HTI

Muslimah

Menanamkan Adab Pada Anak

Apa yang ada dalam benak kita ketika mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, sopan dan santun perilakunya, hormat dan patuh kepada orangtuanya, pandangannya tidak liar, wajahnya berseri-seri? Tentu, anak seperti ini membuat senang siapa saja yang melihat dan berjumpa dengan dia. Pasti kita yakin  bahwa ia  adalah anak yang terdidik dengan baik dan mendapat bimbingan adab yang baik serta akhlak yang mulia.  Pastinya, setiap orangtua  menginginkan anak yang demikian; anak-anak yang menjadi penyejuk hati orang-orang dekatnya, terutama orangtuanya.

Anak adalah anugerah Allah SWT, tempat kita meneruskan cita-cita dan garis keturunan. Anak juga merupakan amanah paling berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik agar menjadi penyejuk hati.  Oleh karena itu, anak-anak harus mendapat perhatian seksama agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berkualitas prima. Mereka harus menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam yang tangguh; yang selalu menjaga sikap dan perilakunya dengan baik. Dengan begitu mereka siap terjun dalam kancah kehidupan dengan membawa Islam dalam setiap langkah-langkahnya. Dengan itu pula mereka mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang mereka hadapi, baik persoalan pribadinya maupun persoalan umat secara keseluruhan.

Kewajiban Menanamkan Adab

Banyak ulama telah membahas makna adab dalam pandangan Islam. Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (HR Ibnu Majah).

KH Asy’ari membuka karya tulisnya, Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, dengan mengutip sabda Rasulullah saw.,”Hak seorang anak atas orangtuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik.”

Adab: Bagian dari Hukum Syariah

Penanaman adab dan sopan-santun pada anak merupakan hal yang sangat penting dalam Islam karena merupakan bagian dari hukum syara.  Adab dan sopan-santun merupakan bagian dari akhlak Islam yang diperintahkan Rasulullah saw. Setiap Muslim wajib menghiasi dirinya dengan akhlak mulia,  baik dalam beribadah, bermuamalah dengan orang lain maupun dalam perilaku yang sifatnya pribadi sekalipun. Sebaliknya, syariah telah melarang kaum Muslim memiliki akhlak tercela. Abdullah bin Umar ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Mutaffaq ‘alaih).

Islam memerintahkan orangtua untuk menanamkan  adab dan sopan santun kepada anak sejak dini, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Jika anak telah mencapai usia enam tahun, hendaklah ia diajari adab dan sopan-santun.” (HR Ibnu Hibban).

Beliau pun bersabda:

يَا غُلاَمُ سَمِّ الله، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

Wahai anak, sebutlah nama Allah,  makanlah dengan tangan kananmu dan  makanlah yang ada di hadapanmu (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ibnu Sunni meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Nabi Muhammad saw. pernah melihat seseorang bersama anaknya.  Nabi saw. kemudian bertanya kepada anak tersebut,  “Siapa ini?” Lalu ia menjawab, “Ayahku.” Kemudian Nabi saw. bersabda, “Kamu jangan berjalan di depan dia, jangan melakukan perbuatan yang dapat membuat dia mengumpat kamu karena marah, jangan duduk sebelum ia duduk, dan jangan memanggil dengan menggunakan namanya.”

Cara Menanamkan Adab pada Anak

Perhatian besar terhadap adab dan sopan-santun ini memang merupakan suatu keharusan.  Penanaman adab dan sikap-sopan santun sejak dini kepada anak-anak kita akan memunculkan akal pikiran yang efektif. Akal pikiran yang efektif akan melahirkan kebiasaan, perangai dan perilaku yang baik, lalu akan melahirkan amal shalih, dan dari amal shalih ini akan diperoleh keridhaan Allah.  Berikut kiat-kiat untuk menanamkan adab yang baik dan sopan-santun pada anak:

1.         Tanamkanlah akidah yang kuat pada anak.

Akidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib tunduk dan patuh pada ketetapan-Nya.  Hanya Allah Yang patut diimani dan ditaati.   Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan dalam diri seseorang untuk berlaku sopan dan menghiasi diri dengan adab yang baik tersebut semata-mata karena Allah SWT. Sikap ini juga akan memberi  pijakan dasar  manakala ia terancam oleh lingkungan yang kurang baik.

