HTI

Liputan Khusus (Al Waie)

Konferensi Tokoh Umat 2012

Dengan wajah ceria para tokoh dari berbagai kalangan berbondong-bondong menghadiri Konferensi Tokoh Umat (KTU) 1433 H, Kamis (21/6) pagi di Lapangan Tennis Indoor, Senayan, Jakarta.

Sekitar 4600 kiai, ustadz, mubalighah, politisi, pengusaha, akademisi se-Jabodetabek dan sekitarnya dengan antusias mengikuti secara seksama konferensi yang bertema, “Khilafah, Model Terbaik Negara yang Menyejahterakan”.

Hal itu dibuktikan setidaknya dengan tetap duduknya mereka menyimak bahasan pembicara dari pagi hingga sore dan juga keaktifan mereka memberikan umpan balik (feedback) kepada para pembicara hingga sampai mengepalkan tangan sembari memekikan takbir.

Di antara mereka tampak hadir pula, KH Shoffar Mawardi (Ma’had Daarul Muwahhid); Fikri Bareno (Al-Ittihadiyah); Alfian Tanjung (Taruna Muslim); Mahmud Yunus (PITI); Irena Handono (Pakar Kristologi); Maisyarah M Ali (Aisyiyah); Yosmardin (Pengamat Ilmu Politik dan Pemerintahan); dan Ahmad Daryoko (Konfederasi Serikat Pekerja BUMN Strategis).

Namun, ada juga beberapa tokoh yang mengikuti acara hingga zuhur saja, lantaran kondisi yang tidak memungkinkan. Di antaranya seperti yang disampaikan Presidium Mer-C Joserizal Jurnalis yang terpaksa pulang usai shalat Zhuhur. “Ustadz ana kurang sehat, maaf sekali saya pulang duluan, tanpa Khilafah kita menjadi permainan zionis,” ungkapnya kepada panitia seraya badannya menggigil.

Kecerian peserta berubah menjadi geram, tatkala para petinggi Hizbut Tahrir Indonesia memaparkan fakta dan data betapa kayanya sumberdaya alam negeri ini, namun karena salah kelola, rakyatnya menjadi miskin. Tidak aneh bila sebagian besar pemasukan APBN-P 2012 Indonesia bukan dari sumberdaya alam, tetapi dari pajak (74,5 persen) dan utang. Padahal menurut Ketua Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Dr. Arim Nasim, pemasukan APBN Indonesia dari SDA saja sudah surplus bila menggunakan syariah Islam.

Menurut Dr. Arim, dari akumulasi data resmi yang dikeluarkan Pemerintah ternyata penghasilan total pertahun dari pengelolaan sumberdaya alam Rp 1.642 triliun. “Artinya, APBN-P 2012 yang besarnya Rp 1.548, 3 triliun dapat tertutupi bahkan surplus!” ujarnya.

Belum lagi kalau dikurangi bunga utang negara yang besarnya Rp 117,8 triliun. “Surplusnya jadi lebih besar lagi, yakni Rp 211,5 trilyun, lantaran dalam Islam haram hukumnya bayar bunga!” ujarnya kemudian disambut takbir peserta.

Menurut Ketua DPP HTI Dwi Condro Triono, surplus akan semakin melimpah-ruah bila pos dari pemasukan lainnya dihitung, seperti: anfal, fai, ghanimah, khumus, kharaj, jizyah, zakat dan lainnya. “Dari zakat saja sudah bisa diperoleh Rp 217 triliun,” ujar Ketua DPP HTI Dwi Condro Triono mengutip data Baznas.

Oleh karena itu, Representative Central Media Office of Hizbut Tahrir Tun Kelana Jaya menyatakan gara-gara penerapan sistem Kapitalisme, Indonesia menjadi negeri yang ironis. “Negerinya kaya, rakyatnya miskin, utangnya banyak!” sindirnya.

Akibat penerapan sistem Kapitalisme, sumberdaya alam yang sejatinya adalah milik rakyat, malah dikelola dan dinikmati oleh asing beserta para anteknya yang duduk di kursi kekuasaan.

