Pengadilan Zalim, Tidak Terbukti Bersalah Aktivis HT Maroko Tetap Dihukum
Seorang tahanan politik Maroko Thami Najim (37) menulis surat terbuka kepada Amnesty Internasional dan semua pihak terkait untuk menuntut membebaskan dirinya dengan melakukan pengadilan ulang dalam kondisi yang adil dan fair, Kamis (13/9).
Aktivis Hizbut Tahrir Maroko tersebut diculik aparat dari rumahnya pada 3 Februari dengan dakwaan melanggar Hukum Pidana dengan berkonspirasi menentang Kerajaan Maroko menggunakan cara-cara kekerasan (Pasal 201) dan dengan pendanaan dari luar negeri (Pasal 206).
Ia pun menuntut banding setelah persidangan (5/6) Hakim menyatakan dirinya tidak bersalah atas Pasal 201, tetapi dinyatakan bersalah atas Pasal 206. Dalam pengadilan banding (11/9) vonisnya malah ditambah menjadi 18 bulan. “Padahal saya memiliki semua dokumen legal terkait transfer uang yang disebutkan dalam kasus saya,” ungkap lelaki yang bekerja sebagai pengembang piranti lunak (software) tersebut.
Menurut dia, semua dokumen itu membuktikan tanpa keraguan bahwa uang yang diterima adalah pembayaran dari perusahaan Denmark yang legal atas software dan program yang dibuatnya.
HT Mesir: “Amerika Eksploitas Koptik”
Amerika telah melakukan pemerasan politik dengan menjadikan minoritas Kristen Koptik di Mesir sebagai alat tekan untuk menggiring opini publik dan menekan pemerintah Mesir. Hal itu dinyatakan Hizbut Tahrir Mesir saat melakukan aksi mengecam film buatan Amerika yang memfitnah Rasulullah saw. dan memfitnah Muslim Mesir sebagai orang yang sadis terhadap Koptik. “Amerika menjadikan minoritas Kristen yang hidup di Dunia Islam sebagai bahan bakar untuk mengganggu stabilitas politik dan militer dengan dalih melindungi minoritas dari penganiayaan,” ungkap komunike HT Mesir.
HT Mesir pun menuntut penutupan Kedubes Amerika di Kairo dan membatalkan semua perjanjian dengan Amerika seraya mengingatkan Koptik agar tidak terperangkap dalam jebakan eksploitasi Amerika. Dalam aksi tersebut, HT Mesir pun menegaskan bahwa dalam peperangan melawan Amerika ini diperlukan institusi pemersatu umat Islam yang menegakkan syariah, yakni Khilafah.
1000 Muslim London Demo Anti Amerika
“Amerika – keluar dari tanah Muslim” pekik sekitar seribu aktivis Hizbut Tahrir dan umat Islam Inggris beberapa waktu lalu di depan Kedutaan Amerika, London. Massa dengan tertib berdemo di depan massa laki-laki dan di belakang massa perempuan dan anak-anak. Dengan dikawal polisi yang relatif sedikit, massa mendengarkan orasi mengutuk film buatan Amerika yang menghina Nabi saw., kebijakan luar negeri AS dan penindasaan Amerika terhadap Islam dan umatnya.
Nazreen Nawaz, Media Representatif HT Inggris, menyatakan alasan mengapa mengecam pemerintah Amerika padahal film ini bukan dibuat oleh pemerintah Amerika. “Ini adalah sebuah film yang diproduksi, dipromosikan dan boleh dipromosikan di AS,” ungkapnya.
Manifesto Hizbut Tahrir untuk Revolusi Suriah
Kepala Perwakilan Media HT Suriah Hisyam al-Baba mempublikasikan Manifesto Hizbut Tahrir untuk Revolusi Asy-Syam saat konferensi pers, Kamis, 28 Ramadhan di Kantor HT Libanon, Tripol-Libanon.
