Untuk kesekian kalinya dunia Barat tertimpa krisis ekonomi. Berawal dari Yunani, krisis ini kemudian menjangkiti Irlandia dan Portugal hingga menjalar ke seluruh Eropa. Amerika Serikat sebagai biang kapitalis tak luput terkena malapetaka global ini. Krisis ekonomi di Eropa diperkirakan akan berlangsung lama, bahkan bisa mencapai 15 tahun. Press release National Institute Economic Social Research (NIESR) 3 Agustus 2012 menyatakan pertumbuhan ekonomi Inggris hanya 0,5 persen. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yang diperkirakan Asian Development Bank di atas 6 persen.
Tak hanya ekonominya yang sakit, masyarakat Barat rupanya telah menderita komplikasi penyakit akut di segala bidang kehidupan. The West—sebagai representasi masyarakat Eropa, Amerika dan Australia—yang acapkali angkuh menyuarakan pentingnya dunia yang beradab, ternyata menyajikan realitas yang jauh. Mereka didera berbagai penyakit sosial, baik yang muncul akibat krisis ekonomi ataupun akibat kebatilan ideologi yang mereka anut. Beginilah potret masyarakat sakit di negara-negara kapitalis Barat.
1. Pengaruh Krisis Ekonomi.
Penerapan sistem ekonomi kapitalis menyisakan beban ekonomi yang cukup berat bagi mayoritas masyarakat Barat. Pajak dan biaya hidup yang tinggi mempengaruhi keputusan mereka dalam berkeluarga. Studi yang dilakukan Jianguo Liu dari Michigan State University AS yang dilansir The Guardian menunjukkan jumlah orang yang memilih melajang di kelompok usia 25-34 melebihi jumlah orang menikah (46 persen). Mereka enggan menikah karena tidak siap menanggung kebutuhan hidup pasangannya, apalagi bila memiliki anak. Kenyataan di Eropa tak jauh berbeda. Utang pemerintah yang mencapai 65 miliar euro pada awal tahun ini menjadikan Spanyol sebagai negara dengan jumlah penganggur 5.7 juta, tertinggi di antara 17 negara kawasan Eropa. Al-Jazeera melaporkan, kondisi itu memaksa perempuan Spanyol melakukan prostitusi untuk memperoleh uang.
2. Kebebasan seksual.
Delhi Charter, sebuah sekolah di Lousiana, AS tak lagi mengeluarkan siswa yang tengah hamil. Sebelumnya, sekolah meminta siswa yang dicurigai hamil untuk melakukan tes kehamilan. Jika mereka menolak atau ternyata positif hamil maka mereka harus belajar di rumah. Kebijakan permisif itu ditempuh mengingat betapa besar angka kehamilan yang terjadi di kalangan remaja. Setidaknya, laporan Guttmacher Institute Agustus 2011 menyebutkan: dari 10 pelaku aborsi di AS, 2 di antaranya dilakukan oleh perempuan berusia 18-19 tahun. Secara keseluruhan tiap tahun terdapat dua persen dari wanita berusia 15-44 yang melakukan aborsi. Jika dikalkulasi dari tahun 1973 sampai 2008, hampir 50 juta aborsi terjadi. Mayoritas alasan yang menjadi pembenaran tindakan mereka adalah kekuatiran bahwa memiliki bayi akan mengubah kehidupan mereka secara dramatis.
Industri pornografi yang menjadi penanda penyimpangan seksual telah menjadi kebiasaan mereka. Akibatnya, The Washington Post melaporkan, Direktur Dinkes LA, Jonathan Fielding mencatat 819 kasus sipilis telah menyerang pemain film porno. Yang mengerikan, di Eropa kejahatan pornografi juga menimpa bayi dan kanak-kanak. Mei lalu polisi menangkap Robert Mikelsons dan 43 orang kawanannya di Amsterdam karena melakukan pelecehan seksual bahkan dugaan kanibalisme terhadap 140 korban.
