Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, Dunia Islam, termasuk di negeri ini, sesungguhnya tak pernah kekurangan para ulama. Hanya saja, peran politik ulama makin pudar. Bahkan ulama seolah terpisah jauh dari politik. Para ulama yang benar-benar mau melibatkan diri dalam politik Islam—bukan politik demokrasi—untuk menegakkan syariah Islam secara kaffah dalam institusi Khilafah amatlah sedikit. Semua ini tentu harus dicarikan akar persoalannya sekaligus solusinya menurut Islam.
Para ulama tentu wajib berpolitik. Sebab, Islam dan politik sejatinya tak bisa dipisahkan. Dalam Islam, politik bermakna mengurusi rakyat dengan syariah Islam. Karena itu para ulama pun sejatinya tak bisa dipisahkan dari politik. Para ulama wajib selalu memastikan bahwa rakyat benar-benar diurus oleh para penguasanya dengan syariah Islam. Sayangnya, pengurusan rakyat oleh syariah Islam tak akan pernah bisa dilakukan dalam sistem sekular kapitalis seperti saat ini. Karena itu para ulama wajib secara politik berjuang menegakkan syariah Islam dalam institusi Khilafah. Hanya dengan itulah politik yang sesungguhnya—mengurus rakyat dengan syariah Islam—bisa benar-benar terwujud.
Itulah mengapa, para ulama tak boleh berdiam diri terhadap—apalagi larut dalam—arus besar sekularisme dengan segala turunannya seperti kapitalisme dan demokrasi. Sayangnya, saat ini yang terjadi sebaliknya. Banyak ulama berdiam diri terhadap sistem sekular yang diterapkan di tengah-tengah umat saat ini. Sebagian malah larut dalam pesta demokrasi yang kufur. Sebagian lain—meski tidak terlibat secara langsung—malah mendukung bahkan ikut melegitimasi demokrasi yang kufur itu dengan memfatwakan haramnya golput dan wajibnya memilih. Pertanyaanya: Benarkah mengangkat wakil rakyat dan penguasa dalam sistem sekular itu wajib? Ataukah justru sebaliknya? Seharusnya, inilah yang perlu dijawab lebih dulu secara tegas, tentu dengan didasarkan pada hujjah-hujjah syariah yang kuat.
Itulah beberapa tema penting dalam al-wa’ie edisi kali ini, selain tema-tema lain yang aktual dan juga layak untuk dikaji oleh pembaca.
Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.