Kegeraman peserta berubah menjadi semangat untuk turut berjuang mengganti sistem dan rezim tatkala mendengarkan pemaparan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ustadz Rokhmat S Labib.

Menurut Ustad Rokhmat, ironi bangsa ini terjadi lantaran dua faktor. Pertama: sistem yang diterapkan adalah sistem yang rusak dan bobrok. Kedua: penguasanya tidak amanah bahkan menjadi antek penjajah.

Karena itu yang menjadi problemnya maka dua perkara itu pula yang harus diganti. “Sistemnya diubah dan penguasanya diganti,” pekik Ustadz Rokhmat yang disambut takbir ribuan peserta.

“Bila sistemnya diganti, apa yang menjadi solusinya?” tanya Ustadz Rokhmat.

“Khilafah, khilafah, khilafah…!” pekik ribuan peserta antusias dan serentak sembari mengepalkan tangan.

Setelah peserta diam, Ustadz Rokhmat pun kembali berbicara. “Kerusakan ini terjadi karena dosa-dosa meninggalkan syariah. Syariah Islam tidak bisa diterapkan secara kaffah kecuali di bawah isntitusi Khilafah!” pekiknya. Gemuruh pekikan khilafah pun kembali membahana.

Lalu terkait penguasa, Ustadz Rokhmat menyatakan bahwa umat harus mencabut dukungan dari penguasa korup tersebut dan tidak memberikan kesempatan untuk berkuasa lagi. “Jangan contreng mereka! Jangan contreng mereka!” tegasnya.

Sebagai ganti mereka, umat tinggal memilih orang-orang yang salih, bertakwa dan amanah. Insya Allah, tidak sulit bagi umat untuk mencari mereka. Sebab, penghuni terbesar negeri ini adalah umat Islam. Hanya saja, selama sistemnya masih Kapitalisme-liberalisme dan demokrasi, maka pergantian penguasa itu tidak menghasilkan perubahan apa pun.

Lihatlah, betapa banyak orang yang sebelumnya baik, begitu menjadi penguasa dalam sistem bobrok ini, berubah menjadi korup dan tidak amanah. “Maka dari itu, persoalan kedua ini hanya bisa dilaksanakan ketika perubahan sistem Kapitalisme menjadi syariah dan Khilafah telah berhasil dilakukan!” tegasnya.


Tanggapan Peserta

Mendengarkan pemaparan yang begitu jelas, rinci dan menggugah tersebut peserta merasa tercerahkan. “Dengan kegiatan ini kami mendapatkan satu pencerahan dan pendalaman mengenai fakta yang terjadi di negeri ini. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini terus berlanjut dan masyarakat Indonesia dibukakan hati dengan apa yang diperjuangkan HTI,” ujar KH Tubagus Mulyadi Mawahib, Pimpinan Pondok Pesantren dan Majelis Dzikir Shalawat Muabad, Gadog, Bogor, Jawa Barat.

“Kegiatan ini bagus. Sebab, kegiatan ini memberikan pendidikan politik kepada seluruh tokoh umat,” ungkap Akmal Azis, Manager Community Development PT Bakrie.

“Bagi saya materi yang disampaikan sangat menarik, bukan hanya membuat terharu tapi juga kagum, serta memberikan pencerahan. HTI bisa memaparkan fakta yang jelas. Saya sangat terinspirasi, apalagi yang menyampaikan materi adalah tokoh-tokoh muda,” H Sultoni, Direktur Sosial Dewan Dakwah Islam/Ketua Majelis Penanganan Sosial Muhammadiyah, Subang, Jawa Barat.

“Secara materi, acara ini sangat bagus. Saya sangat setuju dengan ide-ide yang disampaikan HTI. Semula saya tidak mengerti, kini saya lebih tersadarkan dengan kondisi umat dan kebijakan Pemerintah. Saya berharap kegiatan ini bisa sering dilakukan,” Hj Mutia, pimpinan majelis taklim di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

Bahkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri sampai meminta seluruh materi KTU untuk dipelajari dan disebarluaskan. “Karena Khilafah itu untuk kesejahteraan manusia, bukan hanya untuk kesejahteraan umat Islam, maka kita memang harus menegakkan Khilafah, banyak dalil yang menunjukkan itu,” ujarnya.

