Tidak kurang dari seratus ribu kaum Muslim memadati Stadion Gelora Bung Karno. Mereka memekikkan kalimat kerinduan yang sama terhadap tegakknya syariah dalam bingkai Khilafah. “We need khilafah! We need Khilafah!…” pekik mereka menggetarkan stadion sepak bola terbesar se-Indonesia tersebut, Ahad (2/6) di Senayan, Jakarta.
Selain orasi para pembicara, alunan nasyid berpadu musik dengan iringan teatrikal dan kibaran Bendera ar-Raya dan al-Liwa menambah semangat perjuangan menuju sebuah perubahan besar dunia. Peserta muktamar yang berdatangan dari Jakarta, Jawa Barat, Banten dan perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia tersebut bersatu dalam satu perasaan yang sama.
“Saya sempat terharu dan menitikkan air mata ketika melihat ratusan ribu umat Islam berkumpul dan menyuarakan hal yang sama, yaitu penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Eni Gustina dari Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan.
Selain Eni Gustina hadir pula tokoh-tokoh nasional, di antaranya adalah mantan Menpora Adyaksa Dault; Ketua Taruna Muslim Indonesia Alfian Tanjung; Ketua PERTI Amin Lubis; Ketua DPP Al-Ittihad Fikri Bareno; Ketua PUI dan ICMI Iing Solihin; Presiden DP Syarikat Islam Indonesia; Ketua Laskar Anti Utang Pejuang 45 Muh. Hasbi Ibrohim; Ketua Majelis Syuro DPP FPI Habib Muhsin Ahmad Al-Attas dan Ketua Umum Syarikat Islam Jauhari Syamsuddin. Tampak pula, mantan anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Permadi; Ketua Muslim Brotherhood Prof. Mujsbi; Pengamat Pemerintahan Dalam Negeri Yosmardin; Kesbangpol Mendagri Zainal Ahmad; Wakil Pangdam Jaya Kol. Khoiru Musthofa; Pakar Kristologi Irena Handono dan Ketua Dewan Pakar PP Aisyiyah Nurdiati Akma.
Dalam acara puncak yang digelar secara estafet sejak 5 Mei di 31 kota besar se-Indonesia tersebut, selain menampilkan pembicara dari dalam negeri, hadir pula perwakilan luar negeri memberikan testimoninya.
Khilafah Solusinya
Perubahan hakiki kini menjadi harapan umat. Menurut Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto, perubahan tanpa arah yang benar tidak akan pernah melahirkan kebaikan yang hakiki. Perubahan yang salah arah pasti mendatangkan nestapa. Perubahan yang benar akan membawa kebaikan, keadilan, kedamaian, kesejahteraan dan keridhaan Allah. Perubahan hakiki adalah perubahan menuju al-haq, perubahan menuju Islam, perubahan menuju syariah dan Khilafah. “Kita ingin menegaskan, yang ada di tempat ini, yang juga di luar sana menginginkan tegaknya Khilafah,” tegasnya saat membuka puncak Muktamar Khilafah.
Pembicara selanjutnya, Direktur Kantor Media Pusat (CMO) Hizbut Tahrir Utsman Bakhash, menyeru panglima militer Indonesia dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya untuk mendukung Hizbut Tahrir dalam menegakkan Khilafah. “Para panglima militer di negeri kaum Muslim, mari berjuang bersama Hizbut Tahrir menuju Khilafah Islamiyah!” pekiknya dalam bahasa Arab.
Kemudian, satu-persatu pembicara tamu dari luar negeri naik podium, yakni Ahmad al-Qashash (Libanon); Abdul Mu’min (Yaman); Mahmud Kar (Turki); Taji Mustafa (Inggris); Abu Saifullah Ahmad (India); Okay Pala (Belanda); Abdul Hakim (Malaysia); Syarif Zayid (Mesir); Al-Araby Karabaka (Tunisia); Saad Jagranvi (Pakistan); Abdullah M (Australia) dan Hisyam Al-Baba (Suriah).
Mereka menyampaikan testimoni tentang perjuangan Hizbut Tahrir di negerinya masing-masing dalam menyadarkan umat akan kewajiban menegakkan Khilafah.
Hadir pula salah seorang guru besar Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Syaikh Hasan Al-Janayani. Beliau mengkritik penguasa zalim yang tidak mau menegakkan Khilafah. “Wahai penguasa! Kalian tidak mempunyai hujjah di hadapan Allah jika kalian tidak menyambut seruan penegakan Khilafah!” tegasnya.
