HTI

Catatan Jubir (Al Waie)

Bagaimana Menghadapi Hizbut Tahrir?

Pada sepuluh—lima belas tahun terakhir, Hizbut Tahrir (HT) banyak menarik perhatian para pengamat karena keberhasilannya dalam mengembang-kan diri menjadi sebuah partai politik Islam internasional yang  fenomenal, yang tersebar di puluhan negara di dunia. Para pengamat menilai, keberhasilan HT itu dipengaruhi oleh  beberapa faktor, di antaranya yang utama adalah kemampuan HT dalam melakukan adaptasi. Menurut mereka, HT selalu berusaha menyesuaikan metodologi dalam menyampai-kan pesan-pesan politiknya dengan keadaan masyarakat setempat.  Misalnya  di Eropa, HT bekerja dengan cara menyelenggarakan  konferensi dan pertemuan di kampus-kampus karena debat intelektual memang disukai oleh komunitas kampus. Di Amerika Serikat, HT memanfaatkan internet dan musik rap untuk menyampaikan pesan-pesan ideologisnya. Di negara dengan rezim represif seperti di Timur Tengah (sebelum revolusi) atau di kawasan Asia Tengah, HT menyebarkan idenya dengan menggunakan selebaran dalam bahasa lokal serta melalui kontak secara pribadi dari rumah ke rumah.

++++

Tidak semua orang gembira dengan keberhasilan itu. Mereka justru merasa cemas. Mereka menganggap perkembangan HT yang cepat itu merupakan ancaman yang sangat serius terhadap hegemoni Barat. Untuk menghadapinya, mereka mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Sebagiannya untuk negara-negara Barat yang relatif terbuka, sebagian lagi untuk negara-negara yang represif seperti di kawasan Asia Tengah.  Rekomendasi itu bisa kita baca dalam The Challenge of Hizb ut-Tahrir: Deciphering and Combating Radical Islamist Ideology, yang merupakan laporan konferensi tentang HT yang ditulis oleh Zeyno Baran, Direktur The Nixon Center, pada September 2004.

Laporan ini tentu saja  tidak lagi baru, tetapi agaknya penting untuk disimak agar kita bisa memahami apa yang sudah, sedang dan akan mereka lakukan dalam menghadapi HT dan kelompok Islam lain yang dianggap radikal. Rekomendasi tentang bagaimana menghadapi HT cukup banyak, tetapi bisa dikelompokkan menjadi beberapa poin penting.

Pertama: Rekomendasi paling penting adalah memperlakukan HT bukan sebagai kelompok atau gerakan agama, tetapi sebagai kelompok atau gerakan politik yang mempunyai tujuan politik tertentu yang hanya memanfaatkan Islam sebagai alat politik. Oleh karena itu, untuk menghadapinya  diperlukan tindakan politik dan hukum.

HT harus dipandang bukan sebagai kelompok atau gerakan agama, tapi  sebagai gerakan politik yang melakukan kegiatan inkonstitusi-onal, sehingga harus dihadapi dengan argumen politik dan hukum, bukan dengan argumen agama.

HT harus dianggap sebagai kelompok yang menyebarkan kebencian, anti semit, anti konstitusi dan hanya memanfaatkan toleransi Barat…Dengan membiarkan HT terus menyebarkan ide dan gagasannya, sama artinya negara Barat telah membiarkan intoleransi tumbuh berkembang di dalam komunitas Muslim di negeri itu. Maka, diperlukan perangkat baru seperti undang-undang yang melarang penyebaran dan propaganda kebencian seperti yang dilakukan oleh Jerman yang pada Januari 2003 melarang HT karena dianggap sebagai organisasi yang menentang konstitusi, ketertiban, kebebasan dan demokrasi. 


Kedua: Tampaknya mereka paham betul kekuatan HT. Maka dari itu, mereka sangat merekomendasikan untuk juga menghadapi HT pada level ideologi.

Dalam perang melawan terorisme, AS dan sekutunya sejauh ini telah mengambil langkah-langkah militer dan hukum seperti membendung arus keuangan kelompok teroris. Tapi pada level ideologi, kondisi politik, sosial dan ekonomi yang memungkinkan kelompok-kelompok seperti HT bisa merebut “hati dan pikiran” umat Islam juga harus segera ditangani. Misalnya, diperlukan  sejumlah langkah penting untuk bisa mengubah persepsi bahwa kebijakan luar negeri Amerika adalah “tidak adil.” Keadilan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kebanyakan orang Islam. AS dan sekutunya harus berbuat lebih banyak untuk segera menyelesaikan sengketa Israel-Palestina, karena selama konflik ini tetap ada, kelompok seperti HT akan mudah menarik pengikut.

Penting untuk mengkomunikasikan kepada warga Muslim bahwa Islam, demokrasi dan modernitas adalah kompatibel dan saling melengkapi.


