Tahun 2012 telah berlalu. Berbagai masalah yang multikompleks masih mendera umat. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dengan pemikiran yang cemerlang, berhasil memberikan jawaban mengapa tragedi demi tragedi masih terjadi pada umat Islam. Dalam kitab Nida‘ Har Syaikh Taqiyuddin menjelaskan, “Sesungguhnya umat Islam telah mengalami tragedi karena dua musibah. Pertama: penguasa mereka menjadi antek-antek kafir penjajah. Kedua: di tengah mereka diterapkan hukum yang tidak diturunkan oleh Allah, yaitu diterapkan sistem kufur.”
Tidak hanya merumuskan penyebabnya, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani juga memberikan solusi dari semua persoalan umat Islam sekarang ini dengan menerapkan syariah Islam secara total melalui thariqah negara (Ad-Dawlah al-Khilafah). Sebab, hanya dengan menegakkan Khilafahlah, dua musibah tersebut bisa dihilangkan. Sistem Khilafah tentu akan memberangus seluruh sistem kufur yang ada sekaligus akan melahirkan penguasa (Khalifah) yang hanya tunduk kepada Allah SWT serta bekerja untuk kepentingan Islam dan umat Islam.
Alhamdulillah, kesadaran umat untuk kembali pada Khilafah yang terus-menerus diserukan oleh Hizbut Tahrir—partai ideologis yang didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani—semakin meningkat dan meluas di seluruh dunia. Di Indonesia, yang secara historis sebenarnya tidak asing dengan Khilafah, seruan Khilafah semakin menggema.
Kesadaran umat ini tentu menjadi modal yang utama dan sangat vital dalam proses perubahan. Kesadaran inilah yang akan mendorong umat untuk melakukan mobilitas politik massif demi menuntut sistem Khilafah. Kesadaran umat ini akan menjadi sempurna ketika terdapat dukungan dari ahlul quwwah, pihak-pihak yang memiliki kekuatan nyata seperti militer. Dengan dukungan dari ahlul quwwah yang diperkuat dengan kesadaran masyarakat, tegaknya Khilafah tidak akan bisa dibendung lagi. Sebab, kesadaran umat dan dukungan ahlul quwwah menjadi kunci perubahan.
Kita tentu wajib optimis bahwa Khilafah akan kembali tegak di Dunia Islam, termasuk di Indonesia. Alasannya: Pertama, perjuangan menegakkan Khilafah adalah perjuangan yang didasarkan pada keimanan (akidah Islam) dan kewajiban menjalankan seluruh syariah Islam untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Inilah modal yang paling penting dalam perjuangan ini. Dasar akidah dan syariah ini memberikan kekuatan yang luar biasa dalam perjuangan, sekaligus membantah pandangan Khilafah adalah utopis. Mustahil Allah SWT mewajibkan penegakan Khilafah Islam, kalau kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan oleh kita.
Kedua, kita optimis bahwa Khilafah akan tegak, umat Islam akan kembali menang, karena sudah merupakan janji Allah SWT dan Rasul-Nya (Lihat: QS an-Nur [24] ayat 55.
Rasulullah saw. dalam banyak hadis juga menjanjikan hal yang sama: kemenangan kepada umat Islam dan akan kembalinya Khilafah Islam. Di antaranya hadis riwayat Imam Ahmad yang menjelaskan fase perjalanan umat Islam mulai dari masa nubuwah, khilafah ‘ala minhaj an–Nubuwwah, mulkan ‘adhdhan, mulkan jabriyan, dan kemudian kembalinya masa Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Semua ini tentu lebih dari cukup memberikan optimisme bagi kita dalam perjuangan. Siapa yang meragukan janji Allah SWT dan Rasul-Nya?