3. Kekerasan terhadap perempuan.
Barat sering menuding Islam sebagai agama yang mentoleransi kekerasan terhadap perempuan. Namun, cobalah cermati kompilasi data yang dihimpun UNWomen 2011 tentang fakta kekerasan terhadap perempuan (Violence Againts Women). Kasus femicide (pembunuhan terhadap perempuan karena keperempuanan-nya) setiap tahun di AS menunjukkan satu dari tiga pembunuhan dilakukan oleh mitra intim. Sebanyak 83 persen anak perempuan berusia 12-16 tahun telah mengalami beberapa bentuk pelecehan di sekolah umum. Di Uni Eropa, 40-50 persen perempuan mengalami kontak fisik dan pelecehan seksual di tempat kerja mereka.
Data yang dihimpun The National Network to End Domestic Violence dari kasus-kasus KDRT di AS menunjukkan 1 dari 4 perempuan mengalami sedikitnya 1 serangan fisik oleh pasangannya. Rata-rata 2,3 juta orang pertahun di AS diperkosa dan atau mengalami serangan fisik, baik oleh pasangan yang terikat dalam pernikahan atau tidak. Kasus perkosaan menunjukkan 1 dari 6 perempuan dan 1 dari 3 laki-laki mengalaminya. Akibat KDRT membuat rumah tangga terkoyak sehingga 38 persen korban menjadi gelandangan. Fakta-fakta itulah yang melatarbelakangi Konggres AS untuk menandatangani UU kekerasan terhadap perempuan 2005.
Bahkan militer sebagai lembaga dengan tingkat kedisiplinan tinggi juga tak luput dari kasus kekerasan. Militer AS telah menerima hampir 3.200 keluhan tentang adanya kekerasan seksual terhadap tentara perempuan oleh rekan dan komandan mereka. Tahun lalu 15 wanita dan dua pria yang telah diperkosa atau mengalami kekerasan seksual oleh rekan-rekan mereka sendiri mengajukan keluhan kepada pengadilan federal. Di Australia, Komisioner untuk Diskriminasi jenis kelamin, Elizabeth Broderick, memberikan rekomendasi untuk membentuk sebuah unit guna menyelidiki persoalan pelecehan seksual di Lembaga Pertahanan Australia (Australian Defence Force).
4. Tragedi penembakan.
Penghilangan nyawa orang secara paksa tak hanya menjadi menu utama film-film Hollywood. Di dunia nyata, seorang pria bertopeng menembak secara membabi buta pada penayangan perdana film Batman di Colorado. Penembakan yang dilakukan James Holmes 18 Juli lalu menelan korban 12 orang tewas dan 58 luka-luka. Insiden serupa terjadi di Kuil Sikh, Wisconsin, dua pekan berselang. Enam orang tewas dalam penembakan yang dilakukan oleh simpatisan apharteid, Wade Michael Page. Tragedi itu kembali terjadi di New York dan Chicago di penghujung Agustus 2012. Di Chicago sendiri, angka pembunuhan meningkat 29 persen tahun ini. BBC melansir, hingga bulan Agustus 2012 telah terjadi 348 kasus pembunuhan.
Aksi-aksi kriminal brutal semacam itu acap terjadi. Oktober 2006, seorang sopir truk menembak lima pelajar putri hingga tewas di sebuah sekolah di Nickel Mines, Pennsylvania. Pelaku kemudian bunuh diri. April 2007 menjadi tragedi saat pelajar bernama Seung-Hui Cho melepaskan tembakan membabi buta di Virginia sehingga 32 orang tewas dan 15 luka-luka. Desember 2008, pria berkostum Santa Claus menyelinap dalam pesta Natal keluarga di Covina, California. Pelaku membunuh sembilan orang anggota keluarga tersebut sebelum menghabisi nyawanya sendiri.