Ketiga: Ini rekomedasi yang berbau adu domba. Intinya, untuk menghadapi HT harus didukung ulama  dan kelompok atau organisasi Muslim yang menurut mereka berpaham moderat, yang lebih toleran.

Cara terbaik untuk mengalahkan ajaran Islam HT adalah dengan memperkenalkan pengajaran Islam yang non Arab. Sampai hari ini, umat Islam yang hidup di Amerika Serikat dan di Eropa belajar Islam dari negara-negara Timur Tengah melalui para imam dan aktivis, atau kelompok-kelompok seperti HT. Para imam yang dididik di Turki, Asia Tengah, Indonesia atau Malaysia akan menawarkan lebih banyak Islam yang lebih toleran dan interpretasi Islam yang sangat spiritual dan menyambut damai hidup berdampingan dengan agama-agama dan budaya lain.

Harus dijelaskan kepada warga bahwa membagikan selebaran HT dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan HT adalah tidak ada hubungannya dengan Islam.
Diperlukan reformasi politik yang memungkinkan kelompok Islam masuk dalam sistem, tapi jangan mengajak serta HT.

Buka proses politik. Adanya saluran yang sah untuk mengekspresikan pandangan dan ketidakpuasan politik warga akan membuat gerakan bawah tanah seperti HT tidak memiliki tempat.


Keempat: Ternyata ada juga rekomendasi yang “bagus”, yakni jangan menangkap dan menyiksa anggota HT karena hal itu justru akan menguntungkan HT.

Jangan lakukan penangkapan dan penyiksaan terhadap anggota HT. Tindakan seperti itu justru akan makin menguatkan keyakinan anggota HT untuk menggulingkan pemerintah. Selain itu, melalui anggota HT yang ditahan, penjara malah menjadi tempat perkembang-biakan ideologi radikal HT. Berdasarkan pengalaman Turki, tindakan penyiksaan justru menimbulkan ekstremisme yang lebih besar.  Kalaupun ditangkap, direkomendasikan agar penjara ditata dengan baik dan narapidana politik harus diperlakukan secara manusiawi agar di dalam penjara bisa hidup dengan layak.


Kelima: Ini menyangkut dana. Direkomendasikan agar negara-negara Barat mengalokasikan dana yang cukup untuk menghambat berkembangnya ideologi kelompok Islam radikal. Juga penting memanfaatkan media massa secara optimal.

Berurusan dengan dengan organisasi transnasional, melakukan kegiatan kontra terorisme dan kegiatan intelijen dan pemantauan transaksi keuangan memerlukan biaya yang sangat mahal.

++++

Itulah sejumlah poin penting rekomendasi kepada negara Barat dan negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia Tengah, tentang bagaimana menghadapi HT. Dalam konteks Indonesia, tampaknya sejumlah rekomendasi di atas sudah berjalan. Misalnya, tampak sekali ada usaha untuk melakukan deligitimasi terhadap ide-ide dan gagasan HTI baik melalui person-person tertentu maupun melalui media massa: bahwa tidak perlu ada formalisasi syariah karena yang penting adalah substansinya, juga tidak ada dalil baik dalam al-Quran maupun al- Hadits tentang kewajiban tegaknya Khilafah, karena Khilafah hanya berlangsung pada masa Sahabat sepanjang kurun 30 tahun sepeninggal Nabi saw. dan sebagainya. Juga sangat kentara ada usaha untuk menghadap-hadapkan HTI dengan kelompok Islam lain yang disebut moderat.  Tentu itu semua bisa dilakukan karena ada sokongan dana yang cukup besar.

Namun demikian, sejauh ini semua usaha itu tidak cukup berhasil. Buktinya, dukungan terhadap HTI dari berbagai kalangan mulai ulama, intelektual, mahasiswa, pelajar, bahkan juga para pengusaha, malah justru makin membuncah. Usaha adu domba antarkelompok Islam juga gagal total. Hubungan HT dengan berbagai kelompok Islam, termasuk dengan yang disebut moderat, sejauh ini juga baik-baik saja, bahkan sangat baik. Dari pertemuan-pertemuan yang dilakukan dengan mereka, justru didapat penegasan-penegasan penting seperti, bahwa: “kita sangat mendukung perjuangan HTI”, “perjuangan kita sama, sama muaranya, sama sungainya, cuma beda kapal saja”, dan ungkapan-ungkapan senada.

Dalam konteks global, alih-alih HT yang gulung tikar, justru para penguasa diktator itu yang berjatuhan. Lihatlah satu-persatu penguasa di Timur Tengah tumbang. Khaddafi, yang sangat kejam terhadap aktifis HT Libya, bahkan mati dengan cara yang amat hina.

Memang, perjuangan untuk tegaknya syariah dan Khilafah tidak bisa dihentikan dengan cara apapun. Ia akan terus melaju hingga menuju kemenangan. Walaw kariha al-kafirun. Insya Allah…[H.M. Ismail Yusanto]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*