Rezim Boneka Amerika Perkosa Muslimah Irak
Badan Keamanan Rezim Maliki menculik, menyiksa, memperkosa dan membunuh ribuan Muslimah Irak. “Banyak di antara mereka ditahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tanpa diadili karena dituduh melakukan tindakan terorisme yang dilakukan oleh suami atau saudara mereka,” ungkap laporan terbaru Human Right Watch (HRW) yang dilansir BBC, Al Jazeera serta media lain, Kamis (6/2).
Dalam laporan yang berjudul, “Tak Seorang pun Aman (Penganiayaan Perempuan Irak di Sistem Pengadilan Kriminal),” HRW mendokumentasikan penganiayaan seperti: dipukul; ditendang; ditampar; digantung dengan kaki di atas; dipukul kakinya; disetrum dengan listrik; diperkosa atau diancam akan diperkosa oleh anggota keamanan selama masa interogasi.
Beberapa perempuan menggambarkan bahwa mereka dilecehkan di hadapan suami mereka, saudara laki-laki dan anak mereka. Studi ini juga menemukan bahwa sebagian besar tahanan perempuan tidak punya akses terhadap pengacara dan mereka dipaksa untuk menandatangani pengakuan palsu.
Salah satu tahanan menyatakan bahwa setelah selama 9 hari dipukuli, disetrum dan digantung terbalik menjadikan dia cacat permanen. Dia bilang bahwa pihak keamanan memaksa dia untuk mengakui tindakan terorisme dengan mengancam untuk memperkosa anak perempuannya.
Tujuh bulan setelah berbicara kepada HRW, dia dibunuh meskipun keputusan Pengadilan telah membebaskan dia dari berbagai tuduhan. Pegawai keamanan yang telah menyiksa dia belum diadili sehingga membuktikan bahwa pegawai keamanan telah diberi ijin untuk menganiaya tanpa bisa disentuh hukum. []
Abu Shadiq, Pejuang Khilafah (insya Allah) Syahid
Hizbut Tahrir Suriah menyatakan selamat kepada aktivis HT Suriah Hasan Shaadiq asy-Syawn (Abu Shadiq) yang berpulang ke rahmatulLah saat berjuang melawan rezim thaghut Bashar Assad.
“Selamat, wahai Abu Shadiq, engkau telah membenarkan Rabb-mu, mengangkat panji Nabi-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Sesungguhnya kami memohon kepada Allah SWT agar menguntungkan perniagaanmu (Allah meridhai dan menerima pengorbanannya, pen.),” ungkap Juru Bicara HT Suriah Hisyam Albaba dalam pers rilisnya, Sabtu (8/2).
Menurut Hisyam, Abu Shadiq dengan ikhlas mengemban dakwah bi idznilLah. Sungguh ia telah menghabiskan waktunya dengan kesungguhan dan keikhlasan untuk mewujudkan proyek besar umat ini, Khilaafah ar-Rasyidah; meninggikan panji Rasulullah, satu-satunya panji al-‘uqab, tidak ada panji selainnya.
“Kami berjanji kepada Anda dan kepada orang-orang yang Anda cintai yang telah mendahului Anda untuk mengikuti jejak langkah Anda dengan panji-panji menjulang tinggi yang telah Anda angkat agar sampai pada Dar al-Khilaafah, yang di bawahnya kami akan mengulurkan tangan-tangan kami untuk membaiat Khalifah kaum Muslimin dan akan kami katakan, ‘Inilah tangan Abu Shadiq yang membaiat (Khalifah) bersama kami,’” tulis Hisyam.
“Semoga Allah merahmati Anda, wahai pahlawan. Betapa indah akhlak tawaduk Anda yang mendekatkan jiwa. Tidak ada seorang pun yang melihat dan berbicara dengan Anda kecuali ia akan mencintai Anda karena Allah. Kami berdoa kepada Allah SWT agar menempatkan Anda di sisi-Nya pada kedudukan para syuhada,” pungkas Hisyam. []
Rusia Ketar-Ketir Khilafah Tegak di Suriah
Melihat besarnya keinginan rakyat Suriah untuk menegakkan Khilafah, sekutu rezim thaghut Bashar Assad ketar-ketir. Hal itu terungkap dalam pernyataan yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam berbagai kesempatan.
Pada kesempatan wawancara dengan televisi NTV pasca Konferensi Jenewa II misalnya, Lavrov mengajak berbagai kekuatan untuk mencegah terwujudnya negara idaman rakyat Suriah. “Penting bahwa proses politik disertai dengan menggabungkan kekuatan yang sehat, yang berpikir tentang tanah air mereka, dan bukan tentang pendirian Khilafah di Timur Tengah dan Afrika Utara. Untuk menyatukan mereka dan membantu mereka dengan berbagai cara untuk memerangi ancaman teroris (julukan kaum kafir kepada pejuang Khilafah/mujahid, red.). Ini adalah tujuan bagi seluruh wilayah dan bagi dunia,” sesumbarnya.
Pada hari pertama Konferensi Jenewa II, Rabu (22/1) Lavrov mewanti-wanti peserta konferensi—yang menghadirkan pihak rezim Assad dan oposisi minus pihak pejuang Khilafah/mujahid—agar bersatu membentuk negara sekular. “Jika pada tahap pertama dari proses negosiasi, pihak-pihak yang terlibat dapat bekerja sama untuk berbicara dalam mendukung pembentukan negara Suriah, … mempertahankan sifat sekularnya, saya kira dengan sendirinya hal itu akan menjadi sinyal penting,” ungkap mulut busuknya.