Ketiga, kita optimis karena adanya kelompok yang ikhlas berjuang karena Allah semata, yang beriman pada janji Allah dan membenarkan berita gembira Rasulullah saw. serta berjuang siang-malam tanpa gentar karena Allah terhadap celaan orang yang suka mencela kebenaran. Dalam hal ini, Hizbut Tahrir merupakan kelompok yang dengan serius dan bersungguh-sungguh memperjuangkan kembalinya Khilafah Islam. Berbagai tantangan dan ancaman pun dihadapi oleh Hizbut Tahrir sebagai kelompok ideologis; mulai dari celaan, tuduhan, fitnah, boikot ekonomi, siksaan fisik di penjara-penjara penguasa yang zalim sampai pembunuhan. Semua itu tidak membuat para syabab Hizbut Tahrir gentar, takut, atau menghentikan perjuangannya.
Para penguasa zalim yang menjadi antek penjajah dan menyiksa rakyatnya sendiri mengira dengan kekuasaannya mereka bisa menghentikan Hizbut Tahrir. Atas kehendak Allah SWT, para penguasa zalim yang menyiksa dan membunuh syabab Hizbut Tahrir selama ini justru bertumbangan satu demi satu seperti Zainal Abidin bin Ali (Tunisia), Khadafi (Libya), Husni Mubarak (Mesir). Menyusul berikutnya adalah penjagal dari Uzbekistan Karimov, penguasa kejam rezim Assad di Suriah, para penguasa Arab lainya hingga penguasa Pakistan seperti Zardari dan Gillani yang menjadi boneka Amerika.
Keempat, optimisme ini juga didukung dengan semakin menguatnya kesadaran umat untuk berjuang bersama-sama menegakkan Khilafah. Semua ini merupakan hasil dari dakwah yang tak kenal lelah, bukan hasil dari berdiam diri.
Apa yang terjadi di Suriah mencerminkan kondisi ini. Para Mujahidin bergandengan tangan, bersatu membulatkan tekad untuk menumbangkan rezim Bashar Assad dan mengembalikan Khilafah Islamiyah di Suriah. Mereka juga bertekad menolak tawaran sistem demokrasi dan campur tangan Amerika melalui koalisi oposisi Suriah yang berada dalam kendali Amerika. Semua ini tidak bisa dilepaskan dari peran syabab Hizbut Tahrir di sana, bersama kelompok umat Islam lainnya.
Kesadaran yang sama akan meluas di berbagai kawasan Timur Tengah. Upaya Amerika yang berupaya membajak pergolakan rakyat dalam Arab Spring tidak berjalan mulus. Tawaran demokrasi yang berbalut Islam mengarah pada kegagalan. Meskipun negara imperialis itu memanfaatkan agen-agen Amerika yang menampakkan ‘topeng’ Islam dan memiliki latar belakang gerakan Islam. Rakyat Tunisia dan Mesir, misalnya, mulai kehilangan kesabaran. Pasca reformasi, kemiskinan dan pengangguran di tengah rakyat masih tinggi.
Insya Allah, Dunia Islam akan segera memasuki era Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah dalam waktu dekat ini. Umat pada saatnya akan dengan tegas menolak demokrasi, pluralisme, liberalisme dan ide-ide sesat lainnya yang merupakan ideologi penjajah, apapaun kemasannya.
Akan tiba saatnya umat tidak memiliki pilihan lain saat itu kecuali mendukung tegaknya syariah dan Khilafah dengan memberikan kepercayaan mereka sepenuhnya kepada kelompok dakwah yang dengan serius selama ini memperjuangkannya. Saat itulah tegaknya Khilafah sudah di depan mata. Lalu ‘istilam al-hukmi’ (transformasi kekuasaan) menuju Khilafah akan terjadi ketika ahlul quwwah memberikan dukungan penuh yang didasarkan pada keimanan. Insya Allah akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Tentu, semua itu tidak terjadi dengan sendirinya kalau tidak ada yang memperjuangkannya. Karena itu, tidak boleh ada yang diam atau sekadar menjadi penonton. Yang diminta dari kita adalah kesungguhan dalam perjuangan tanpa mengenal lelah yang diperkuat oleh kesabaran dan keikhlasan. Kedekatan para pejuangan kepada Allah SWT juga menjadi kunci pertolongan Allah SWT. [Farid Wadjdi]
Ass. . . . . .
Saya sangat mendukung dengan adanya Khilafah, saya jadi tidak sabar. Mudah mudahan berjalan pada tahun ini. Amiiin
Syukran Wassalam. . .