Intelijen AS: Rezim Assad Menghitung Hari
Komunitas intelijen AS mengatakan bahwa kekuatan militer Suriah telah menurun. Sebagaimana dilansir oleh www.worldtribune.com (13/3), komunitas intelijen AS menilai bahwa rezim Presiden Bashar Assad telah kehilangan aset militer dan keamanan di tengah peperangan yang terjadi. Komunitas itu juga melihat adanya perluasan operasi para pejuang Suriah. Hal ini disampaikan oleh James Clapper, Direktur Intelijen Nasional, yang memberi kesaksian di depan Komite Intelijen Senat pada tanggal 12 Maret.
Menurut dia, “Kelompok oposisi mendapatkan kekuatan, mendapatkan banyak wilayah.” Dia juga mengatakan, “Pada saat yang sama, rezim mengalami kekurangan tenaga kerja dan logistik.”
Dalam kesaksian kepada Komite Intelijen Senat pada tanggal 12 Maret itu, Clapper, yang mengepalai komunitas intelijen, mengatakan rezim Assad mendapat tekanan yang meningkat di tengah meningkatnya perlawanan. Dia mengatakan militer Suriah tidak dapat menghentikan kemajuan kelompok pejuang dengan sistem konvensional dan mungkin menggunakan senjata kimia.
Clapper mengatakan para pejuang memperoleh kekuatan di daerah pedesaan timur dan utara Suriah. Ia mencontohkan Provinsi Idlib di sepanjang perbatasan dengan Turki, yang bisa berubah menjadi basis permanen bagi operasi. “Hampir dua tahun setelah terjadi kerusuhan di Suriah, kami menilai bahwa kemampuan rezim Suriah melemah dengan cepat,” kata Clapper.
Kemunafikan Kongres AS Dalam Serangan Drone
Partai Republik dan Demokrat, para anggota DPR dari Komite Kehakiman, di Washington, telah menyatakan keprihatinan mereka atas serangan-serangan pesawat drone yang diluncurkan oleh Amerika Serikat atas orang-orang yang memiliki kewarganegaraan AS. Laporan “White Paper” yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman AS dan Kongres memunculkan masalah ini. Disebutkan ada memo rahasia yang memberikan kewenangan kepada Presiden AS untuk membunuh orang-orang Amerika yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan AS.
Othman Bakhash, Direktur Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, dalam keterangan persnya (3/3) mempertanyakan sikap munafik Amerika. Mereka menyoal tentang kematian warga negara Amerika, namun bagaimana dengan penargetan langsung atas warga sipil tak bersenjata yang dilakukan oleh militer AS di Afganistan dan Irak? Bagaimana dengan penghancuran rumah-rumah mereka dan penghancuran negara mereka dengan senjata dan amunisi yang bisa membinasakan pohon dan batu? Bagaimana dengan tokoh-tokoh Islam dan para ulama yang telah dibunuh oleh geng-geng yang terorganisir Amerika yang khusus membunuh orang-orang di negara-negara Muslim dan Suriah? Bagaimana dengan ribuan kaum Muslim yang dibunuh dengan dukungan tersembunyi dan publik Amerika di Suriah, Palestina, Kashmir, Chechnya, dan lain-lain? Apakah tumpahnya darah mereka tidak ada artinya sama sekali?!
“Pertumpahan darah dari peradaban koboi gaya Amerika, yang memunculkan slogan palsu atas kebebasan, dengan citra Patung Liberty di tepi New York yang tidak bisa mengklaim bahwa bukan mereka yang melakukan pertumpahan darah itu,” tegasnya.
Yahudi Karimov Memperbarui Perangnya Terhadap Allah dan Hizbut Tahrir
Musuh Allah Karimov si penjagal dan pembunuh, kaki tangannya, Shabiha-nya, dinas intelijennya, penjaranya, para hakim dan penuntut umum, memperbarui perangnya terhadap Allah dan terhadap syabab Hizbut Tahrir. Ruang sidang pengadilan-pengadilan Uzbekistan hari demi hari merupakan tempat Karimov mendeklarasikan perangnya terhadap Allah SWT dengan menghukum para wali Allah. Muhammad Amin Wedilshod dan syabab Hizbut Tahrir lainnya di Andijan telah dijatuhi hukuman. Mereka semuanya berjuang untuk menerapkan hukum Allah atas hamba-hamba-Nya di bumi-Nya.
Pengadilan-pengadilan ini diadakan setelah jangka panjang penyiksaan, kebengisan dan kebrutalan yang dihadapi syabab di ruang investigasi agar mereka berlepas diri dari pemikirannya dan keluar dari Hizbut Tahrir. Pada akhirnya mereka diminta untuk menyimpang dari perjuangan bersama Hizbut Tahrir melanjutkan kembali kehidupan islami. Namun, semua tindakan itu tidak berguna sedikit pun di hadapan ketegaran dan keteguhan syabab. Mereka tetap teguh dalam berpegang pada agama dan bertekad untuk terus melangkahkan kaki dalam apa yang telah mereka janjikan kepada Allah SWT.
Di ruang sidang pengadilan dengan suasananya yang mengerikan, syabab Hizbut Tahrir bersikap bagaikan singa di dalam kebenaran, tidak takut di jalan Allah kepada celaan para pencela. Syabab di depan hakim dan penuntut umum, dengan penuh keberanian mendeklarasikan bahwa pemikiran dan metode Hizbut Tahrir adalah benar. Mereka juga menegaskan tidak akan melepaskan diri dari Hizbut Tahrir dan berjuang bersamanya untuk menegakkan Khilafah ar-Rasyidah. Sebab, sistem apapun selain sistem pemerintahan Islam, Khilafah, adalah thaghut dan kufur. Bahkan mereka menantang hakim dan penuntut umum dan menuduhnya mengabdi kepada sistem kufur. Mereka memperingatkan para hakim dan penuntut umum bahwa kondisi ini tidak akan lama; kemenangan dan tegaknya kembali Khilafah sudah di depan mata. Allahu Akbar.
