Dengan alasan melanggar Foreign Incursion Act (UU yang melarang siapapun untuk pergi ke luar negeri dan terlibat dalam konflik apapun), pemerintah Australia menangkapi warganya yang kembali dari jihad di Syria baru-baru ini. Lalu mengapa Hizbut Tahrir Australia memprotes penangkapan itu?
Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan al-waie Riza Aulia dengan Juru Bicara HT Australia Uthman Badr, PhD. Berikut petikannya.
Mengapa HT mengecam penangkapan kaum Muslim yang kembali dari jihad di Syria?
Kami mengecam karena itu adalah kebijakan yang menindas, tidak adil. Apapun yang Anda lakukan di Syria, apakah mendukung rezim atau tidak, jika ada orang yang ingin mengorbankan tenaga, waktu dan jiwa mereka dan membela orang-orang yang ditindas dan mereka dicegah melakukan hal ini, maka ini adalah hal yang aneh.
Karena itu kami mengecam hal ini. Ini adalah kebijakan standar ganda karena UU yang dipakai untuk menghentikan kaum Muslim tidak dipakai untuk konflik lain pada masa lalu. UU ini pun mengecualikan orang Yahudi, Israel dan contoh-contoh lain. Karena itu kami mengecam kebijakan ini.
Apakah ada ayat dalam konstitusi atau UU yang memang melarang orang Australia untuk terlibat dalam peperangan seperti itu?
Ada beberapa, contohnya yang utama adalah Foreign Incursion Act (UU Serangan Luar Negeri), yang melarang siapapun untuk pergi ke luar negeri dan terlibat dalam konflik apapun. Namun, hal ini mengecualikan Anda untuk ikut training dengan tentara dari negara yang sah. Jika ikut berperang di Syria, hal ini bisa dianggap ikut pemberontakan. Sebenarnya yang mereka (jihadis) lakukan tidaklah ilegal, namun UU itu yang disalahgunakan. UU ini disalahgunakan karena merupakan bagian dari peperangan untuk melawan Islam, dan karena itulah kami tentang.
Sebagai warga Australia, bukankah mereka harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh pemerintah Australia. Maksudnya, mereka seharusnya memang tidak ikut berjihad di Syria?
Masalahnya adalah UU itu sendiri. Kami tidak menyuruh orang untuk mengabaikan UU. Masalahnya, mereka memang memerangi rezim fasis (di Syria), paling tidak dari ukuran dari negara yang mereka klaim sebagai demokrasi modern. Mereka mengklaim boleh melakukan kritik terbuka.
Namun, yang kami temukan adalah Foreign Incursion Act ini telah dibawa sebelum itu, ada embargo terhadap rezim, dan bahwa berperang bersama pihak ‘pemberontak’ adalah salah; bahwa mereka menggunakan KUHP yang menganggap sebagai bagian kelompok teroris, padahal menurut UU itu sendiri tuduhan-tuduhan yang disampaikan itu tidak cukup.
Jadi intinya adalah penyalahgunaan UU ini oleh Pemerintah karena mereka ingin menghentikan orang-orang Australia untuk berjihad. Kritik kami adalah tentang UU itu dan bagaimana UU ini disalahgunakan oleh Pemerintah.
Apakah Pemerintah mendengar kritik Anda?
Ya, mereka mendengarnya, khususnya Jaksa Agung. Kami mengatakan ada standar gandar terhadap UU ini. Mengapa menggunakan UU ini sekarang? Jika orang membaca UU ini pada masa lalu siapapun yang ikut berjihad di Afganistan tahun 1980 adalah hal yang ilegal, namun pemerintah Australia membiarkannya; siapun yang ikut berperang di Lybia adalah hal yang ilegal, namun pemerintah Australia juga membiarkannya.
Jadi, masalahnya bukan tentang UU, namun tentang penyalahgunaan UU ini, kapan mereka mau membiarkannya atau melarang-nya. Mereka bersembunyi di belakang UU. Mereka melarang warga Australia untuk ikut berperang padahal pemerintah sendiri mengirim tentaranya ke Afganistan untuk menekan penduduk. Pesan ini telah sampai ke rakyat dan media dan kaum Muslim. Namun, perlu proses panjang untuk menekan hal ini.
Apa yang sebenarnya terjadi di belakang isu Islamofobia, khususnya di Australia?
Media, kebijakan dan para pemimpin politik, terutama partai sayap kanan, yang terencana dan terstruktur melakukan demonisasi (menjelek-jelekan) Islam. Banyak Muslim melakukan serangan balik untuk meluruskan, namun non-Muslim—yang merupakan mayoritas—tidak terpengaruh dengan pelurusan tersebut.
Sebuah riset di Amerika menyebutkan penyebab islamofobia bukanlah tindakan terhadap kaum Muslim. Penyebab yang sebenarnya adalah propaganda menentang Islam.
Bukanlah memang hal yang wajar jika mereka mengkampanyekan islamofobia karena mereka memang membenci Islam?
Tergantung. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka membenci kaum Muslim? Kita dapat mengetahui politik liberal, ekonomi dan negara yang mengemban ideologi sekular yang memang menentang Islam sehingga terjadi bentrokan.
Seseorang memang tidak lahir dengan membawa kebencian terhadap orang lain. Yang membuat dia membenci kaum Muslim adalah karena propaganda. Juga pada abad pertenga-han, orang Barat ketika itu memang tidak lahir dengan membawa kebencian. Namun, di gereja-gereja ketika itu sering dikampanyekan serangan terhadap Islam dan Nabi saw.
Jadi, propaganda dari media dan para politisi meningkatkan opini di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya, mereka melihat kaum Muslim sebagai ancaman, kaum terbelakang sehingga mereka terbentuk dan punya opini seperti itu. []