Pra konferensi Jenewa II juga, si kafir Lavrov sok kuasa mendikte kaum Muslim tentang hal terpenting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. “Ada kondisi-kondisi yang harus dipahami semua pembela tanah air Suriah tentang hal yang lebih penting, yakni memerangi mereka yang menginginkan Suriah menjadi Negara Khilafah atau untuk bersatu dan mengembalikan … negara sekular…” ungkapnya kepada Vesti 24, Sabtu (14/12/2013).
Konferensi Jenewa II berlangsung sembilan hari. Konferensi ini digagas oleh negara demokratis kapitalis Amerika dan negara demokratis komunis Rusia untuk mencegah berdirinya Negara Islam Khilafah di Suriah. []
Mantan Serdadu Amerika Lecehkan al-Quran, Islam dan Khilafah
Mantan anggota angkatan laut Navy Seal Amerika, Ben Smith, melecehkan al-Quran, Islam dan Khilafah di depan massa pergerakan nasionalis rasis Amerika Tea Party. Hal itu terungkap dalam video yang diunggah situs surat kabar Turki Miliyat, Rabu (29/1).
Dalam video yang dibuat pada sepuluh hari sebelumnya, tampak Smith tengah berorasi. Ia kemudian mengambil al-Quran dan melemparkannya ke tanah. Dengan sinis pula para hadirin bertepuk tangan setelah Smith mengatakan, “Inikah buku (al-Quran) yang menyerukan Arab Spring, Islam dan Khilafah?”
Tea Party adalah gerakan nasionalis rasis yang memusuhi Islam secara terbuka dan menunjukkan rasa takut akan kembalinya lagi kekuasaan di bawah naungan negara Khilafah, sebagaimana sikap yang diperlihatkan mantan tentara Amerika itu saat berorasi di depan para anggotanya. [Joko Prasetyo, dari berbagai sumber]
Rezim Antek Amerika Lecehkan Secara Seksual 12 Siswi Al-Azhar
Organisasi HAM Arab yang berbasis di Inggris mengatakan telah menerima keluhan dari 12 keluarga siswi Al-Azhar yang dipenjara di Mesir. “Keluhan-keluhan itu menunjukkan bahwa kaum wanita dipukuli, dihina dan dilecehkan secara seksual oleh tentara atau polisi ketika mereka ditangkap,” ungkap rilis laporan kelompok tersebut yang dipublikasikan www.middleast-monitor.com, Sabtu (8/2).
Gerakan Perempuan Melawan Kudeta mengatakan adanya pelanggaran terhadap tahanan perempuan “mulai dari menit mereka ditangkap”. Laporan tersebut juga menggunakan istilah “diculik”. “Mereka dipukuli dengan tongkat. Syal mereka dirampas. Rambut mereka dijambak. Pakaian mereka dirobek-robek. Mereka pun dianiaya secara seksual oleh para petugas yang menyentuh bagian-bagian tubuh pribadi mereka,” kata laporan itu.
Ketika para tahanan tiba di kantor polisi, mereka diwajibkan untuk menanggalkan pakaian mereka. Sekali lagi, polisi menyentuh bagian tubuh pribadi mereka dan memukuli mereka sebelum ditempatkan dalam sel yang “tidak pantas”. “Setelah mereka dibawa ke Penjara Al-Qanater, “ klaim laporan itu, “kaum perempuan harus melakukan tes keperawanan dan mereka dicampur dengan para penjahat biasa, yang juga menyerang mereka.”
Menurut laporan tersebut, ke-12 siswi tersebut merupakan bagian dari 200 wanita yang ditangkap pada Desember dan Januari. Organisasi ini juga menduga yang lainnya pun mendapatkan perlakuan yang sama dengan keduabelas siswi tersebut. []
Qatar Nyatakan Bersaudara dengan Pembantai Kaum Muslim
Bukannya menolong kaum Muslim yang dipenjara Tembok Gaza, pemerintah fasik Qatar malah menyatakan persaudaraannya dengan Israel, entitas pembantai kaum Muslim di Palestina. Di bawah judul, “Menteri Luar Negeri Qatar: Kami dan Israel adalah Saudara,” situs Alarab, Kamis (6/2) mengungkap kenyataan yang memuakkan itu.
Dalam berita itu disebutkan, Menteri Khalid bin Muhammad al-Attiyah menyebut hubungan negaranya dengan Israel sebagai ‘hubungan saudara’, dalam sebuah pernyataan yang disampaikan saat partisipasinya dalam penutupan konferensi keamanan internasional, di Munich, Jerman pekan awal Februari.
Wartawan Israel, Rafael Ehren, dalam laporannya di situs The Times of Israel mengatakan, bahwa Menteri Luar Negeri Qatar berjabat tangan dengan dirinya secara hangat dan berlangsung lama setelah ia tahu bahwa dirinya adalah orang Israel.
Ehren menyatakan kebahagiaannya ketika merespon sikap Menteri Luar Negeri Qatar ini dengan mengatakan, “Tentu saja, kita adalah saudara.” []
Kristen Koptik Tegaskan Dukung Rezim Pembantai Kaum Muslim Mesir
Ketika berbicara di depan delegasi Majelis Rendah dan Majlis Tinggi Inggris, Paus Gereja Ortodoks Koptik Alexandria Paus Tawadros II, dengan tegas menyatakan dukungannya kepada rezim militer antek Amerika yang membantai kaum Muslim Mesir pada 30 Juli lalu. “Revolusi ini adalah sebuah revolusi rakyat yang didukung oleh gereja dan Al-Azhar. Tentara telah melakukan intervensinya pada waktunya untuk mewujudkan tuntutan rakyat,” ungkapnya seperti diberitakan www.middleeastmonitor.com, (3/2).
Tawadros mendesak delegasi Inggris itu untuk mendukung pemerintah sementara Mesir selama periode mendatang baik secara ekonomi dan pendidikan. [Joko Prasetyo, dari berbagai sumber]