Kondisi tak berbeda juga terjadi di Australia. Tiga remaja ditusuk secara terpisah di Sydney barat dalam periode waktu hanya sepekan. Kejadian ini menyusul seorang juru masak berusia 22 tahun ditusuk dan tewas pada 8 Juli 2012. Pada bulan yang sama seorang remaja berusia 18 tahun ditinju di kawasan King Cross, Sydney. Kejadian ini mengundang ketakutan di seluruh Sydney sehingga masyarakat meminta polisi untuk mengurangi kejahatan dan kekerasan pada remaja.
5. Legalisasi perkawinan sejenis
Survei Gallup belum lama ini menunjukkan 50 persen rakyat Amerika Serikat mendukung legalisasi perkawinan sesama jenis, sedangkan 48 persen lainnya menentang. Meningkatnya dukungan itu sejalan dengan sikap Barack Obama sejak mengakhiri kebijakan ‘Don’t Ask Don’t Tell’ tentang orientasi seksual seseorang di lingkungan militer. Dalam wawancaranya dengan ABC News, Obama mengatakan bahwa pasangan sesama jenis harus bisa menikah. Tingginya penderita HIV/AIDS tidak menghentikan preferensi terhadap hubungan homoseksual. Padahal di AS sekitar 0,40 persen dari total populasi, yaitu 1,2 juta orang, terinfeksi HIV pada tahun 2011. Yang mengenaskan, data 2009 menyebutkan sekitar 4.000 anak-anak terjangkit virus AIDS melalui penularan dari ibu-anak.
6. Krisis spiritual.
Liputan Reuters tertanggal 9 Maret 2012 menunjukkan akibat krisis sejak tahun 2010, sebanyak 270 gereja di AS telah dijual akibat tidak mampu mengembalikan pinjaman bank. Setahun kemudian, 138 gereja menyusul pendahulunya. The Economist menyatakan gereja-gereja tersebut ditutup karena tak mampu mengongkosi pengeluarannya. Di Inggris, pada rentang tahun 1990 hingga 2001, seluruh gereja kehilangan 18 persen jamaah pekanan, 17 persen rohaniawan, dan 1 persen dari bangunan yang mereka miliki. Dampaknya, sumbangan yang masuk ke kolekte gereja berkurang hingga 3,5 miliar pound sterling. Banyaknya jumlah gereja yang terjual dan kosong di Inggris karena banyaknya warga Inggris yang enggan melakukan peribadatan. Untuk tahun 2007 saja, tercatat hanya 10 persen penduduk negara itu yang berangkat ke gereja tiap pekannya. Yang tidak pernah ke gereja sama sekali sudah mencapai 59 persen.
7. Intoleransi dan Islamophobia
Mark Lattimer, Direktur Minority Rights Group International, menyatakan kampanye kontra terorisme dan marjinalisasi ekonomi lebih banyak terkait dengan isu agama, ketimbang isu etnik. Muslim terus menjadi korban tindakan rasialis pemerintah Eropa dan Amerika. Sikap politik itu berimbas pada sikap intoleran masyarakat Barat terhadap kaum Muslim, bahkan menjurus pada Islamophobia.
Sebanyak 200 orang hadir dalam rapat besar yang diadakan Gerakan Sayap Kanan Eropa dan AS di Stockholm, 5 Agustus lalu. Swedia sengaja dipilih lantaran negara ini merupakan kantong Muslim terbesar di Skandinavia. English Defence League—kelompok sayap kanan yang menentang penyebaran Islam dan hukum syariah—berada di belakang pertemuan itu. Sehari setelahnya sebuah masjid di Joplin, Missouri, AS terbakar. FBI mengumpulkan puing-puing masjid untuk membuktikan bukti-bukti dugaan bahwa masjid itu sengaja dibakar pada 6 Agustus 2012 subuh waktu setempat.
Intoleransi acapkali menimpa para Muslimah. Imane Boudlal, seorang pekerja restoran di Disneyland menuntut Walt Disney Co karena pelecehan dan diskriminasi agama, dengan mengatakan bahwa ia dipecat karena ingin berkerudung saat bekerja.
