Paat ini umat Islam terpuruk di segala bidang, tak terkecuali di bidang sains dan teknologi. Kaum Muslim seolah ditakdirkan hanya menjadi user (pengguna) dan Barat menjadi pelopor. Saat ini sains dan teknologi dikuasai oleh Barat, misalnya teknologi komputer. Siapa penemu komputer? Siapa penggagas internet? Siapa pembuat google? Siapa yang menciptakan Microsoft? Tentu kita akan sepakat semuanya dibuat oleh orang Barat. Namun, benarkah semua itu takdir? Benarkah kaum Muslim ditakdirkan tidak secerdas kaum Barat? Tentu tidak. Sejarah mencatat, Islam pernah menguasai sains dan teknologi pada masa Khilafah yang menerapkan Islam secara total.
Ya. Islam pernah memimpin dunia dan memimpin di semua bidang, termasuk sains dan teknologi. Contoh kecil: Siapa penemu angka 0? Seorang ilmuwan matematika Islam bernama Al-Khawarizmi. Kita tahu komputer takkan bisa bekerja tanpa angka 0 dan 1. Kemajuan teknologi saat ini jelas tak terlepas dari jasa para ilmuwan Islam. Barat hanyalah melanjutkan apa yang pernah dicapai oleh umat Islam.
Lalu bagaimana agar umat Islam bisa mengejar ketertinggalan di bidang sains dan teknologi? Melalui pendidikan. Masalahnya, bagaimana mungkin umat Islam akan mampu memajukan sains dan teknologi, sementara pendidikan mahal dan sekolah pun hanya sampai pada bisa hitung-baca. Saat ini pendidikan hanya menghasilkan para pencari kerja untuk membantu para kapitalis. Mereka yang mempunyai kecerdasan hanya dimanfaatkan untuk menjadi “pembantu”. Jika pendidikannya saja sudah amburadul, bagaimana mungkin akan dihasilkan para ilmuwan yang memberikan potensi kecerdasannya untuk Islam.
Saat ini, dunia dikungkung oleh ideologi dan sistem kapitalis, tak terkecuali negeri-negeri Muslim. Padahal ideologi Islam harus diemban oleh negara, bukan hanya oleh individu. Bagaimana mungkin negara akan menerapkan pendidikan Islam sedangkan negaranya sendiri sekular. Karena itu, solusi tuntasnya adalah dengan menerapkan Islam sebagai ideologi secara kaffah dalam institusi Khilafah Rasyidah. Khilafah inilah yang hanya akan mendorong kemajuan sains dan teknologi sekaligus. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Oksa A. Putra; Dosen STMIK DCC Oku Timur, Sumatera Selatan]