Ulama Saudi Serukan ‘Fatwa Bersama’ Melawan Assad
Seorang Ulama Saudi yang berpengaruh pada hari Senin menyerukan para ulama Muslim untuk mengeluarkan fatwa bersama untuk melawan Presiden Suriah Bashar Assad. Menurut PBB, rezim Assad telah menewaskan lebih dari 70.000 orang sejak meletusnya perlawanan dua tahun. Sheikh Ayed al-Qarni mengatakan kepada Al-Arabiya bahwa Dewan Ulama Senior Arab Saudi dan Al-Azhar di Mesir harus mengutuk Assad dan pemerintahannya, sambil menambahkan bahwa pembunuhan atas Presiden Suriah adalah dibenarkan.
Situs Arabiya.net (12/3) melansir pernyataan Qarni menyusul pengumuman terbaru oleh Mufti Suriah Ahmad Hassoun Bedreddine bahwa merupakan “kewajiban agama” bagi umat Islam untuk mendukung Assad.
Syaikh Saudi itu mengatakan bahwa tindakan rezim Suriah telah bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, sambil menambahkan bahwa pemerintah Assad telah melakukan kejahatan terhadap kaum perempuan dan negara warga sipil yang tidak bersenjata. “Itu sebabnya, rakyat Suriah harus melawan rezim ini. Para pemuda Suriah harus mengangkat senjata melawan rezim ini,” katanya kepada Al-Arabiya.
Al-Qarni juga berbicara tentang kunjungannya ke Kamp al-Zaatari di Yordania dan ia mendengar “praktik” yang dilakukan oleh rezim ini. “Para pengungsi Suriah di kamp-kamp mengatakan bahwa para petinggi tentara Suriah memaksa mereka untuk berlutut di hadapan foto Bashar Assad dan menghina Tuhan.”
HT Peringatkan Bahaya Pemerintahan Transisi Suriah
Wahai Warga Syam: Amerika Menyiapkan Pemerintahan Transisi Beracun, Maka Jangan Anda Terima di Negeri Anda, Amerika Juga Meningkatkan Pembantaiannya agar Anda Menerima Pemerintahan Transisi, Maka Balaslah Tipudaya Mereka dan Tolonglah Allah Niscaya Allah Menolong Anda dan Meneguhkan Kedudukan Anda.
Demikian peringatan Hizbut Tahrir (HT) kepada rakyat Suriah dalam nasyrah yang dikeluarkan 1 Jumadil Ula 1434 H (13 Maet 2013 M). Dalam nasyrah-nya HT menjelaskan bahwa Amerika pada tanggal 13/3/2013 melalui Menlunya, John Kery, menuntut oposisi agar berdialog dengan diktator Bashar untuk membentuk pemerintahan transisi!
Amerika bekerja keras dan serius membentuk pemerintahan transisi dari boneka-bonekanya di luar negeri dan di dalam rezim, dengan fatwa bahwa tangan mereka tidak berlumuran darah, namun hanya kecipratan darah saja! Hal itu agar pemerintahan transisi menghasilkan republik sekular seperti sedia kala “disertai sentuhan baru” sesuai tuntutan keadaan! Mereka berkumpul di Kairo dan di Istanbul secara rahasia dan terbuka lalu berdiskusi dan menunda
Lebih lanjut dijelaskan, Amerika paham, masalahnya bukan masalah pembentukan pemerintahan transisi. Tidak sulit bagi Amerika mengumpulkan boneka-bonekanya yang bisa memenuhi “bejana” pemerintahan. Namun, masalahnya bagaimana agar mereka bisa berdiri di atas kakinya di Bumi Syam, atau agar mereka diterima di Bumi Syam. Amerika paham bahwa orang-orang revolusioner di dalam negeri adalah Muslim yang memiliki emosi, baik yang pemikirannya mendalam dan cemerlang atau yang dangkal. Warga Syam melihat boneka-boneka Amerika di luar negeri dan mendengar mereka menyerukan negara sipil republik sekular. Padahal sistem inilah yang menghasilkan “Bashar” dan yang lainnya. Lalu bagaimana mereka akan bisa menerima kelompok orang yang menyerukan sistem itu? Masyarakat telah merasakan banyak kepahitan dari rezim-rezim diktator ini. Rezim-rezim ini telah membuat kehidupan mereka diliputi “kegelapan” bertumpuk-tumpuk. Sungguh masyarakat menginginkan Islam yang terpancar dari akidah mereka. Dengan itulah mereka akan meraih kebahagiaan dan kemuliaan.
“Wahai orang-orang revolusioner di bumi Syam: Di depan Anda tidak ada jalan ketiga. Jika Anda berjanji untuk menolong Allah dan Anda bersumpah di hadapan Allah SWT untuk tetap teguh di atas kebenaran yang agung, maka Anda akan bahagia di dunia dan akhirat. Negara-negara imperialis kafir akan kalah dan antek-antek pengkhianat akan terkubur. Darah suci yang ditumpahkan dan pengorbanan agung yang dicurahkan akan menyebut Anda dengan kebaikan… Adapun jika Anda tidak melakukannya dan Anda terima boneka Amerika, pemerintahan transisi yang akan membentuk negara republik sekular sipil demokrasi, maka darah-darah Anda akan mengadukan Anda kepada Penciptanya…” tegas Hizbut Tahrir dalam nasyrohnya.
[Joko Prasetyo, dari berbagai sumber].