Dalam kesempatan yang penuh berkah itu, ia pun memaparkan pengalamannya dalam mencari kebenaran yang cukup panjang. Sejak belajar di Universitas Al-Azhar hingga mengajar di kampus yang sama serta berkunjung ke berbagai ulama di berbagai penjuru dunia untuk mencari jalan keselamatan. Pada akhirnya, suatu saat, ia menghadiri seminar Tsuma Takunu Khilafah ala Minhaj an-Nubuwwah di Mesir, di negerinya sendiri.
Setelah mendengarkan penjelasan tentang kewajiban menegakkan Khilafah yang disampaikan para ulama Hizbut Tahrir dalam acara itu, ia pun berkesimpulan. “Inilah jalan yang akan membawa kebaikan, pada kebahagiaanku, kemudian aku berjuang bersama Hizbut Tahrir,” ungkapnya kemudian disambut takbir peserta.
Ia pun menyeru umat Islam yang tidak mengetahui jalan. Ia mengatakan, inilah jalan yang benar; jalan yang digariskan Rasulullah saw.
Bahaya Demokrasi
Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPP HTI Farid Wadjdi menyampaikan bahaya penerapan sistem kufur demokrasi. Menurut Farid, liberalisme (kebebasan) merupakan pilar dari sistem demokrasi. Pilar ini mengandung setidaknya empat bahaya yang merupakan konsekuensi dari kedaulatan di tangan manusia. Pertama: Kebebasan beragama (freedom of religion). “Ide ini sangat membahayakan umat karena merusak akidah Islam,” ungkapnya. Berdasarkan prinsip ini, lanjut Farid, agama menjadi seolah menjadi permainan; menyuburkan aliran sesat. Murtad atau keluar dari agama Islam dianggap hal yang lumrah.
Kedua: Kebebasan berpendapat (freedom of speech). Dalam demokrasi, setiap individu berhak mengembangkan pendapat atau ide apapun tanpa tolok ukur halal-haram. “Semuanya atas nama kebebasan berpendapat. Riba, salah satunya bunga bank, yang jelas-jelas diharamkan Allah SWT, dilegalkan dalam demokrasi,” tegasnya.
Ketiga: Kebebasan kepemilikan (freedom of ownership). Kebebasan ini, lanjut Farid, memberikan hak kepada siapapun yang memiliki modal untuk memiliki dan mengembangkan harta dengan cara apapun tanpa peduli halal dan haram.
Ia pun menyebutkan, dengan kekuatan modal ini mereka membolehkan memiliki apa saja meskipun sesungguhnya itu merupakan milik umum (milkiyah ‘amah)/milik rakyat seperti air, listrik, atau tambang-tambang yang jumlahnya melimpah. Atas dasar kebebasan kepemilikan inilah, kekayaan alam negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia dijarah dan dirampok. Perampokan ini dikemas dengan istilah-istilah manis yang menipu seperti kebebasan perdagangan, pasar bebas, investasi asing, privatisasi, bantuan luar negeri dan lain-lain.
“Tidak kalah bahayanya adalah kebebasan bertingkah laku (personal freedom),” ungkapnya menyebut bahaya keempat.
Atas dasar ide ini, mereka mengajari umat Islam untuk tidak terikat dengan aturan Allah SWT. Alasannya, manusia berhak menentukan apa yang baik untuk dirinya sendiri, berdasarkan kebebasan. Mereka lalu menyebarluaskan pornografi, membela dan memuji seks bebas tanpa ikatan pernikahan, bahkan memaksa umat Islam untuk melegalkan homoseksual dan lesbianisme. “Lagi-lagi alasannya adalah kebebasan. Akibat ide ini, tidak sedikit generasi muda Islam yang terjerumus dalam kemaksiatan!” pungkasnya.
Karena itu, Ketua Lajnah Faaliyah DPP HTI Muhammad Rahmat Kurnia menyebutkan empat arah perubahan yang harus dicapai dalam menegakkan Khilafah. “Perubahan yang kita tuju harus mencakup empat perubahan besar dan mendasar,” ungkapnya.
