HTI

Opini (Al Waie)

Memelihara Energi Dakwah

Firman Allah SWT dalam QS an Nur (24) ayat 55 adalah jaminan akan kemenangan Islam, tidak diragukan lagi kebenarannya, jaminan dari Zat Yang tak akan pernah mengingkari janji. Selayaknya tak ada sedikit pun keraguan dalam diri pejuang Islam untuk selalu istiqamah di jalan dakwah.

Namun, modal janji saja sepertinya tak cukup mengingat keimanan seseorang kadang naik bahkan kadang turun. Oleh karena itu, usaha untuk senantiasa memelihara energi dakwah mutlak diperlukan. Caranya antara lain dengan menjaga keberadaan ruh jama’i dalam diri; senantiasa mengingat serta mengaitkan fikrah dan thariqah yang telah di-tabbani dalam setiap aktivitas; tidak goyah meski banyak aral melintang dan cemoohan yang datang bertubi-tubi; tetap menjalani tahapan dakwah dengan sabar dan ikhlas; tak sedikit pun tergoda pindah ke lain hati hanya karena janji manis segelintir orang yang menjanjikan kemenangan, namun dengan konsekuensi harus melebur dalam kubangan lumpur sistem demokrasi. Dengan demikian menjaga kemurnian serta kesucian  pemikiran dan metode dakwah yang sahih tidak boleh diabaikan. Karena itu penting untuk selalu mengingat, menambah dan mengkaji tsaqafah, baik dalam pembinaan intensif maupun pembinaan umum; jangan pernah lelah  meng-up grade diri; jangan pernah puas dengan ilmu yang telah dimiliki. Membaca dan mengingat sirah perjuangan Nabi saw. serta para Sahabatnya dalam perjuangan menggenggam bara Islam, juga meneladani ulama salaf dalam menjalani kehidupan, akan cukup menjadi bekal mengarungi perjuangan mulia menegakkan panji Islam.

Tak hanya berhenti sampai di sini. Sikap berdiam diri, pasif menunggu perintah, taqlid buta atau bahkan berpuas diri dengan hasil adalah hal-hal yang harus dihindari karena sangat kontraproduktif dengan usaha memelihara energi dakwah.  Melakukan  penyesuaian terhadap perkembangan wasilah dan uslub dakwah juga harus dilakukan. Menyampaikan ide dakwah dengan memanfaatkan wasilah dan uslub yang tidak bertentangan dengan hukum syariah dan tidak menyimpang dari fikrah serta thariqah tak ada salahnya dicoba. Selain itu, tak pernah lelah untuk mengevaluasi gerak yang telah dilakukan; sabar menjalani proses plan-do-check-action; tak pernah menyerah meski kegagalan mendera; tak putus asa meski hambatan menyapa; tak sombong ketika keberhasilan di pelupuk mata; serta terus menginteraksikan ide Islam hingga maut menjemput.

Tentu saja aktivitas penguat nafsiyah juga merupakan cara ampuh memelihara energi dakwah. Di antaranya menghiasi malam dengan shalat, selalu berdoa karena doa adalah senjata, tegar menghadapi cobaan, menautkan hati dengan masjid, tak pernah meninggalkan shalat berjamaah bagi laki-laki, saling mengunjungi untuk memotivasi, takut dan menangis karena Allah, selalu jujur kepada Allah dan menghindari kemaksiatan. Masih banyak lagi aktivitas nafsiyah yang bisa dilakukan para pengemban dakwah yang telah berazzam kuat menjaga energi dakwah dalam diri. Terakhir, selalu meluruskan niat, melakukan apa pun demi meraih ridha Allah. Dengan demikian pengemban dakwah bisa menjalani semua aktivitasnya dengan bersungguh-sungguh, tidak main-main, WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Nur Aini; Guru, Tinggal di Pare Kediri Jatim]

One comment

  1. Assalamualikum Alhamdilillah
    tulisan ini merupakan salah satu motivasi yang menggugah kita supaya kita semua tidak futur fi thoriqi dakwah. Wassalamualaikum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*