Saat ini banyak negara yang berperadaban rendah dan memiliki budaya teramat rusak. Salah satunya peradaban Barat yang senantiasa menggaungkan bahwa peradabannyalah peradaban yang paling maju. Ia pun secara masif mempropagandakan budaya liberalnya ke tengah-tengah kaum Muslim. Secara perlahan kaum Muslim pun mengikuti budaya mereka. Alhasil, terbentuklah kepribadian-kepribadian rusak di tubuh kaum Muslim. Di satu sisi, ibadah ritualnya senantiasa dijalankan, tetapi di sisi lain kebebasan dalam berbagai aspek semakin ditonjolkan; seperti kebebasan dalam aspek pergaulan, berpakaian, berperilaku, berpolitik, bertransaksi, dsb.
Rasulullah saw. bersabda “Pasti kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal-demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Bahkan jika mereka itu masuk ke lubang biawak, pasti kalian pun akan mengikut mereka.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi?” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sungguh terasa miris ketika kita melihat dan merasakan rusaknya realitas kehidupan kaum Muslim saat ini. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi ketika umat meyakini Allah bukan hanya sebagai Pencipta, melainkan juga sebagai Pengatur. Umat harus meyakini Islam sebagai sebuah mabda’ (ideologi) yang memiliki aturan holistik yang mampu memecahkan problematika kehidupan manusia. Umat pun harus memiliki pemimpin dan institusi pemerintahan yang mampu menjaga akidah umat dan melawan peradaban Barat tersebut.
Dengan demikian umat pun harus dipahamkan tentang bagaimana sejatinya peradaban Islam yang luhur. Proses memahamkan inilah yang kemudian kita kenal dengan dakwah. Dakwah yang kita pahami adalah sebuah ajakan kepada umat manusia dan bukan sebagai sebuah ejekan, sebuah binaan dan bukan hinaan, proses mengajar dan bukan menghajar.
Allah SWT pun meminta kepada kita untuk menyeru manusia ke jalan-Nya dengan hikmah dan pelajaran yang baik (QS an-Nahl [16]: 125. Di sinilah pentingnya peran da’i untuk memahamkan umat bahwa Islam adalah sebuah mabda’ yang benar dan mabda’ selain Islam adalah mabda’ yang rusak. Pada akhirnya, umatlah yang kemudian akan menyebarluaskan dan memegang teguh mabda’ ini hingga penjaga yang dinantikan akan datang kembali, yakni tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Khilafahlah yang kemudian akan menjadi perisai umat dan yang akan menghantam serta meruntuhkan peradaban Barat yang sudah melahirkan budaya liberal yang bobrok.
WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Rismayanti Nurjannah; Mahasiswa Bahasa & Sastra Indonesia UPI Bandung]