Buah dakwah intelektual berupa pemikian di tengah umat yang diamalkan secara istiqamah semakin menunjukkan hasilnya. Peneliti dari Barat sampai mengatakan bahwa meskipun pada awalnya para anggota Hizbut Tahrir ditertawakan ketika menyerukan Khilafah, sekarang Khilafah telah menjadi tuntutan yang populer di jalan-jalan negeri Muslim. Bahkan peneliti Barat lainnya mengkritik pernyataan Francis Fukuyama dalam The End of History yang mengklaim berakhirnya sejarah dengan Kapitalisme sebagai pemenang lantaran terkuaknya kerusakan Kapitalisme.
Di seputar itulah perbincangan redaksi al-waie dengan Direktur Kantor Penerangan Pusat Hizbut Tahrir, Osman Bakhach. Berikut kutipan selengkapnya.
Apa peran nyata Hizbut Tahrir di tengah umat?
Hizbut Tahrir (HT) memimpin umat dalam upaya melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan Khilafah, melalui metodologi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., yaitu dakwah intelektual di kalangan umat dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan pemahaman dienul Islam. Pada saat yang sama HT juga terlibat dalam perjuangan politik menentang para pemimpin korup yang ditempatkan dan didukung oleh kekuasaan kolonial.
Setelah 60 tahun berdakwah, apa target yang telah dicapai Hizbut Tahrir?
Prasyarat utama untuk pembentukan Khilafah bagi umat adalah dengan mengadopsi masalah ini. Meskipun HT dimulai di Jerusalem pada tahun 1953, HT dengan cepat menyebar ke negara-negara tetangga seperti Yordania, Suriah, Lebanon, Irak dan Turki. Dakwah juga terus berlangsung dan menyebar ke Mesir Libya, Tunisia, Sudan dan Yaman. Bahkan pada tahun 1990-an Hizbut Tahrir mendapat basis yang kokoh di Asia Tengah, Pakistan dan Indonesia. Jadi, cukup berarti bahwa partai ini telah berhasil mewujudkan kesatuan intelektual umat melalui kerja dakwah.
Hal ini sangat penting karena berarti umat siap untuk menerima Khilafah. Zeino Baran, seorang cedekiawan dari Nixon Center mengatakan bahwa meskipun pada awalnya para anggota Hizbut Tahrir ditertawakan ketika menyerukan Khilafah, sekarang Khilafah telah menjadi tuntutan yang populer di jalan-jalan negeri Muslim.
Berbeda dengan partai-partai Islam/gerakan-geakan Islam lain yang memberikan solusi yang parsial dan dangkal bagi umat, peristiwa-peristiwa yang terjadi baru-baru ini telah menegaskan bahwa metodologi yang ditempuh HT adalah benar.
Perbaikan tambal-sulam parsial atas rezim politik yang korup bukanlah sebuah solusi. Solusi yang benar hanyalah menggantinya secara total seperti yang dimandatkan Islam, yakni dengan menegakkan Khilafah.
Bagaimana prospek perjuangan menegakkan Khilafah pada masa depan?
Masa depan adalah milik Allah SWT. Kami tidak dalam posisi untuk meramalkan hal ini. Kita dituntut mematuhi bimbingan Ilahi untuk melakukan yang terbaik dari kemampuan dan kapasitas kita dengan penuh dedikasi dan ketulusan.
Ketika Nabi saw. pergi ke Thaif, beliau tidak tahu faraj/nushrah akan datang dari orang-orang Madinah. Jadi, kita harus memiliki iman yang penuh atas janji Allah bahwa dien ini akan menang.
Namun, kita juga melihat tanda-tanda dan indikasi yang jelas dari hari ke hari dari momentum yang berkembang bagi pendirian Khilafah. Di satu sisi permusuhan dan agresi terang-terangan yang dilakukan oleh kekuasaan kolonial—baik oleh Barat maupun Rusia dan Cina—terungkap di tengah umat. Namun, berbagai krisis yang dihadapi oleh peradaban sekular Barat telah membuktikan kegagalan sistem itu sebagai model bagi umat manusia.
Di sisi lain, rezim politik yang dipaksakan berkuasa oleh kekuatan-kekuatan kolonial telah kehilangan semua kredibilitasnya dan hampir tidak bisa berdiri di kakinya sendiri. Revolusi Arab yang baru-baru ini terjadi telah menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan brutal dan mukhabarat, meskipun sepenuhnya didukung oleh kekuatan-kekuatan Barat, tidak lagi mampu untuk menghentikan umat yang berbaris untuk mendirikan kembali Khilafah.
Saya yakin kita sekarang berada dalam saat-saat terakhir dari kegelapan tatanan geopolitik kolonial ini sebelum terbitnya fajar terang Khilafah.
Bila melihat politik global yang terjadi baru-baru ini, Anda optimis Khilafah segera tegak?
Dalam bidang intelektual /ideologi, kita melihat bahwa runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 telah membuka panggung global bagi kebangkitan Islam sebagai alternatif terhadap Kapitalisme yang buruk dan bangkrut.
Ya, Fukuyama, pada tahun 1991 dengan terburu-buru mengumumkan dalam The End of History bahwa sejarah telah berakhir dengan Kapitalisme sebagai pemenang. Namun, peristiwa-peristiwa mutakhir membuktikan bahwa pernyataan itu adalah prematur.
Fukuyama sendiri mengaku pada bulan Oktober 2008 setelah krisis keuangan, model Amerika telah gagal baik sebagai model ekonomi maupun sebagai visi politik liberal. Pada saat yang sama Perang Salib baru yang diluncurkan oleh George Walker Bush di Afganistan pada tahun 2001 telah membangkitkan kesadaran umat tentang wajah jelek imperialisme yang dilakukan oleh orang-orang Amerika. Ini jauh lebih buruk daripada imperialisme yang dilakukan oleh orang-orang Eropa sebelumnya.
Meletusnya Revolusi Arab datang sebagai ekspresi alami umat Islam yang marah dan frustrasi terhadap tatanan geopolitik Barat. Pada saat dunia sedang melihat dan mendengar seruan yang keras untuk pendirian Khilafah dari Jakarta hingga Asia Tengah, Istanbul ke Kairo hingga Tunisia dan revolusi heroik di Suriah, para pemimpin dunia tahu betul jam terus berdetak hingga berdirinya Khilafah. []