Selain di Jakarta acara serupa digelar juga di berbagai kota besar di Indonesia secara maraton sejak 17 Mei 2012.

Kamis, 17 Mei. Konferensi di mulai di Kota Banjarmasin. Sekitar 2000 tokoh umat Kalimantan Selatan berkumpul dan menyimak pemaparan materi KTU di Gedung Sultan Suriansyah. Usai acara, peserta pun berkomentar. “Acara ini sangat bagus. memberikan opini umum, supaya yang hadir disini ya bersama-sama Hizbut Tahrir memperjuangkan syariah dan Khilafah. Menerapkan hukum Allah saat ini merupakan suatu kewajiban kita, bukan kewajiban Hizbut Tahrir (saja, red),  tetapi kewajiban kaum Muslimin,” ujar Abdul Hafidz, Pimpinan Pesantren Darul Maad Banjarbaru.

Abdurrahman Malik, Pimpinan Al-Irsyad Kalsel mengatakan konferensi ini sangat mendidik karena memberikan pemahaman kepada umat. “Memang harus ada perubahan mendasar ya tentang sistem pemerintahan hari ini,” ungkapnya.

Ahad, 27 Mei. Sekitar 3.500 tokoh umat se-Jawa Barat menyukseskan konferensi yang digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha. Para tokoh umat yang hadir di antaranya Pengamat Politik Unpad Dede Mariana, Guru Besar Fikom Unpad Deddy Mulyana, Kepala Forensik RSHS Noorman Heryadi, Pengamat Intelijen Herman Ibrahim, Ketua PW Muhammadiyah Jabar Ayat Dimyati, PW Syarikat Islam Adam Anhari, dan Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar. “Para tamu undangan yang datang ke sini memakai biaya sendiri. Malah mereka harus membayar Rp 100 ribu perorang. Jadi saya tegaskan, kehadiran mereka ke sini karena dukungan mereka terhadap tegaknya Khilafah di Indonesia. Kami tidak membayar mereka sama sekali,” ujar Humas HTI Jabar Luthfi Afandi.

Ahad, 3 Juni. Hari Ahad (3/6) KTU digelar di dua kota besar, yakni Semarang dan Balikpapan. Di Semarang, acara diselenggarakan di Convention Hall, Masjid Agung Jawa Tengah. Gedung yang hanya berkapasitas ideal 2000 ini diisi dengan 2500 lebih tokoh yang berdatangan dari berbagai kota dan kabupaten se-Jawa Tengah.

Di Balikpapan, Ketua MUI Balilkpapan Muhammad Idris beserta ribuan tokoh umat Kalimantan Timur menyimak dengan seksama materi konferensi yang dipaparkan oleh petinggi DPP HTI maupun HTI Kalteng di Ballroom Hotel New Benakutai.

Ahad, 10 Juni. Sepekan kemudian, tepatnya pada Ahad (10/6) KTU diselenggarakan di tiga kota. Di Surabaya, KTU dihadiri sekitar 5.000 tokoh umat. Peserta berharap, usai acara yang digelar di Gedung Jatim Expo International ini Khilafah segera tegak. Di antaranya, diungkap oleh KH Mahmudin Syukri. “Keinginan saya, dengan konferensi ini semoga kedepannya sudah ada Khilafah,” ujar Pimpinan Ponpes Subulussalam, Poncokusumo, Malang tersebut.

Di Yogyakarta, hampir 2.000 tokoh umat memenuhi Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Salah satu tokoh yang hadir adalah mantan wakil Wali Kota Yogyakarta H Sukri Fadloli. Tokoh dari PPP ini sangat apresiatif terhadap acara dan perjuangan HTI. Bahkan ia menawarkan untuk penyadaran umat di kalangan PPP untuk mengkaji tentang Khilafah secara lebih mendalam. Tokoh lainnya, Toha Abdurrahman dari MUI. Penasihat  Sri Sultan Hamengkubuwana X  ini tetap memaksakan diri untuk menyukseskan konferensi ini, padahal keadaan fisiknya sedang lemah karena serangan stroke.