Hisyam membagikan dokumen Manifesto Hizbut Tahrir untuk Revolusi Asy-Syam kepada para wartawan yang hadir. Dokumen tersebut berisi Manifesto Hizbut Tahrir bagi sistem politik, yang diserukan untuk diterapkan setelah kejatuhan rezim di Suriah dan sebuah peta jalan untuk mencapai tujuan itu. “Kami sangat tertarik untuk menjaga revolusi ini agar tidak dibajak oleh kekuatan-kekuatan kolonial dan dirampas oleh kaum oportunis yang mengelilingi Barat, dengan membawa sudut pandang Barat dalam mengatasi krisis,” ungkapnya.
Manifesto tersebut berisi 12 prinsip dalam pembentukan Negara Islam. Dua di antaranya adalah akidah Islam harus menjadi dasar negara dan bentuk sistem pemerintahannya adalah Khilafah. “Jadi, pemerintahan itu bukan kerajaan, kekaisaran, republik, diktator atau federal,” tegasnya.
Bendera Khilafah Berkibar di Kedubes AS di Mesir
Sekitar 3.000 massa, sebagian besar para pemuda dari berbagai gerakan Islam, termasuk para fans sepak bola, berkumpul Kedubes AS tersebut. Mereka menurunkan bendera Stars and Stripes milik Amerika Serikat di Kedutaan Besar AS di Kairo dan menggantinya dengan bendera Khilafah Ar-Rayah (bendera hitam bertuliskan dua kalimat syahadat putih), Selasa, (11/9).
Ribuan massa yang kebanyakan para pemuda itu berkumpul di depan Kedubes AS sebagai protes atas film amatir yang dianggap menyinggung Nabi Muhammad saw. yang diproduksi oleh anggota ekspatriat dari penduduk minoritas Kristen Mesir di AS.
Puluhan orang memanjat dinding kedutaan dan salah satu dari mereka menurunkan bendera AS, dan menggantikannya dengan satu bendera hitam bertuliskan “La ilaha illalLah Muhammad RasululLah”. Massa juga menuliskan kalimah “La ilaha illalLah Muhammad RasululLah (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah)” di dinding kompleks kedutaan.
Setelah bendera AS diseret ke bawah, beberapa pengunjuk rasa merobeknya dan memperlihatkannya kepada kamera televisi. Yang lainnya membakar sisa robekan di depan gedung kedutaan. ”Setidaknya empat dari mereka memanjat dinding kedutaan dan menurunkan bendera Amerika,” kata seorang saksi seperti dikutip harian Telegraph.
Dua Kalimat Syahadat Berkibar di Atas Kedubes AS di Yaman
Ribuan pemuda Muslim di Yaman berbondong-bondong untuk menduduki Kedutaan Besar Amerika Serikat di Sana’a, Yaman, Kamis, (13/9). Selain meluapkan kemarahan, massa juga meninggikan panji Rasulullah di gedung Kedubes AS. Massa meneriakkan takbir dan membawa panji-panji Rasulullah saw. sebagai bukti kecintaan mereka terhadap beliau tercinta untuk membela kehormatan utusan Allah SWT tersebut.
Beberapa pengunjuk rasa menyerbu pintu gerbang kedutaan, mereka naik ke atas gedung dan meninggikan bendera Khilafah bertuliskan kalimah tauhid La ilaha illalLah Muhammad RasululLah.
Muslim Kuwait Serukan Usir Dubes Amerika
Gelombang aksi protes terhadap sebuah film buatan AS yang menghina Nabi Muhammad Saw. juga terjadi di Kuwait. Seperti di Mesir dan Yaman, kaum Muslim Kuwait menjawab seruan untuk aksi di depan Kedubes Amerika di Bayan, Kamis, (13/9) serta meninggikan panji Rasulullah saw. bertuliskan “La ilaha illalLah Muhammad RasululLah”.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang kekejian serta menolak seluruh isi film yang dibuan oleh para pembenci Islam di Amerika Serikat tersebut. Aparat keamanan ditempatkan di barikade di sekitar kedutaan untuk menjaga kerumunan mencapai gerbang kedutaan. “Rakyat ingin mengusir duta besar,” teriak massa, sambil membawa poster bertuliskan mengecam Amerika Serikat. [joy, dari berbagai sumber]