HTI

Cover (Al Waie)

Pengantar [DEMOKRASI SISTEM GAGAL]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, tahun 2014 ini oleh sebagian pejabat, politisi dan pengamat dianggap sebagai ‘tahun politik’ semata-mata karena pada tahun ini negeri ini kembali menyelenggarakan Pemilu.  Penyebutan ‘tahun politik’ menyiratkan setidaknya dua hal. Pertama: Politik dalam sistem demokrasi sekular lebih didominasi oleh rebutan kekuasaan di pentas Pemilu, baik sekadar untuk menjadi wakil rakyat di pusat dan daerah ataupun menjadi presiden dan wakil presiden, yang memang diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Kebetulan, setelah lima tahun lalu, Pemilu dan Pilpres diselenggarakan kembali pada tahun 2014 ini, tepatnya tanggal 9 April.

Kedua: Karena dalam sistem demokrasi politik lebih kental bernuansa rebutan kekuasaan, politik dalam arti yang sebenarnya—yakni bagaimana mengurus urusan rakyat—justru terabaikan. Pasalnya, dalam dua tahun pertama dipastikan para wakil rakyat dan penguasa akan berusaha mengembalikan modal politik yang amat besar—rata-rata miliaran, puluhan bahkan ratusan miliar untuk sebagai capres dan cawapres—terutama untuk kampanye Pemilu. Karena gaji yang ‘tak seberapa’ tak akan bisa membuat balik modal, mengkorupsi uang rakyat menjadi satu-satunya cara yang paling efektif dan efisien. Berikutnya, dalam dua tahun terakhir masa jabatan, para wakil rakyat dan penguasa itu telah mulai sibuk kembali mempersiapkan diri untuk ‘rebutan kekuasaan’ lagi atau mempertahankan kursi kekuasaannya. Lalu kapan rakyat diurus, padahal mereka dipilih oleh rakyat justru untuk mengurus rakyat? Entahlah. Yang pasti, di alam demokrasi di negeri ini, rakyat faktanya tambah sengsara dan menderita karena harga-harga makin mahal, daya beli makin menurun, biaya kesehatan dan pendidikan makin tak terjangkau, lapangan kerja makin sempit, dst. Singkatnya, rakyat tetap miskin, tetap susah dan tetap tak pernah hidup sejahtera. Yang sejahtera justru wakil-wakil mereka DPR maupun di pemerintahan.

Bagaimanapun, itulah sedikit potret demokrasi yang sesungguhnya; sebuah sistem yang nyata-nyata gagal mengurus rakyat. Pertanyaannya: Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa akar penyebabnya? Bagaimana pula solusinya menurut Islam?

Itulah di antara sejumlah pertanyaan yang akan di jawab dalam tema utama al-wa’ie kali ini, selain tema-tema lain yang aktual dan penting untuk dikaji oleh pembaca.

Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

 

One comment

  1. Muhammad Hauzan

    Gak mungkin setiap calon presiden akan memajukan indonesia! Lha wong biaya kampanye aja dari pengusaha…. Ya kesimpulannya penguasa negara adalah boneka para pengusaha yang tidak memikirkan orang miskin! Inilah kapitalisme!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*