Sikap Eropa juga seragam menghadapi derasnya dakwah Islam. Seorang wanita yang mengenakan burka di jalan atau tempat-tempat umum di Prancis bisa dikenakan denda 150 euro. Secara resmi larangan mengenakan burka resmi diberlakukan mulai musim semi 2011. Inggris pun memungkinkan larangan berbusana burka di sekolah di tahun 2007. Parlemen Belgia mendukung larangan mengenakan burka pada tahun 2010. Tahun 2009 rakyat Swiss mendukung larangan membangun menara mesjid. Adapun Spanyol tengah mempersiapkan rancangan undang-undang untuk melarang semua lambang religius di tempat-tempat umum.
8. Budaya permisif dan glamour.
Menjadi selebritis masih menjadi impian banyak orang Amerika. Lihatlah, ratusan ribu orang menjalani audisi American Idol di setiap sesinya. Itu bukan satu-satunya ajang pencarian bakat.The X Factor dan Got Talent yang asli Inggris, juga mendapat sambutan luas di Amerika. Uang dan ketenaran menjadi alasan utama peserta audisi. Bayangkan saja, konser bertajuk A Bigger Bang Tour yang dilakukan The Rolling Stones dari tanggal 21 Agustus 2007 sampai 26 Agustus 2007 mampu mengumpul-kan 4.680.000 penonton. Bayaran yang diterima si artis pun cukup fantastis. Menurut promotor musik Marcel Permadi, Lady Gaga merupakan artis termahal saat ini. Kisaran harga untuk bisa mendatangkan artis penyanyi sekaligus penulis lagu itu sebesar 2-3 juta dolar AS atau sekitar Rp 20 miliar.
Setidaknya pengaruh, jumlah uang yang dikendalikan atau diperoleh, serta kemunculan di media menjadi mimpi setiap orang yang berambisi menjadi artis. Unsur-unsur itu pula yang menjadi acuan Forbes untuk menentukan perempuan paling berpengaruh di dunia. Profesi ‘tidak penting’ yang dilakoni Lady Gaga menghantarkan dirinya bertengger di posisi ke-14, disejajarkan dengan para perempuan pengendali dunia seperti Angela Merkel, Hillary Rodham Clinton dan Dilma Rousseff, Presiden Brazil.
Kasus-kasus mengerikan yang menimpa selebritis Hollywood tak cukup mengubur mimpi untuk menjadi seperti mereka. Padahal menjadi selebritis tak mudah. Mereka hidup dalam tekanan untuk selalu mengikuti selera pasar. Tak jarang mereka harus menjalani berbagai rehabilitasi untuk menormalkan kembali hidupnya. Rehabilitasi pola makan, ketergantungan alkohol, narkoba, kecanduan seksual bahkan karena KDRT. Beberapa di antara mereka hidupnya berakhir tragis. Overdosis menjadi penghantar kematian Whitney Houston dan Michael Johnson. Bahkan bunuh diri biasa terjadi di kalangan mereka. Baru-baru ini Tony Scott sutradara film legendaris Top Gun tewas bunuh diri dengan melompat dari Vincent Thomas Bridge, LA.
Sungguh, sakit yang diidap masyarakat Barat sangat parah dan menjijikkan. Bila Daulah Turki Utsmaniyyah mendapat julukan The Sickman di awal keruntuhannya, maka tanda-tanda keruntuhan Barat terlihat jelas di pelupuk mata. Sebentar lagi fajar baru akan tiba, membawa kecemerlangan peradaban Islam, mengenyahkan semua sumber penyakit yang dibawa peradaban busuk kapitalis. Idza ja’a nashrulLahi wal fath, wa ra’aytannasa yadkhuluna fi dinilLahi afwaja. [Pratma Julia Sunjandari (Lajnah Siyasiyah MHTI)]