oleh bangsa ini. Selain mewarisi problem historis, penetapan 20 Mei sebagai Harkitnas juga minus pesan ideologis. Secara historis, Harkitnas didasarkan pada kelahiran Boedi Oetomo, sebuah organisasi sektarian yang justru beranggotakan orang-orang yang dekat dengan penjajah (Belanda). Karena itu, wajar jika Boedi Oetomo tak tampak sebagai organisasi yang anti penjajahan; ia tak pernah menyerukan perlawanan apalagi pengusiran penjajah Belanda dari Bumi Nusantara. Adapun secara ideologis Harkitnas tak mengusung wacana ideologi apapun yang bisa mengantarkan bangsa ini mengalami kebangkitannya yang hakiki.
Padahal membincangkan kebangkitan sejatinya membincangkan ideologi yang menjadi landasannya. Pasalnya, dalam konteks modern, bangsa yang bangkit adalah bangsa yang mampu merumuskan ideologinya sekaligus mengemban ideologinya itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Eropa dan Amerika adalah contoh bangsa yang bangkit dengan ideologi Kapitalismenya. Demikian pula bangsa Uni Sovyet pada masa lalu dengan Sosialisme-komunisnya. Tak boleh dilupakan adalah bangsa Muslim sejak tegaknya Daulah Islam di Madinah yang didirikan oleh Baginda Rasulullah saw. hingga masa-masa Kekhilafahan Islam sesudahnya selama kurang-lebih 14 abad lamanya.
Persoalannya tinggal satu: mana di antara bangsa-bangsa tersebut yang benar-benar mengalami kebangkitan yang hakiki? Tentu saja kebangkitan yang pernah dialami kaum Muslim. Mengapa? Lalu bagaimana metode yang harus ditempuh untuk meraih kebangkitan hakiki tersebut? Bagaimana pula prospek kebangkitan bangsa Muslim di negeri ini? Mungkinkah Islam menjadi basis ideologi bagi kebangkitan di negeri dengan penduduk Muslim terbesar ini?
Itulah antara lain yang akan dibahas secara panjang-lebar dalam al-wa’ie edisi kali ini, selain sejumlah tema lain yang penting untuk dibaca. Kami berharap apa yang disajikan dalam al-wa’ie sedikit-banyak berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesadaran idelogis dan politis Islam di kalangan umat, sekaligus makin menambah ghirah perjuangan umat untuk segera meraih kemuliaannya kembali. Selamat membaca.
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.