Di Pekanbaru, sekitar 1000 tokoh umat berkumpul di Hotel Pangeran Pekanbaru. Mereka menyatakan dukungannya dan siap berjuang bersama Hizbut Tahrir. Mereka di antaranya Ahmad Mujahidin (ulama dan akademisi); UU Hamidi (budayawan); Agusnimar (akademisi),  Bahtiar (Ketua Hidayatullah Riau); Muji (Ketua Yayasan Annamiroh); Sutrisni, (ICMI Riau); M. Sahal (aktifis lingkungan).

Sabtu, 16 Juni. Ketua DPD I HTI Sumatera Selatan menegaskan, siapa pun yang jadi pemimpin, bila sistemnya tidak diganti, rakyat akan tetap sengsara. “Siapa pun presidennya, SBY, Aburizal Bakrei, Hatta Rajasa, Surya Paloh, Anggelina Sondakh, Anas  Urbaningrum, apalagi Gayus, selama sistem yang dipakai adalah demokrasi kapitalisme, maka tidak akan pernah membawa kesejahteraan!” ujarnya di hadapan sekitar 150 peserta konferensi di Aula Magister Managemen Unsri, Bukit Besar.

Ahad, 17 Juni. Di Makassar 3000 peserta KTU memadati Baruga AP Pettarani Universitas Hasanuddin. Ketua Lajnah Tsaqafiyah Hafidz Abdurrahman yang hadir sebagai pembicara mengungkapkan dengan izin Allah, Hizbut Tahrir bersama umat pasti bisa menegakkan Khilafah kembali. “Perjuangan Hizbut Tahrir tidak akan kehilangan arah, karena Hizbut Tahrir sudah memiliki master plan dan road map. Yang dibutuhkan Hizbut Tahrir adalah nushrah dan dukungan dari para tokoh umat,” jelasnya di hadapan peserta KTU Sulawesi Selatan.

Di Medan, sekitar 2500 tokoh umat berkumpul di Gedung Selecta Ballroom untuk menyamakan visi dan misi perjuangan penegakkan sistem pengganti dari sistem kapitalisme demokrasi yang gagal menyejahterakan rakyat. Mereka berdatangan dari berbagai kota dan kabupaten di Sumatera Utara bahkan tidak sedikit yang datang pula dari Aceh.

Di Kendari, sekitar 2000 tokoh umat berkumpul di Grand Awani Hall. Mereka yang berdatangan dari 12 kabupaten/kota tersebut terdiri dari ulama, asatidz, pengusaha, akademisi, militer, kepolisian, politisi, birokrat dan lain sebagainya. Mereka mendengarkan secara seksama pemaparan tentang kewajiban menegakkan Khilafah.

Di Padang, sekitar 500 tokoh umat Sumatera Barat menyimak pidato politik yang disampaikan Ketua DPP HTI Mujiyanto. Menurut Mujiyanto, Khilafah akan mengembalikan kekayaan alam Indonesia kepada pemiliknya, yakni rakyat Indonesia sehingga rakyat akan makmur dan sejahtera. “Indonesia pasti lebih baik dengan Khilafah,” tegasnya.

Menurut Mujiyanto, tidak layak sistem kapitalisme-liberalisme dan demokrasi dipertahankan sebagai sistem di negeri ini. Sistem itu terbukti justru menjauhkan umat dari kesejahteraan yang didambakan. Bahkan sistem tersebut di negerinya sendiri mulai digugat. “Maka, sistem kapitalisme-liberalisme demokrasi harus dicampakkan dan dienyahkan,” paparnya.

Sebagai gantinya tiada lain adalah Khilafah, model negara terbaik yang mensejahterakan. Di samping itu, tentu yang terpenting dari upaya menegakkan Khilafah adalah mendapatkan ridha Allah SWT, karena tegaknya Khilafah adalah janji-Nya, kabar gembira (bushra) Rasul-Nya, serta fardhu kifayah umat Islam. [Joko Prasetyo dari kontributor daerah]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*