Sangatlah penting untuk memahamkan anak-anak terhadap kepribadian Rasulullah saw. dan para Sahabat serta bagaimana perjalanan kehidupan mereka. Rasulullah adalah uswah hasanah yang wajib diteladani (QS 33: 21). Sirah Rasul saw. juga sarat dengan hukum syariah yang wajib diamalkan. Begitu pun dengan sirah para Shahabat ra. Mereka adalah generasi terbaik, membela Islam, melindungi Rasulullah saw. sehingga Allah ridla terhadap mereka (QS 7: 74; 9: 100; 48: 18).
Dengan mengajarkan Sirah Nabi saw., dapat diketahui risalah Islam yang dibawa oleh beliau untuk umat manusia, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari penyembahan terhadap hamba ke penyembahan kepada Allah SWT. 1 Dengan Sirah Nabi saw. pula dapat diketahui kehidupan beliau sejak dilahirkan, pertumbuhannya hingga beliau dewasa; saat-saat menerima wahyu dan dakwahnya kepada manusia dan ajakannya pada agama Islam, termasuk konsekuensi yang beliau hadapi dalam menyebarkan Islam.2
Bagi orangtua dan para pendidik generasi, penting untuk dicatat bahwa mengajarkan Sirah Nabi saw. secara tasyrî’i, harus diambil sebagai manhaj (jalan dakwah) yang ditempuh oleh beliau. Anak harus dipahamkan bahwa inti dari pengutusan Rasulullah saw. adalah untuk tegaknya Islam di muka bumi. Di pundak generasi saat ini ada kewajiban untuk mewujudkan Islam kembali dalam realitas kehidupan.
Visi dan Misi Kerasulan Muhammad saw.
Penjelasan visi dan misi kerasulan Muhammad saw. kepada anak-anak adalah hal penting pertama yang harus ditanamkan. Banyak nash yang menggambarkan visi dan misi ini, di antaranya adalah firman Allah SWT (yang artinya): Dialah Yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajari mereka Kitab dan hikmah (QS al-Jumu’ah []: 2).
Penting untuk dijelaskan kepada anak-anak bahwa generasi saat ini mempunyai kewajiban untuk melanjutkan visi dan misi tersebut: bahwa tegaknya Islam adalah persoalan utama umat ini sekaligus menjadi kehormatannya. Umat Islam ketika tidak menerapkan agamanya menjadi umat yang terpuruk dan hina.
Pada aspek ini harus terwujud pemahaman pada anak-anak bahwa mereka adalah para pengemban dakwah/penerus risalah. Mereka punya misi untuk menjadikan Islam ‘hidup’ dalam jiwa mereka, hadir di tengah keluarga dan juga lingkungannya. Pada diri mereka harus tertanam kesadaran untuk melakukan ‘amar ma’ruf dan nahyi munkar. Visi ini harus tertancap kuat di benak mereka. Mereka harus sadar bahwa kehidupan itu tidak sekadar hanya melewati fase demi fase usia, dari bayi menjadi kanak-kanak, dari kanak-kanak menjadi remaja, menjadi dewasa, berumah tangga, bekerja dan kemudian meninggal. Cakupan visi Muslim harus mencakup kehidupan dunia, sebelum dan sesudahnya. Anak-anak harus paham jawaban dari pertanyaan: “Dari mana mereka dan makhluk lain berasal, untuk apa mereka ‘dihadirkan’ ke dunia ini dan akan kemana mereka setelah kehidupan dunia kelak?” Untuk menjawab pertanyaan penting ini, orangtua wajib membimbing mereka dengan akidah Islam.
Orangtua mutlak harus memahamkan bahwa sebelum kehidupan dunia ini, ada Allah SWT yang menciptakan alam dan seisinya. Allah menciptakan manusia untuk mengemban risalah Islam ke penjuru dunia, beribadah kepada Allah SWT, menjalankan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, lalu setelah kehidupan dunia mereka akan bertemu Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-nya selama di dunia. Kejelasan visi inilah yang akan menjaga anak pada jalur yang benar sepanjang kehidupan mereka.
Muhammad saw. Pembawa Risalah Islam
Menggambarkan sosok Rasulullah Muhammad saw. sebagai pembawa risalah, apa tugasnya dan apa saja yang telah beliau lakukan kepada anak-anak harus utuh dan sempurna. Tidak cukup menggambarkan akhlak mulia yang beliau miliki, tetapi akhlak mulia itu adalah bagian dari risalah yang beliau bawa. Penjelasan hukum selain akhlak amatlah banyak. Orangtua pun harus mengajarkan seluruh materi Islam mulai dari akidah, syariah dan metode penerapan syariah kepada anak; tentu dengan menyesuaikan kemampuan berpikir mereka, cara penyampaiannya dan cara-cara kreatif dalam memahamkan hal tersebut.
