HTI

Opini (Al Waie)

Pemuda: Katalisator Perubahan

Mungkin diantara kita pernah mendengar slogan: ‘pemuda harapan bangsa’, ‘perubahan ada di pundak pemuda’, dan banyak predikat lain yang kemudian masyarakat sematkan kepada sosok pemuda. Itu karena pemuda memiliki nilai-nilai heroik dan semangat yang tinggi dalam menggerakkan perubahan.

Dalam perjalanan dakwah Rasulullah saw., pemuda sangat berkonstribusi besar bagi tumbuh kembangnya Islam. Saat Islam tersiar, banyak pemuda yang mengembannya dan memperjuangkannya. Saad bin Abi Waqqash masuk Islam saat berumur 17 tahun. Mush’ab bin Umair yang tersohor karena ketampanannya dan kemewahannya,  setelah masuk Islam pada usia 18 tahun, ia terkenal dengan kezuhudannya dan terlibat aktif dalam menegakkan panji-panji Islam semasa hidupnya sehingga ia syahid di medan Perang Uhud. Muhammad Al-Fatih, sang Penakluk Konstantinopel yang namanya selalu menjadi motivasi untuk menaklukkan kota Roma, adalah seorang pemuda visioner  yang memiliki semangat luar biasa. Hal itu terjadi karena keyakinan yang mendalam terhadap akidah Islam. Potret pemuda seperti inilah yang mendorong dan melejitkan dakwah Islam saat itu.

Hari ini pun pemuda memiliki peran yang  strategis dalam bernegara dan penyebaran dakwah Islam. Dengan potensi yang ia miliki, tentunya ia harus optimalkan untuk kebangkitan Islam kembali. Semangat yang mengegebu-gebu, sikap gigih, berani, bertanggung jawab, dan energi juang yang tinggi, merupakan potensi alami yang dimiliki setiap pemuda. Apalagi pemuda adalah sosok yang menjadi tumpuan masyarakat untuk memberikan perubahan. Potensi inilah yang kemudian harus mereka optimalkan bagi keberlangsungan dakwah Islam. Tentu, potensi-potensi ini harus dilandasi dengan akidah yang lurus pada Allah SWT dan konstribusi aktif dalam perjuangan dakwah Islam. Ikhlas dalam mengemban amanah, berstrategi dalam melakukan aktivitas  serta tujuannya hanya keridhaan Allah semata, bukan yang lain.

Pemuda seperti inilah yang sanggup memikul dakwah Islam dan siap menghadapi berbagai rintangan dakwah sebagai ujian keimanannya. Dengan bekal potensinya, pemuda harus terlibat dalam aktvitas politik untuk menegakkan kembali panji-panji Islam sebagai gerbong terwujudnya totalitas keimanan. Perhatian terhadap kondisi umat menjadi bagian integral dalam kehidupannya.

Hendaklah para pemuda berprinsip “InnalLaha ma’ana.” Rintangan dakwah hanyalah bumbu-bumbu pemanis perjuangan. Ada agenda besar yang harus dilakukan para pemuda untuk sebuah perubahan besar pada masa depan demi terwujudya tatanan negara yang didambakan yang mampu mengembalikan kemuliaan Islam seperti 14 abad silam. WalLahu a’la bi ash-shawab. [Rismayanti Nurjannah; Geger Kalong Bandung]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*