Pertama: perubahan dari kedaulatan di tangan rakyat menjadi kedaulatan di tangan syariah (as-siyâdah li asy-syar’i). Tegasnya, ubah seluruh sistem hukum Jahiliah menjadi hukum syariah Islam. “Hukum itu hanyalah milik Allah!” pekiknya sambil menyitir al-Quran Surat Yusuf ayat 40.
Kedua: perubahan dari kekuasaan di tangan pemilik modal menjadi kekuasaan di tangan umat (as-sulthânu lil ummah). “Artinya, pemimpin hanyalah yang dipilih oleh umat untuk menerapkan syariah,” beber Rahmat.
Ketiga: menjadikan hak tabanni atau adopsi hukum berada di tangan Khalifah (kepala Negara Islam/Khilafah). Dalam perkara-perkara individual, hukum diserahkan kepada hasil ijtihad para mujtahid. Perbedaan pendapat dijamin. Namun, dalam masalah sistem (sosial, politik, ekonomi) Khalifah mengambil salah satu pendapat terkuat di antara pendapat para mujtahid yang telah digali dari sumber-sumber hukum Islam. “Hukum Islam yang diadopsi oleh Khalifah inilah yang berlaku di tengah masyarakat,” tegasnya.
Keempat: menyatukan kaum Muslim dengan mengangkat hanya satu orang khalifah untuk seluruh dunia. Dengan demikian, umat Islam benar-benar menjadi umat yang satu (ummah wâhidah).
“Inilah empat arah perubahan hakiki yang kita tuju, yang juga adalah empat pilar Khilafah. Oleh karena itu, hadirin yang berbahagia rahimakumullâh, arah perubahan yang kita maui itu sejatinya perubahan bagi tegaknya kembali Khilafah,” pekiknya yang kemudian disambut takbir hadirin.
Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib, pembicara terakhir, pada akhirnya meminta peserta Muktamar Khilafah menjadi penolong bagi tegaknya Khilafah. “Jadilah penolong bagi tegaknya Khilafah!” pekiknya.
Rokhmat menyatakan Khilafah merupakan satu-satunya sistem pemerintahan dalam Islam. Sistem pemerintahan inilah yang wajib ditegakkan oleh seluruh umat Islam. Namun, tidak mungkin kaum Muslim berjuang sendiri-sendiri. “Maka dari itu,” beliau menyeru, “bergabunglah bersama Hizbut Tahrir!” Seruan itu kemudian disambut takbir peserta.
Rokhmat menyebutkan, sejak dididirkan al-‘آlim al-‘Allamah al-Syaikh Taqiyuddin al-Nabhani, Hizbut Tahrir telah menjadikan penegakkan Khilafah sebagai al-qadhiyyah al-mashîriyyah li al-muslimîn, perkara utama yang menyangkut hidup mati bagi kaum Muslim.
Untuk merealisasikan tujuannya, Hizbut Tahrir—yang kini dipimpin al-‘Alim al-Jalîl ‘Atha` Abu Rasytah—berjuang di tengah umat dan bersama umat. Pembinaan intensif untuk menggembleng kader-kadernya, upaya membangun opini umum dan kesadaran tentang Islam terus dilakukan Hizbut Tahrir. “Di samping juga terus mencari nushrah dari kalangan ahl al-quwwah, orang-orang yang memiliki kekuatan riil untuk mengambil-alih kekuasaan,” bebernya.
Berbagai rintangan, hambatan dan ganggungan memang dihadapi oleh Hizbut Tahrir. Namun, semua itu tidak membuat Hizbut Tahrir gentar, berpaling atau mundur. “Sebaliknya, Hizbut Tahrir terus maju, hingga Allah SWT memberikan kemenangan dan pertologan-Nya dengan tegaknya Khilafah,” pungkasnya.
Akhirnya, muktamar ditutup dengan muhasabah dan doa oleh KH Hafidz Abdurrahman. Kontan, air mata puluhan ribu peserta yang sudah meleleh berkali-kali kembali tertumpah ketika mengaminkan doa yang dibacakan oleh Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI tersebut. “Wahai Zat Yang mengabulkan doa orang yang terpaksa, ketika memohon kepada-Nya, dengan rahmat-Mu kami meminta, cukupkanlah kami dengan pertolongan-Mu yang mengokohkan dengan tegaknya Khilafah Rasyidah kedua, berdasarkan manhaj Kenabian, segera, segera, segera, bukan ditangguhkan, pada zaman kita dan melalui tangan kita…” Amin. [] Joe Lian/Joy