HTI

Lintas Dunia (Al Waie)

Lintas Dunia [Mei 2013]

Nasib Muslim  Sri Lanka tanpa Khilafah

Tekanan dan pelecehan terhadap kaum Muslim di Sri Lanka, yang mayoritas penduduk-nya beragama Budha, meningkat sejak dua bulan lalu pasca provokasi anti-Muslim oleh para biksu Budha.

Biksu Budha menyerukan memboikot semua bisnis yang dimiliki oleh kaum Muslim, termasuk yang menjadi sasarannya adalah semua yang berbau Islam; seperti perempuan Muslim yang mengenakan hijab.

Bulan lalu telah dilancarkan beberapa serangan di Kota Kolombo. Ada empat perempuan Muslim yang sedang berjalan, lalu mereka dihadang beberapa orang laki-laki, dan meminta mereka agar melepaskan pakaiannya dengan menggunakan kata-kata kasar dan sarat penghinaan, sebagaimana mereka diminta untuk meninggalkan negara itu.

Dalam sebuah kejadian yang lain, seorang sopir bus menolak memberikan tiket kepada seorang wanita Muslim yang mengenakan jilbab kecuali melepas jilbabnya. Ketika ia menolak untuk melepas jilbabnya, maka ia dipaksa untuk turun, dan disuruh menunggu bus yang lain.

Bahkan dengan diliput oleh media resmi dan televisi Sri Lanka, para biksu Budha menyerang toko pakaian yang dimiliki oleh kaum Muslim. Mereka melempari toko yang memiliki pakaian di “Fashion Bug”, yang populer di kalangan rakyat Sri Lanka. Mereka juga melakukan penghinaan kepada kaum Muslim, pemilik toko, serta menye-rang wartawan yang ingin meliput insiden itu.

Sebuah kelompok islamis yang tidak mau menyebutkan namanya karena takut pembalasan terhadap mereka telah mendokumentasikan sekitar 33 serangan terhadap kaum Muslim sejak September 2011, yang meliputi lima serangan baru-baru ini terhadap tempat-tempat ibadah kaum Muslim, serta serangan terhadap perusahaan dan toko-toko milik kaum Muslim. Selain menyerang merek “Halal”, biksu pun mendesak pemerintah untuk mengeluarkan undang-undang yang melarang wanita Muslim mengenakan hijab.[]

Dokumen Rahasia Ungkap Amerika Musuh Revolusi Suriah

Situs Wikileaks membocorkan dokumen pada Januari lalu yang mengungkapkan dukungan Amerika berupa pendanaan terhadap rezim Bashar al-Assad senilai lima miliar dolar untuk menghadapi oposisi. Sebab, Amerika takut akan alternatif—ketika jatuhnya Assad—yaitu keberhasilan kelompok islamis menduduki tampuk kekuasaan.

Dokumen ini mengungkapkan cara Presiden Amerika, Barack Obama, memperlakukan tragedi Suriah dengan melakukan pengkhianatan dan konspirasi besar untuk menggagalkan revolusi Suriah. Diam-diam Amerika mendukung rezim Assad. Amerika tidak memberlakukan sanksi pada Suriah. Ia juga melakukan penekanan terhadap negara-negara Teluk untuk mencegah mereka dari mempersenjatai oposisi Suriah. []

Mayoritas Rakyat Pakistan Dukung Syariah Islam Dibanding Demokrasi

Sekitar 71 persen responden jajak pendapat yang baru-baru ini dilakukan di Pakistan mendapatkan bahwa responden lebih hukum Islam dibandingkan demokrasi  menjelang Pemilu mendatang.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh British Council antara tanggal 11 hingga 14 Maret 2013, berdasarkan pada wawancara dengan 5.271 orang dewasa Pakistan dan hasil dirilis pada tanggal 3 April 2013 lalu.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa sebanyak 94   persen orang Pakistan percaya bahwa pemerintah mereka sedang bergerak ke arah yang salah dalam hal politik dan hanya 6 persen yang mendukung orientasi politik Islamabad.