Prinsip dari pengajaran terhadap risalah adalah bahwa manusia wajib terikat dengan hukum syariah yang dibawa Rasul karena itu adalah perintah dari Allah SWT. Terhadap hukum syariah ini ada beberapa hal yang harus dipahamkan. Pertama: Syariah Islam bersifat sempurna dan menyeluruh. Mengatur seluruh aspek kehidupan manusia; akidah, ibadah, muamalah sesama manusia (pendidikan, kesehatan, keamanan, perdagangan) dan sebagainya).
Kedua: Segera dalam menunaikan, tidak boleh ditunda-tunda. Kepada anak dijelaskan bahwa sikap Muslim adalah ketika mengetahui suatu perintah Allah harus bersegera menjalankannya; ketika mengetahui sesuatu yang dilarang Allah, ia harus menjauhinya.
Ketiga: Ketika melaksanakannya, dilandasi karena takut kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Berbuat amal baik, jangan mengharapkan pujian manusia. Sebaliknya, menjauhi keburukan jangan karena takut marah orangtua.
Keempat: Hukum syariah ketika dilaksanakan akan mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia. Hukum selain dari Allah akan menyengsarakan kehidupan manusia.
Kelima: Hukum syariah tidak hanya untuk dipelajari dan diamalkan saja, tetapi didakwahkan dan diperjuangkan. Sedari dini, penting untuk ditanamkan kepada anak-anak agar mampu menjadi contoh yang baik kepada orang lain, mengingatkan orang lain ketika berbuat salah dan memberinya nasihat.
Keenam: Hukum syariah tidak mungkin diterapkan seutuhnya tanpa adanya negara yang melaksanakannya. Tidak ada Islam tanpa penerapan syariah. Tidak akan tegak syariah tanpa adanya Daulah Islam.
Berjuang untuk Islam
Penting untuk menggambarkan kepada anak-anak tentang keberanian Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam, agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan para sahabat beliau seperti Abu Bakr ra., Umar ra., Utsman ra., Ali ra., Muawiyah dan yang lainnya telah meluaskan dakwah Islam ke berbagai penjuru bumi.
Dengan bantuan para sahabat Anshar, sahabat Muhajirin bisa hidup layak dan tenang. Mereka bahu-membahu membantu Rasulullah saw. untuk membangun Madinah sebagai Daulah Islam pertama yang langsung dipimpinnya. Mereka bersama Rasulullah saw. mampu ‘menaklukan’ Makkah dan menjadikan penduduknya tunduk dan patuh pada Allah SWT. Peristiwa tunduknya suku-suku Arab lain dan bangsa-bangsa non-Arab kepada kepemimpinan Islam memberikan pelajaran berharga bagi anak terkait kesungguhan para Sahabat untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Penting pula untuk memahamkan anak-anak tentang kejahatan kaum kafir dan kebencian mereka terhadap Islam dan umatnya. Mereka adalah musuh utama umat dan dakwah Islam. Dari masa ke masa mereka selalu menghalangi tegaknya Islam di muka bumi, tak terkecuali saat ini.
Yakinkan kepada mereka bahwa jika umat Islam di seluruh dunia bersatu, akan membuat gentar kaum kafir. Terkotak-kotanya umat Islam dalam berbagai negara telah membuat umat ini lemah dan mudah bagi kafir untuk menindas mereka. Sebagaimana yang terjadi pada kaum Muslim Rohingya di Burma, Muslim Moro di Pattani, di Palestina, di Suriah, di Irak, di Mesir dan negeri lainnya. Tanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa kaum Muslimin akan mampu membebaskan al-Quds, Suriah, Bumi Kinanah dan tempat lainnya ketika umat ini mempunyai pemimpin sebagaimana Rasulullah saw. dan khalifah sesudahnya yang akan memimpin pasukan pembebas ke negeri-negeri tersebut.
Khalifah—pemimpin umat yang akan membebaskan mereka dari kondisi buruk akibat makar kaum kafir—saat ini belum ada. Umat ini belum mempunyai perisai yang melindungi mereka. Untuk mewujudkan sang pemimpin ini dibutuhkan perjuangan, sebagaimana perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabat. Anak-anak harus disadarkan tentang perjuangan ini karena kelak mereka akan menjadi bagian dari barisan para pejuang Islam.
Demikianlah beberapa perkara penting yang harus dipahamkan kepada anak-anak dari sirah Rasulullah dan tarikh Islam. Jika mereka paham akan hal ini, maka generasi solih calon pemimpin dambaan umat tidak sulit didapat. [Ummu Fadhiilah; DPP MHTI]
Catatan Kaki
1. Syaikh Syafi ar-Rahman al-Mubarakfuri. Ar-Rahîq al-Makhtûm. Penerbit Darul Salam, Riyadh, 1414 H.
2. Kitab Ar-Rawdh al-Anf. Penerbit Dar Ma’rifat, 1398 H/1978 M.