2.         Tanamkan pemahaman bahwa adab dan sopan-santun merupakan bagian dari akhlak terpuji, yang merupakan bagian dari hukum syariah. 

Dengan itu tertanam dalam diri anak, bahwa ketika ia menghiasi dirinya dengan adab dan sopan-santun, maka perilakunya bernilai pahala dan amal shalih. Dari amal shalih ini akan diperoleh keridhaan Allah SWT.

3.         Ajarkanlah keteladanan Rasulullah saw. dalam memelihara adab dan sopan-santun.

Contohkanlah keteladanan Nabi Muhammad saw. baik terhadap dirinya, seperti makan dengan tangan kanan dan tidak berdiri, cara berpakaian dan sebagainya.  Demikian pula adab  terhadap orang lain, seperti berkata-kata baik dan lemah-lembut, tidak kasar, tidak menyela atau memotong pembicaraan orang lain, menghormati orangtua dan orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih kecil, mendahulukan yang lebih tua dan sebagainya.

4.         Berilah keteladanan kepada anak dari orangtua dan orang-orang terdekat

Upaya menanamkan sikap sopan-santun hendaknya dimulai dari orangtua sendiri dengan menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Bila Anda kerap bersikap tidak sopan terhadap anak atau orang lain, maka anak Anda tidak akan pernah memahami nilai-nilai sopan-santun itu. Anak akan meniru kebiasaan berbicara lingkungannya. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua dan seluruh penghuni rumah menjaga sikap dan lisannya. Keteladanan juga akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak sehingga anak akan lebih mudah menemukan pola kebiasaan berperilaku dan berbicara yang baik.

5.         Biasakanlah mengucapkan kalimat thayyibah.

Dengan kebiasaan ini, anak tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata-kata kotor dan sia-sia. Di antara kalimat thayyibah yang biasa diajarkan, misalnya, kalimat bismillah untuk memulai setiap perbuatan baik; astaghfirullah bila anak melakukan kesalahan; subhanallah bila melihat pemandangan yang bagus; masya Allah jika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan; inna lillahi jika menda-patkan musibah; dan sebagainya. Selain kalimat thayyibah, biasakanlah sejak kecil anak mengungkapkan kata-kata sopan dalam berin-teraksi—dengan  memberi contoh yang baik—misalnya,  menggunakan kata “tolong” saat meminta bantuan anak kita, “terima kasih” atau jazaakallah saat dia sudah membantu kita, atau “maaf” saat kita  berbuat salah kepada dia

6.         Jauhkan anak dari lingkungan yang buruk.

Tidak adanya penerapan sistem Islam dalam kehidupan saat ini memang memaksa keluarga Muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk adab yang baik dan kebiasaan bersopan santun, di luar rumah belum tentu. Padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan ‘dunia luar’ untuk belajar dan bersosialisasi. Oleh karena itu orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak kita bermain. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan berperilaku dan berbicara buruk. Berikanlah penjelasan yang bijak kepada anak sehingga anak tidak protes mengapa harus memilih teman.

7.         Selektiflah orangtua dalam memilihkan program tayangan media untuk anak.

Jangan biarkan anak-anak menonton film orang dewasa, apalagi adegan kekerasan dan sikap tidak sopan atau kasar serta sering melontarkan kata-kata kasar. Sebaliknya, berikan tontonan edukatif yang merangsang anak melakukan kebiasaan  yang baik. Jika ternyata si anak kedapatan mendengar kata-kata kotor atau melihat adegan kekerasan dari media, tugas orangtua adalah menjelaskan hakikat perilaku dan kata-kata kotor tersebut dan mengajaknya untuk menjauhinya.

8.         Bijaklah dalam memberi peringatan atau nasihat.

Bila anak berperilaku atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariah, orangtua berkewajiban menasihati dia dan memberikan penjelasan dengan tepat,  terutama bagi anak yang sudah mulai besar. Ini penting untuk memunculkan sikap bersalah karena sudah melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Diharapkan anak tidak mengulangi-nya di lain waktu.

9.         Ciptakanlah lingkungan sekitar rumah yang selalu menjaga sikap dan perilakunya.

Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan  buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya. Amar makruf nahi mungkar kepada tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja, harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariah Islam.

WalLahu a’lam bi ash-shawwab. [Nida Saadah]

One comment

  1. thanks yea…
    sangat membantu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*