Hasil jajak pendapat dengan jelas membuktikan antusiasme masyarakat Pakistan terhadap hukum syariah Islam yang mereka sukai dibandingkan demokrasi.

Dari hasil survei itu diketahui juga bahwa hampir 40% dari pemuda Pakistan lebih memilih syariah sebagai sistem politik negara. Hasil survei juga menunjukkan bahwa masa depan Pakistan terletak pada Islam, dan bukan pada demokrasi. []

Lagi, NATO Bunuh 11 Anak Afganistan

Tentara penjajah NATO pimpinan Amerika kembali menunjukkan kekejamannya terhadap umat Islam. Sebelas anak tewas dalam serangan udara Nato di Afganistan timur, kata sejumlah pejabat dan saksi.

Sebagaimana berita yang dilansir BBC Online (8/04), warga desa dan sejumlah pejabat mengatakan kepada BBC bahwa para korban berada di rumah mereka ketika terbunuh. Foto-foto yang dikirim dari lokasi pada kantor-kantor berita internasional menunjukkan mayat anak-anak dikelilingi warga desa.

Semua ini menunjukkan peradaban demokrasi keji Barat yang mengatasnamakan perang  melawan terorisme membunuh rakyat sipil, termasuk anak-anak. Peradaban sampah ini harus dicampakkan umat Islam ke tong sampah dan diganti dengan Khilafah Islam yang akan secara serius melindungi umat Islam. []

Kerusuhan Meikhtila, Saat Muslim Dibantai

Seorang Pendeta Budha mencengkeram tangan gadis Muslim dan menaruh pisau di lehernya. “Kalau Anda mengikuti kami, saya bunuh dia,” kata pendeta tersebut mengancam polisi.

Berdasarkan keterangan saksi mata, massa dari pihak Budha yang dipersenjatai dengan pedang dan parang mengejar 100 Muslim di kota di Myanmar tengah.

Kamis (21/3) itu, hanya dalam beberapa jam, terdapat 25 Muslim dibunuh. Pendeta Budha menyeret tubuh mereka yang penuh darah di sebuah bukit di tetangga, disebut Mingalarzay Yone. Mereka menyusun mayat-mayat itu di api. Beberapa tampak sudah disembelih.

Juru kamera Reuters melihat mayat tersebut, termasuk jenazah dua anak berusia sekitar sepuluh tahun atau lebih muda. Pembantaian itu diamini oleh coretan-coretan cat di sekitar Meikhtila. Bahkan terdapat satu grafiti di tembok bertajuk ‘Pemusnahan Muslim’.

Dalam empat hari, setidaknya 43 orang tewas di Meikhtila. Terletak 80 mil di utara ibukota provinsi, Naypytaw. Sedikitnya 13 ribu warga Muslim mengungsi dari rumah dan usaha mereka.[]

Bank Sperma Inggris, Rusak Nasab 6000 Anak

Sebanyak 500 donor sperma diyakini telah melahirkan 6.000 orang anak dan tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Para pendonor sperma itu yang tentu saja seorang laki-laki dirahasiakan identitasnya. Satu orang pendonor sperma diperkirakan menjadi ayah dari rata-rata 10 anak, sementara 15 donor di antaranya memiliki lebih dari 20 anak.

Data ini memuat anak-anak yang lahir sebelum tahun 2005, yang ketika itu memang dalam aturannya dilarang membocorkan identitas pendonor sperma. Sekarang, peraturan ini telah diubah, namun “sperma-sperma” itu terlanjur melahirkan ribuan anak yang tidak tahu siapa ayahnya. “Para donor yang disebut ‘super-dads’ tersebut memberikan satu-satunya harapan kepada pasangan tidak subur,” kata Human Fertilization and Embryology Authority (HFEA), semacam otoritas yang menaungi pendonor sperma di Inggris, seperti dilansir DailyMail, Senin (8/4/2013).

Saat ini di Inggris diperkirakan 2.000 anak lahir pertahunnya berkat bantuan donor; baik sperma, sel telur, maupun embrio.  [Joko Prasetyo, dari berbagai sumber].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*