HTI

Lintas Dunia (Al Waie)

Lintas Dunia [April 2014]

Intelijen AS: Perang di Suriah akan Berlangsung 10 Tahun Lebih

Meski  meyakini kejatuhan Bashar Assad tidak bisa dihindari lagi,  Lembaga think tank yang berbasis di Washington, Foundation for Defense of Democracies (FDD) memprediksi perang di Suriah setidaknya akan berlangsung sepuluh tahun.  “Skenario yang paling mungkin adalah prediksi intelijen AS yang menyebut perang akan berlangsung 10 tahun dan bahkan lebih dari itu,” ungkap Direktur Pusat Studi Radikalisasi Teroris FDD Daveed Gartenstein Ross di di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika, beberapa waktu lalu.

Di tempat terpisah, Farid Wadjdi, anggota Kantor Berita (Maktab I’lami) Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan skenario perang panjang itu sengaja dilakukan karena Amerika belum juga menemukan boneka yang bisa dianggap pahlawan oleh rakyat Suriah yang dapat menggantikan posisi Assad. Untuk mencegah munculnya boneka itu, sudah saatnya para perwira yang mukhlis dari generasi umat Islam yang baik untuk bangkit menolong agama Allah. “Selanjutnya umat membaiat seorang khalifah yang akan menerapkan hukum-hukum Allah, dan menolong kaum Muslim yang sedang berjuang di Suriah, Palestina dan di tempat lainnya,” pungkasnya.

RUU Pencegahan Teroris Kriminalisasi Upaya Kebangkitan Umat

Hizbut Tahrir Yordania menyatakan RUU Pencegahan Teroris mengkriminalisasi perjuangan untuk menyatukan dan membangkitkan umat melawan kezaliman dan penjajahan. “Karena itu, siapa pun yang berusaha untuk mengubah kenyataan pahit ini dengan menginspirasi orang dan negaranya akan dianggap sebagai tindakan criminal; suara-suara yang memerintahkan kebaikan dan mencegah kejahatan secara tegas dibungkam,” ungkap rilis HT Yordania, Ahad (9/3).

RUU tersebut mengklasifikasikan pula upaya mempromosikan ide-ide untuk mengubah konstitusi (secara ilegal), sebagai tindakan teroris. “Undang-undang ini hanya sebuah episode dalam suatu rangkaian yang disiapkan dan direncanakan untuk mencegah berdirinya proyek umat, yang terwakili dalam Khilafah Islam, yang ditakuti oleh Barat dan semua musuh-musuh umat,” tulis rilis tersebut.

Menurut HT Yordania, rezim  berencana agar negara dan rakyatnya tetap berada di bawah dominasi kafir Barat dan lembaga-lembaga internasional yang dipimpin oleh PBB, IMF dan Bank dunia. Inilah yang membuat rakyat Yordania sengsara dan hidup dengan kesulitan, harga-harga yang mahal, mempersulit mata pencaharian mereka, mencuri uang mereka dan secara tegas membungkam mereka.

Pada tingkat inilah, UU yang diusulkan akan terus mencegah rakyat untuk meminta pertanggung jawaban untuk ide-ide dan pendapat mereka, dan bahkan permintaan mereka untuk mendukung rakyat Syam dan membebaskan dan merebut Palestina dan tempat-tempat suci tersebut.

Video Membuktikan Secara Sistematis Mesir Siksa Tahanan

Berdasarkan video yang bocor dari penjara, Ketua Kantor Berita Hizbut Tahrir Mesir Syarif Zayid menyatakan telah terjadi penyiksaan sistematis terhadap para tahanan di dalam penjara karena kemiripan sarana dan metodenya.

Syarif juga menyatakan mereka yang dipenjara tersebut merupakan korban penculikan karena tidak ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan dari kepolisian, atau investigasi, atau pertimbangan yang diberikan atas kesucian rumah-rumah, dan daftar tuduhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. “Para tahanan hanya harus menandatangani di bawah cambuk penyiksaan dan ancaman ibunya dinodai, seperti yang disebutkan dalam kesaksian salah seorang tahanan,” ungkap Syarif dalam pers rilisnya, Ahad (9/3).

