Ironis memang ketika tawuran di mana-mana sampai memakan korban nyawa, permasalahan remaja seakan tidak ada habisnya. Narkoba, pergaulan bebas, aborsi, tiap hari muncul kasus demi kasus di media masa. Sebenarnya, itu semua hanya fenomena gunung es, yang baru kelihatan puncaknya saja. Padahal masalah yang sebenaranya masih banyak lagi tersimpan tanpa terekspos media masa.
Yang muda yang berkarya dan yang muda yang beriman. Karya dan kemajuan yang seharusnya dimunculkan oleh kaum muda sehingga bisa menaklukkan dunia. Hidup hanya sekali. Sayang sekali kalau dilewatkan dengan tawuran memperebutkan hal yang tidak jelas. Namun, di tengah arus yang serba bebas, masih ada kaum muda yang bangga dengan identitas agamanya. Masih ada kaum muda yang bangga mempelajari keilmuannya. Kita bisa lihat di sekolah-sekolah banyak aktivitas yang bermanfaat. Aktivitas remaja paling bermanfaat bagi kemaslahatan dunia dan akhirat tidak lain adalah ROHIS (Kerohanian Siswa). Namun, di tengah semangat yang positif tersebut, ada segelintir orang yang tidak ridha dengan aktivitas tersebut. Mereka ramai-ramai menlabeli ROHIS sebagai sarang teroris. Padahal yang namanya teroris adalah penebar teror, kerusuhan dan ketidaktenangan.
Miris memang. Di tengah remaja ingin mengubah dirinya menjadi lebih baik malah dicap teroris. Kalau kita perhatikan, ROHIS merupakan wadah yang menampung kegiatan anak remaja yang ingin memperdalam akidahnya. Di sekolah, peserta didik hanya memperoleh pelajaran agama 2 jam dalam jangka 1 minggu maka dengan ROHIS diharapkan mereka menambah tsaqafah keislamannya dan menambah kegiatan yang positif.
Memang tidak adil, ketika ada sekelompok anak yang akan menggelar acara musik di sekolahnya didukung oleh berbagai pihak, sedangkan yang akan menggelar pengajian akbar dicurigai. Kemudian jika anak memilih untuk tidak menutup auratnya tidak akan meperoleh interograsi dari BP. Namun, yang menakai jilbab dan kerudung panjang akan diinterograsi mengapa harus berjibab. Inilah zaman kapitalis. Keadilan tidak bisa diharapkan lagi untuk kaum Muslim. Keadilan hanya bagi pengikut ide-ide kebebasan kapitalis.
Negeri berjuta menara ini memang masih mal-malu menunjukan eksistensi keislamannya, hanya karena takut dicap negeri sarang teroris. Maka dari itu, berbagai aktivitas pun akan disterilkan sehingga tidak bertentangan dengan negara tuannya, yaitu negara kapitalis. Hal itu telah sampai pada bidang pendidikan kita hingga ROHIS pun dikatakan pencetak kader teroris. Sudah saatnya kita bangkit, mewujudkan generasi cemerlang bukan generasi yang hobi tawuran. Sudah saatnya kita kembali pada Islam yang akan mencetak generasi mendatang menjadi kader-kader unggulaan umat. Sudah saatnya kita melepaskan diri dari ketakutan yang dibuat atau di skenario kaum kafir dengan berbagi ancaman dan tipudaya. Saatnya kembali pada Islam yang akan menyelamatakan kita dunia akhirat.
WalLahu a’la bi ash-shawab. [Nenden dewi Yuniawati SP; Kec. Cibatu Kab Garut]