Sesungguhnya menjelang terjadinya Kiamat ada fitnah-fitnah seperti sebagian malam yang gelap gulita.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadis ini Rasulullah mengingatkan kepada kita akan fitnah akhir zaman yang sangat berbahaya. kini, salah satu fitnah tersebut menerpa ROHIS (Kerohanian Islam). Beberapa waktu lalu diberitakan oleh salah satu televisi swasta bahwa “ROHIS Sarang Teroris”. Pemberitaan ini cukup membuat gempar para orangtua siswa yang khawatir putra-putrinya direkrut menjadi teroris. Bahkan sampai ada pihak sekolah yang membubarkan dan mengistirahatkan kegiatan ekskul ROHIS di sekolah.
ROHIS sarang teroris jelas hanyalah fitnah belaka. Bagaimana mungkin? Faktanya, ketika mereka bergabung di dalam ROHIS mereka tidak pernah mendapatkan pemahaman cara membuat peluru, mendisain senjata, mengangkat senjata apalagi sampai merakit bom. Yang mereka dapat hanyalah sebatas pemahaman keislaman tentang cara membaca al-Quran yang baik, hormat pada guru, taat pada orangtua, berakhlak yang mulia, dll. Jadi, sungguh “jauh panggang dari api” ketika ROHIS dikatakan sarang teroris.
Kalaupun ada salah satu dari alumni ROHIS yang terlibat dengan tindak terorisme, maka tidak bisa digeneralisasi bahwa Rohis menjadi sarang teroris karena pelakunya tak lebih dari hitungan jari. Sebagai analogi, jika seorang alumni universitas ternama di Indonesia menjadi tersangka koruptor, lalu apakah universitas tersebut langsung dicap dengan sarangnya koruptor? Tentu tidak. Nah, begitu juga dengan ROHIS. Seharusnya ROHIS lebih pantas disebut sebagai persemaian keshalihan.
Hidup pada akhir zaman yang serba sekuleristik ini, kita memang harus kritis dalam menyikapi isu-isu yang ada. Bila kita menoleh kebelakang maka akan didapati bahwa semua ini pasti ada kaitannya dengan mega proyek “War on Terorrism” yang sedang digalakkan oleh kafir Barat dan para antek-anteknya untuk membendung bangkitnya Islam. Kita tidak perlu takut dengan segala rintangan ini, karena semua ini merupakan sunnatullah sebuah perjuangan dalam menegakkan Islam. Rasul saw. pun telah memprediksi hal ini sebagaimana dalam sabdanya “Sesungguhnya di belakangmu nanti akan ada hari-hari penuh kesabaran. Sabar pada hari itu seperti halnya memegang bara api.” (HR Abu Dawud).
Oleh karena itu, tak ada kata mundur walau rintangan sedahsyat guntur. Tak ada kata menyerah untuk mendapatkan kenikmatan jannah. Sudah semestinya kita terus berjuang menggelorakan semangat dakwah, terus bergerak menginspirasi ummah, demi tegakkanya syariah dalam bingkai Daulah Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-Nubuwwah.
WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Ageng Budiansyah S.Pd.I; Guru SMPIT Insantama Bogor]