Kurikulum pendidikan segera dirombak. Dalam kurikulum baru, siswa tidak perlu lagi membawa banyak buku karena kurikulum menggunakan konsep tematik integratif. Direktur Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Ditjen Dikdas Kemendikbud mengatakan, perubahan ini melihat kondisi yang ada selama beberapa tahun ini. KTSP yang memberikan keleluasaan kepada guru untuk membuat kurikulum secara mandiri di masing-masing sekolah ternyata tak berjalan mulus. “Tidak semua guru memiliki dan dibekali profesionalisme untuk membuat kurikulum. Yang terjadi, jadinya hanya mengadopsi saja.” (Kompas.com, 29 Nov 2012).
Beratnya beban kurikulum pendidikan sudah lama dikeluhkan. Kurikulum yang berat ini karena adanya pemaksaan berbagai ilmu yang belum dibutuhkan, antara lain dengan alasan mengikuti perkembangan dunia internasional. Sudah tentu jika alasannya seperti ini akan banyak tsaqafah asing yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di negeri ini.
Lebih parahnya, pelajaran agama tidak menjadi sentral dalam pelajaran. Jangan dipikir bahwa dengan mempelajari Islam atau pendidikan sesuai syariah Islam akan membuat kita bodoh teknologi. Sejarah membuktikan, bahwa kaum Muslim adalah orang-orang yang pertama pandai atau melek teknologi/sains. Sebelum orang-orang kafir Barat, banyak ilmuwan Islam yang menjadi penemu dalam hal sains dan teknologi.
Sudah saatnya “stop liberalisasi” dengan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, memberikan penyadaran kepada masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi yang terjadi. Tujuannya adalah agar mereka sadar terjadinya penjajahan melalui liberalisasi pendidikan yang merupakan bagian dari imperialisme Barat (metode baku dalam penyebarluasan sekularisme).
Kedua, memberikan kritik atas tindakan Pemerintah yang tega menjadi komprador asing dalam liberalisasi pendidikan ini. Tujuannya agar Pemerintah berhenti menjadi agen penjajah serta kembali berpihak pada kepentingan umat.
Ketiga, menjelaskan kepada umat bahwa ideologi yang benar adalah ideologi Islam agar umat tidak percaya lagi kepada ideologi Kapitalisme.
Tujuan utama pendidikan Islam haruslah untuk mengenal Allah, mencintai-Nya serta mematuhi semua perintah dan larangan-Nya. Tujuan itu dapat terwujud hanya jika murid memiliki keyakinan hanya Islamlah jalan hidupnya dan mengamalkan prinsip-prinsip Islam dalam semua aspek kehidupannya.
Tujuan itu tidak akan pernah tercapai jika sekulerisme masih menjadi asasnya. Jadi, untuk menghasilkan generasi terbaik yang mampu menjawab tantangan zaman, agama adalah pondasinya. Selama sistem pendidikan yang kurikulumnya masih sekular, tidak akan lahir generasi unggulan yang diharapkan. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Henny (Ummu Ghiyas Faris); Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Jakarta]