Menurut Syarif, dalam tujuh bulan terakhir lebih dari 21 ribu orang ditahan. “Lebih dari 16 ribunya ditahan selama insiden politik dan  lebih dari 1400 karena melanggar jam malam,” bebernya.

Pada 25 Februari, tiga Pengadilan Pidana di Alexandria juga mengeluarkan hukuman penjara yang total mencapai 945 tahun, dan denda lebih dari setengah juta pound Mesir, terhadap lebih dari dua ratus orang yang menentang kudeta militer yang menggulingkan Presiden Muhammad Mursi.

Pada hari berikutnya Pengadilan Pidana di Utara Kairo memerintahkan pengasingan atas 26 orang terdakwa dari Suez ke Mufti sebagai persiapan atas eksekusi mereka setelah menghukum mereka in absentia dan tanpa kehadiran pengacaranya. “Dapatkah orang-orang dalam pemerintahan rezim ini membayangkan bahwa hal-hal itu akan menstabilkan mereka atau bahwa mereka akan mendapatkan ketenangan pikiran pada saat mereka menjadi musuh atas sebagian besar umat?!” tanya Syarif retorik.

Revolusi  Suriah Ungkap Kebusukan Saudi

Sebuah komisi yang terdiri dari beberapa kementerian di negara Al-Saud (Arab Saudi) yang memasukkan kelompok-kelompok pejuang Islam di Suriah dan Ikwanul Muslimin di Mesir sebagai kelompok-kelompok teroris menunjukkan wajah asli Saudi. “Datangnya revolusi yang diberkati telah mampu mengungkap wajah buruk yang selama ini ditutup-tutupi, yang selama bertahun-tahun telah menipu banyak orang atas nama Islam, tauhid, Sunnah dan ulama salaf,” ungkap aktivis Hizbut Tahrir Australia Ismail Al-Wahwah, Senin (10/3).

Namun, dalam pandangan Hizbut Tahrir, kebusukan Saudi sangat jelas sejak lama saat pemberontakan Al-Saud—dengan dibantu Inggris—terhadap Khilafah Islam yang kemudian membangun Kerajaan Arab Saudi.

Kerajaan bentukan Inggris ini mempunyai misi penting. “Pertama, menghancurkan Islam dari dalam; dan kedua membantu kaum kafir menjajah umat, negerinya dan kekayaannya,” ungkap Ismail.

Karena itu tidak aneh bila Saudi baru-baru ini mengkriminalisasi masyarakat yang mendukung perjuangan Islam di Suriah atau mempermasalahkan kekejaman junta militer Mesir sebagai  teroris.

Sekarang, ungkap Ismail, Islam yang diajarkan di sekolah dan universitas rezim Al-Saud, serta para ulamanya yang memenuhi layar TV, dan menulis kitab-kitab untuk membahas masalah wala’ (loyalitas) dan bara’ (berlepas diri), serta pokok-pokok tauhid, tengah menghadapi ujian sulit. “Apa itu Islam yang dibawa Muhammad saw.? Atau apa itu Islam yang terdistorsi untuk melayani kepentingan para thaghut (tiran)? Apakah loyalitas para ulama itu untuk Allah dan Rasul-Nya, atau untuk para thaghut (tiran) dari rezim Al-Saud?” Tanya Ismail.

Sekaranglah kesempatan bagi para ulama yang selalu ber-tasbih dengan memuji Al-Saud selama bertahun-tahun, agar mempertimbangkan kembali sikapnya selama ini, karena wajah buruknya sudah terbongkar di hadapan rakyat, serta permusuhan-nya terhadap Islam dan kaum Muslim. “Kemudian, ikut bersama kendaraan umat dan para pemudanya yang sudah lama berjuang untuk menyingkirkan rezim Al-Saud dan para rezim tiran lainnya,” tegas Ismail. [Joko Prasetyo dari berbagai sumber]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*